October 3, 2021 in Umum, Uncategorized

Membandingkan

Post placeholder image

Membandingkan
( tulisan ini terinspirasi dari interaksi Moh Khoiri sebagai narasumber dengan peserta dalam zoom meeting yg mendiskusikan “melawan rasa minder” bahkan solusi yg dimajukan dalam hal membandingkan diri dulu dan diri sekarang adalah kata motivasi yang beliau pakai ketika itu).

Oleh Telly D

Pernah dengar pepatah ’’rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri?” yang bermakna menilai apa yang dimiliki orang lain selalu lebih baik dari milik sendiri.

Kemudian makna itu diteruskan dengan mengatakan, jika melihat rumput tetangga lebih hijau maka itu mengisyaratkan mulai merasa rendah diri, suka mengeluh dan tidak tahu bersyukur. Lupa bahwa setiap orang punya keunikan atau semua tidak instan di balik hijaunya rumput tetangga ada perjuangan yang tidak diketahui.

Padahal sesungguhnya membandingkan diri dengan orang lain adalah kebutuhan. Orang perlu mencari kepastian bahwa dirinya lebih baik dibandingkan orang lain. Perbandingan yang bertujuan untuk mengevaluasi diri secara akurat.

Selain itu, perasaan manusia yang tidak cukup atas apa yang sudah diraih dan dicapai selama ini, membuat banyak orang butuh membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain.

Ada dua hal yang cenderung dibandingkan orang yaitu pendapat (opinion) dan kemampuan (ability).

Secara alami setiap orang mempunyai dorongan untuk menilai pendapat dan kemampuan sendiri, dengan cara membandingkan pendapat atau kemampuannya dengan orang lain.

Menurut Leon Festinger, seseorang cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain pada saat tidak ada standar ketepatan yang dapat digunakan. Dengan perkataan lain, selama ada kemungkinan seseorang dapat menggunakan ukuran-ukuran objektif (realitas objektif) sebagai dasar penilaian. Namun jika tidak ada, maka orang akan menggunakan pendapat atau kemampuan orang lain, realitas sosial sebagai ukuran.
Dengan cara membandingkan, seseorang dapat mengetahui benar tidaknya pendapat yang dia miliki dan juga dapat menilai kemampuannya dengan lebih akurat.

Ada 2 cara dalam melakukan perbandingan, yaitu:

  1. Membandingkan diri dengan orang lain yang memiliki level di atas dari diri sendiri, perbandingan ini disebut upward compatisons.
  2. Membandingkan diri dengan orang lain yang memiliki level lebih rendah dari hal yang dibandingkan disebut downward comparisons.

Perbandingan upward dapat bermanfaat meningkatkan diri khususnya dalam aspek yang dibandingkan. Melihat bahwa ada orang lain yang mampu melebihi dirinya sendiri. Seseorang dapat terpacu, sehingga bisa berada dalam rentang yang sama dalam aspek yang diperbandingkan.
Sedangkan perbandingan yang dilakukan secara downward dapat memperkuat diri selft enchancement meningkatkan selft esteem dan mengurangi stress.

Masalahnya, tidak semua orang mampu menghadapi hasil perbandingan itu dengan bijak.

Hasil perbandingan yang harusnya digunakan untuk melakukan adaptasi untuk mendapatkan alasan berbenah diri. Namun yang terjadi justru sebaliknya banyak yang jadi tertekan dan frustrasi, bahkan menjurus ke rasa iri.

Hal itu terjadi, sebab orang hanya terjebak membandingkan dirinya dengan orang lain terus menerus tanpa mau berusaha instrospeksi diri.

Jika kondisinya begini maka cocok dengan ungkapan rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri yang berkonotasi negatif itu.

Penelitian menunjukkan bahwa manusia membandingkan diri tidak hanya sekedar dalam pendapat dan kemampuan namun juga dalam hal emosi, keyakinan, tatacara, kesehatan, kepuasan diri, kekayaan, dan berbagai hal.

Penelitian juga mengungkap lebih khusus, wanita sering melakukan perbandingan dalam hal penampilan fisik, sedangkan laki-laki lebih sering dengan membandingkan pencapaian yang telah diperoleh.

Media sosial, internet, papan reklame, majalah, televisi, hingga warung dan toko kelontong banyak gambar iklan yang memajang model-model rupawan dengan fisik yang sempurna. Hal ini membuat banyak orang, khususnya wanita, tidak percaya diri dan merasa rendah diri.

Bagi wanita, paparan gambar-gambar yang memperlihatkan kemolekan wajah para model secara tidak langsung dapat memicu rasa minder, depresi, kecemasan, hingga perubahan perilaku yang tidak pernah disangka-sangka sebelumnya.

Meski kebanyakan wanita tahu bahwa standar kecantikan para model yang ada di berbagai media tidak realistis, hal tersebut tidak menghentikan mereka untuk terus membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian para peneliti dari University of Syndney, Macquarie University, dan UNSW Austria menemukan bahwa menonton TV, video musik, dan menggunakan internet, foto yang ada di majalah atau media sosial, sering dijadikan ajang perbandingan penampilan diri mereka, terutama oleh mereka para wanita muda.

Kita memang membutuhkan seseorang yang menginspirasi dan memacu untuk melakukan segala hal lebih baik lagi.
Namun, apabila membandingkan diri dengan orang lain justru membuat iri, frustasi, atau bahkan merasa tidak cukup baik, ini adalah tanda harus berhenti membandingkan diri dengan orang lain.

Stop membandingkan diri dengan orang lain dan mari membandingkan diri kita yang dulu dan diri kita yang sekarang.

Itu jauh lebih bagus untuk tahu mengenali kebenaran yang sebenarnya.

Daripada hanya fokus memikirkan kelebihan orang lain, lebih baik fokus memperbaiki diri lebih dalam lagi.

Hal itu lebih menenangkan, lebih menghargai dan mensyukuri apa yang sekarang dimiliki.

Dengan begitu kita akan mempunyai energi baru dan mempunyai kemampuan membuat rumput sendiri lebih hijau dari rumput tetangga.

Makassar, 26 September 2021




One Comment

  1. March 26, 2024 at 12:15 am

    Andre Eggebrecht

    Reply

    Excellent write-up

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree