June 15, 2021 in Catatan Harianku, Uncategorized

Ritual Minum Susu

Ritual Minum Susu

Oleh

Telly D

Jangan lupa minum susu….. suara ibu selalu mengingatkan setiap kami selesai sarapan pagi. Peringatan itu masih ditambah dengan lakon memastikan bahwa semua gelas susu yang berjejer di atas  meja  makan sudah kosong.

Ibu puas sekali jika semua gelas susu  kosong, sarapan pagi selesai, semua dapat berjalan normal,  namun jika sebaliknya  harus ada anak  duduk kembali minum susu, untuk membuat seremonial sarapan pagi dapat  ditutup.

Eh..eh… jangan tinggalkan meja makan…..  suara ibu vokal sekali. ibu tidak pernah  menggunakan kata  membujuk untuk hal-hal yang wajib hukumnya.

Duduk….duduk  kembali …. habiskan susumu  ……  begitu solusi yang ditawarkan ibu, dengan ekspressi sangat dominan, saya selalu  tak punya ruang untuk membantahnya.

Minum susu sampai habis  satu gelas penuh, aturan level satu di rumahku tidak ada kompromi. Sangat absolut harus dilakukan.

Ayah suka melibatkan diri mencairkan suasana, jika melihat saya  terkesan enggan untuk melakukan duduk kembali.

Habiskan susu itu .. supaya tugas susu …   membuat kita sehat selesai …  kasihan jika kau tidak meminumnya, bagaimana susu itu bertanggungjawab sama Allah jika ditanya di hari kemudian ….kata ayahku.

 Ayahku memang  provokator ulung tentang hari kemudian, secara konsisten selalu mengingatkan  bahwa semua akan dihisab di hari kemudian. Akan diminta pertanggugjawaban sehingga siapkan jawaban dari sekarang.

Apa saja selalu dibawa ke cerita hisab hari kemudian. Cerita tentang hisab di hari kemudian adalah cerita yang paling  horor menurutku ketika masa kecil. Ceritanya berseri semakin diceritakan semakin menakutkan. 

Ayah juga  punya kemampuan untuk mengalihkan ke fokus yang lebih menyenangkan, mungkin maksudnya berpihak pada kami anak-anak tanpa menyalahkan ibu.

Pelan…pelan saja……tak perlu terburu-buru … ada saya  menunggumu….bisik ayah pelan di telingaku jika melihat saya tergesa-gesa meneguk susu sehingga ngos-ngosan.

Atau … masih banyak waktu tersisa untuk menikmati susu itu, duduklah dengan tenang ….ucapnya sambil melihat jam dinding dan  menepuk-nepuk ringan bahuku  menenangkan, supaya saya mau duduk kembali.

Atau langsung menarik tangan kecilku dengan lembut untuk  mengenggam gelas susu itu dengan mengatakan …..ini pekerjaan mudah tidak perlu pakai dipikir, apa susahnya kita angkat gelasnya dan mulai meminum susunya…….selesai ….ucapnya dengan enteng mencontohkan dan ternyata  betul-betul pekerjaan minum susu mudah saja tidak perlu dipikir.

Jika ayah sudah terlibat sejauh itu, saya  tidak ingin membuat ayah kecewa. Saya pasti berusaha menyenangkan karena  ingin menikmati binar mata ayah yang berpendar-pendar senang  jika saya patuh. Saya jadi belajar secara alami bahwa  menyayangi seseorang harus mendedikasikan diri untuk melindungi dan  membuatnya bahagia.

Dalam keluarga kami, menghabiskan susu segelas termasuk hal rutin yang dikontrol oleh ibu dengan semangat yang sama setiap hari. Urusan yang menyangkut kesehatan termasuk hal yang  jadi perhatian ibu dengan sangat serius.

Berbekal pengetahuan  bahwa susu adalah nutrisi terbaik bagi pertumbuhan anak, membuat ibu yakin sekali bahwa jika anak-anaknya minum susu secara  rutin,   terpenuhi gizi harian, terjaga  organ tubuh untuk  berfungsi dengan lebih baik, melindungi tubuh dari serangan penyakit kemudian yang lebih utama badan   bertumbuh dan berkembang dengan sempurna.

Tradisi minum susu di hidupkan dalam keluarga kami, minum susu mendapat  pelakuan istimewa sebab  itu  punya ritual sendiri.

Ritual dimulai dengan menyiap budget khusus untuk membeli susu, menyiapkan waktu khusus sekali sebulan ke kota untuk membeli kebutuhan susu. Memilih susu dengan kulitas terbaik. 

Menetapkan waktu minum susu terbaik termasuk takaran yang mesti dipenuhi. Bahkan sampai ada ritual cara susu itu diminum dan cara membuat susu yang menurut ibuku harus seperti itu.

Kami punya gelas khusus untuk minum susu terbuat dari kaca bening yang langsing memanjang, ukurannya lebih tinggi dari gelas biasa. Saya suka gelas itu karena cocok sekali dengan genggaman tanganku yang kecil.  Rasanya gelas itu sengaja dibuat untukku. Sekalipun  Isinya sama saja dengan isi gelas biasa, saya pernah mengukurnya.

Gelas susu terbuat dari  kaca bening, susu yang ada di dalamnya terlihat jelas mengintip dari jauh,   saya suka gelas itu. Saya suka memutar-mutar jika  memandanginya. Menurutku itu gelas susu yang cantik, bunyinya nyaring jika saya dentingkan pinggirnya.

Ibu… apa mahal gelas ini?,  tanyaku pada ibu.

Gampang untuk mengetahui gelas itu kualitas bagus atau tidak.

Coba sentuh dengan jarimu, rasakan  jika tipis dan ringan maka gelas itu kualitas bagus. Dengar bunyinya, nyaring …?

Kata ibu menjelaskan ilmunya.

Ibu tak suka menyebut  harga barang, itu termasuk yang ibu selalu hindari. Ibu  punya prinsip jika masih mampu dibeli itu artinya tidak mahal apalagi jika barang itu berfungsi dengan baik maka ibu katakan harganya sesuai dengan fungsinya. Maksudnya tidak mahal.

Ini  kualitas bagus….  Saya mulai berguman mengeluarkan penilaian setelah menyentuh, memutar dan mengamati gelas itu.

Ibu  membenarkan  dan mengangguk.

Betul. Selalu kualitas yang terbaik untukmu,  anak-anakku adalah anak-anak dengan kualitas  baik. Ucap ibuku penuh ketulusan kasih.

Orang istimewa harus mendapat perlakuan istimewa, kata ibu merasa perlu menambah informasinya.

Saya  menatapnya, wajah ibu  sangat yakin dengan apa yang diucapkan, bola mata ibu memberi isyarat  jelas  bahwa urusan anak, ibu  tidak pernah separuh hati.. saya menangkap isyarat itu dan saya percaya kebenarannya.

Tapi bagaimana  jika saya  menjatuhkan, kan bisa pecah? Kataku mencoba memberitahu resiko yang bisa terjadi.

Oh tidak nak, barang yang istimewa itu  mendapat perlakuan istimewa.  orang akan  hati-hati sehingga barang mahal itu minimal resiko rusaknya, kata ibuku.

Saya terdiam belum mampu otak keciku mencernanya.

Coba jika ini gelas kaleng atau plastik akan diperlakukan seenaknya, dibuang atau diletakkan dimana-mana. Kata ibu menjelaskan maksudnya.

Kau bukan kategori kaleng atau plastik, sehingga tidak boleh makan dari piring kaleng atau plastik. Kau orang terhormat sehingga  harus menggunakan alat selayaknya untuk  orang terhormat. Ibu selalu memberikan yang terbaik.

Itulah ibu, semua langkah, ada tujuan yang hendak dicapai ada harapan masa depan yang  dititipkan di lakon itu, kesannya memang sangat arogan.

Apa yang jadi keyakinan ibu benar, sepanjang masa kecil tak ada di antara kami yang suka memecahkan gelas, mangkuk atau piring makan kami utuh masih bisa  dilihat sampai sekarang kalau ada yang pecah  itu perbuatan pelayan kami  yang suka terburu-buru dan  menumpuk jika mencucinya, sehingga kadang pinggirannya sompel atau retak.

Diskusi-diskusi seperti ini, menunggu   setelah saya berkeluarga, setelah  menjadi seorang ibu, baru saya mampu  sadari  betapa syarat makna ucapan itu, betapa berharganya diskusi itu.

Harapan masa depan anaknya telah ibu  titipkan melalui lisannya, yang dilisankankan  secara terus menerus. Setiap waktu pada semua lakonnya.

Kesengajaan yang sangat terencana, dan saya yakin  gema lisan itu  sampai di Arasy. Luar biasa. Itulah yang membuat ibu  istimewa, lain dengan ibu yang lain.

Waktu terbaik untuk minum susu agar mendapat manfaatnya menurut ibu hanya ada 2 waktu.  Pagi ketika sarapan dan malam ketika  akan beristirahat.

Minum Susu pada waktu pagi  dipercaya ibu membantu merasa kenyang lebih lama sementara minum susu sebelum tidur dapat meningkatkan relaksasi dan membantu tidur lebih nyenyak .

Buatku, minum susu sebelum tidur tidak ada kesulitannya, bahkan saya sangat menyukainya. Nikmat sekali susu gurih itu melewati kerongkongan mengalir di dalam perut kosongku setelah belajar malam  dan memberi rasa nyaman bagiku. Saya tidur nyenyak dengan perut yang kenyang.

Namun minum susu di pagi hari,  waktunya tidak  tepat, susu dihidang bersamaan dengan menu makan pagi, yang menunya selalu lebih  menarik untuk mengisi  perutku yang kelaparan,   kadang tak ada ruang lagi untuk  diisi dengan  susu segelas.

Waktu sarapan pagi juga sangat pendek sehingga terkesan selalu terburu-buru. Jika boleh memilih baiknya  sarapan pagi itu diberi kelonggaran, sehingga  kami boleh  memilih; sarapan pagi saja tanpa susu, atau sarapan pagi dengan sedikit susu atau sarapan pagi  dengan susu segelas, banyak sekali opsi yang disesuaikan dengan kondisi yang ada.

Bukan seperti ini, setiap hari harus sarapan ditambah  susu segelas….

Baru saja melihat menu yang dihidangkan saya sudah dapat meneriakkan bahwa menu itu bikin saya susah, susu pasti tidak dapat diminum habis.

Saya bahkan selalu ingin katakan bahwa bukan salah saya jika susu tidak habis, itu salahnya yang memasak sarapan pagi dengan menu yang enak.

Saya  anak yang selalu diminta duduk kembali menghabiskan susu, sehingga saya suka mengantisipasi hal ini sebelum makan selesai. Meminum susu habis lebih awal atau menukar gelas susu saya dengan saudaraku yang doyan susu untuk minta tolong dihabiskan. Saya suka melakukan itu dengan kecepatan yang terlatih jika ibu lagi tidak melihatnya.

Namun tetap tidak bisa terhindar bahwa saya suka  tidak menghabiskan susu sehingga ibuku menganggap saya anak yang tidak suka susu.

Ibu, hari ini bolehkah saya tidak menghabiskan susu ini? Bujukku pada ibu.

Kamu tahu jawabnya, tentu tidak boleh  ibu menjawabnya dengan mengikuti nada saya bertanya. Kelihaannya lembut tapi tak terbujuk.

Bolehkan susunya tidak diminum, kan boleh sekali-sekali tidak dilakukan. Langit ini tidak runtuh hanya karena saya tidak minum susu sehari …kataku mengeluarkan semua perkataan terbaikku, berharap saya dapat menerima rasa simpatik ibu.

Oh begitu

mari kita diskusi.

Duduk baik-baik lihat wajah ibu….

(ibu duduk di depan saya dengan sangat formal, rupanya kata-kata saya membangunkan macan yang tidur).

Ingat ini …..

Minum susu adalah aturan untuk kebaikannmu.

Jika kamu mulai melanggar aturan sekali, maka kamu sudah belajar menikmati melanggar aturan.  Dan jika hal itu terjadi maka kamu akan lebih gampang melanggar kali kedua bahkan mungkin berkali kali dengan sudah tidak merasa bersalah lagi.

Ini bukan hanya sekedar minum susu namun ini lebih dari itu, ini tentang membangun kebiasaanmu untuk mampu melatih dirimu tidak mau melanggar aturan, melalui minum susu.

Melanggar tidak minum susu akan membawa kamu bisa melanggar aturan-aturan yang lain dan merasa biasa saja. Merasa tidak malu, merasa tidak bersalah.

Mau menjadi manusia begitu tanya ibu dengan meluap-luap.

Spontan tentu saya menggeleng. Siapa yang mau jadi orang yang selalu melanggar aturan, baru diceritakan saja  bau busuknya tercium di mana-mana. Melanggar aturan seperti sampah manusia saja dari cara ibu bicarakan.

Anakku …. Salah satu yang mesti dilatihkan pada  diri ini adalah patuh pada aturan dan itu dimulai sekarang, dimulai ketika kau masih kecil…… penjelasan ibu belum selesai.

Patuh pada aturan termasuk yang  membedakan orang terdidik dengan bukan orang terdidik……  ibu masih menambah penjelasannya.

Kamu itu orang terdidik  punya bapak dan ibu orang terdidik ….. dst …. dst… 

Saya harus menyudahi pembicaraan, jika ibu sudah begini bisa diskusinya berjam-jam, membutuhkan waktu jika mau mendengar semuanya. Jika sudah begini saya lebih memilih meneguk susu daripada mendengar semua isi kepala ibu.

Cara minum susu saya juga aneh. Saya teguk susu terus sampai  habis satu gelas hanya dalam satu helaan napas.  Saya selalu mengakhiri   dengan menganggkat gelas sambil mendongakkan kepala hanya untuk memastikan bahwa susu itu habis sampai tetes terakhir,,,,,.

Lakon itu awalnya hanya untuk menarik perhatian ibu, siapa sangka kebiasaan itu saya bawa terus sampai dewasa.

Itu kebiasaan kecil yang saya tidak bisa hentikan. Awalnya saya tidak merasa aneh, nanti setelah beberapa teman yang selalu mengingatkan baru saya sadar bahwa kebiasaan harus saya format ulang.

Ritual susu juga memastikan  jumlah susu dan bagaimana cara dihidangkan. Ini ibu lakukan sendiri, tidak didelegasikan. Untuk hal ini tidak ada yang ibu percaya dapat melakukan sebaik dirinya.

Pelayan hanya boleh mengisi semua gelas susu dengan air teh yang panas mengepul kemudian ibuku meracik susu menggunakan air teh itu, gelas demi gelas dengan takaraan hanya ibu yang tahu, demikian juga dengan perbandingan gulanya. Saya selalu minum susu setiap hari dengan kualitas yang sama.

Kenapa harus pakai air teh … kenapa bukan air putih yang panas saja. …. Tanyaku pada ibu.

Air kita air sumur yang dimasak, saya tidak mau merusak aroma susu sehingga saya campur dengan air teh dulu… kata ibu menjelaskan. Saya jadi punya kebiasaan minum teh campur susu.

Supaya kami yakin manfaat minum susu maka ibu juga melakukan kampanye  manfaat minum susu.

Ketika gigi susu saya tergantikan dengan gigi yang baru, gerahamku kelihatan tidak  cukup luas  dihuni oleh gigi baru yang besar-besar dan lebar. Oleh ibuku, itu dikomentari bahwa itu  hasil dari minum susu yang selalu dilakukan.

Jika musim hujan ibu selalu menyemangati  saya akan tidak mudah flu karena gizi saya bagus, ketahanan tubuh bagus, itu karena selalu minum susu.

Belum lagi jika saya sementara bercerita,  ibu suka memelukku dan mengatakan ibu senang saya bercerita cerdas sekali dan mataku yang jernih berkejap-kejap, itu karena minum susu.

Setiap kali saya juara kelas dalam sambutan selamat, ibu selalu menyelipkan bahwa sumbangan minum susu ada pada prestasi itu.

Banyak cara yang ibu lakukan membakar semangat  untuk selalu yakin dengan manfaat  dari minum susu.

Tradisi minum susu saya teruskan ke anak-anakku, namun ritualnya sudah sangat berbeda. Hasilnya sangat bervariasi. Anak tertua maniak susu, susu dan semua keturunannya  malah jadi asupan gizi utamanya, anak kedua bermasalah dengan susu putih, saya menggantinya dengan susu coklat, namun anak ketiga saya setelah dewasa tidak mau minum susu  menggantinya dengan makan keju.  Terlalu banyak kompromi.

Saya tidak setangguh ibu mampu mendisiplinkan anak untuk mau melakukan hal yang benar terus menerus secara rutin. Ketika itu saya jadi tahu betapa luar biasanya kebiasaan ibu dan tahu  menghargai apa yang ibu lakukan.

Saya jadi sadar betapa kuatnya  tertanam pembiasaan yang dilakukan seorang ibu mewarnai sepanjang hidup anak, sangat masuk akal jika dedikasi seorang ibu  diganjar dengan syorga oleh sang pemberi amanah.

Dalam hidup saya selanjutnya, ada momen minum susu yang selalu mengingatkan saya dengan ritual minum susu ini.

Minum susu di hotel ketika sarapan pagi  selalu membuat saya ingat kenangan ini, mungkin karena kondisinya nyaris sama. Kualitas susu yang kami minum sama bahkan gelasnya pun sama. Gelas putih bening, hanya ukuran gelasnya lebih pendek. Waktunya pun sama, pagi hari dengan suasana tergesa-gesa.

Tidak ada yang  tahu bahwa setiap saya menggenggam gelas susu,  saya selalu kembali merasakan getaran kasih sayang ibu, merasakan kembali bisikan halus ayah yang menyemangati untuk  minum susu.

Namun saya kadang tergoda bagaima rasanya jika susu itu saya tidak habiskan, yah saya kadang melakukan menyisakan susu di gelas, yang dulu tak mampu saya lakukan.

Saya suka mengatakan  setua ini baru saya mampu melakukan tidak menghabiskan susu, yang dulu sangat ingin saya lakukan. ,,,,,hehehheheheh. Alfathah untuk ibuku, semoga dedikasi ini ditulis di buku langit.

Di gelas susu itu saya merasakan getaran suara-suara ibu yang menyemangati saya untuk selalu displin, taat aturan, menyayangi diri sendiri dengan hidup sehat,  ada dedikasi, ada cinta,  ada perhatian, ada jiwa raga ibu.

Dan ada pesan moral bahwa saya harus patuh pada semua aturan karena saya anak yang terdidik dengan baik. 

Terima kasih ibu.

Semoga yang saya tulis ini bisa dijadikan jawaban jika ibu  dihisab di hari kemudian seperti kata ayah. Bisa membantu meringankan  langkah ibu  menuju syorga, mampu  menghapus dosa ibu  dan mampu membuat ibu membuka pintu syorga karena bumi pun sanggup bersumpah bahwa kau ibu yang sangat amanah pada titipan Tuhanmu.

Selamat hari ibu 22 Desember 2020

Ditulis di

Monumen Emmi Saelan III/27

Makassar 90222




2 Comments

  1. April 21, 2024 at 12:49 pm

    Kliknij aby dowiedzieć się więcej

    Reply

    Outstanding feature

  2. March 25, 2024 at 9:37 pm

    Clint Hausler

    Reply

    Excellent write-up

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree