June 15, 2021 in Umum, Uncategorized

Jangan Egois – Dunia ini Bukan Hanya Untukmu

Jangan Egois

Dunia ini bukan hanya untukmu

Oleh

Telly D

Sejatinya ruangan ber AC harus bebas dari asap rokok. Aturan ini sudah diketahui dengan baik oleh para perokok. Namun tetap masih ada yang tidak peduli   dan merokok seenaknya dalam ruangan. jika ditegur pasti berbalik lebih galak?

Mengapa harus   peduli, masing-masing orang mengurus diri sendiri, urusan penyakit resiko saya, rokok ini uang saya,   saya   beli sendiri sehingga terserah mau diisap di mana saja, mengapa harus sibuk mengurusi?

Pernahkah? menemukan hal ini?

Atau pernahkah menemukan seseorang   yang selalu   mengutamakan dirinya sendiri? Selalu mendahulukan dirinya sekali pun mengorbankan orang lain? Tidak peduli,  tidak mau mengalah jika kenyamanan dirinya terganggu?

Atau pernahkah menemukan orang yang   jika berdiskusi tidak bisa menerima saran, pendapat, dan kritik atau sebaliknya suka mengeritik orang karena merasa hanya benar sendiri.

Atau pernahkah  merasakan memiliki atasan  yang  jika tidak sependapat atau menemukan anak buah lebih pintar atau lebih cemerlang dalam berpikir maka dianggap musuh, sehingga harus diabaikan bahkan dibuat menderita.

Atau adakah memiliki teman merasa sukses padahal tidak berjuang keras dan jika menemukan kesusahan justru menyalahkan orang lain.

Atau menemukan orang yang suka membanggakan pencapaiannya yang tidak seberapa? Atau mengklaim kesuksesan tim kerja sebagai hasil kerjanya, tapi juga menjadi orang pertama yang akan ‘cuci tangan’ ketika dapat masalah, atau menghindar jika mendapat tugas yang menantang.

Cerita tersebut di atas hanya sebagian dari cerita panjang tentang orang yang egois, yang  daftarnya mengisi sepanjang sejarah dunia ini.

Pembaca pun   bisa memantaskan diri apa termasuk dalam cerita yang ada atau punya cerita yang lain.

Egois adalah    sikap seseorang yang mementingkan dirinya sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain. Ego merupakan pusat kesadaran, proses alami individu, yang merupakan gabungan antara pemikiran, gagasan, perasaan, memori, dan persepsi sensoris (Raymond Corsini, Psikoterapi Dewasa Ini, 2003).

Bertemu, berinteraksi dengan  orang egois, pasti menyebalkan. Banyak susahnya dibanding baiknya,      Susah   diberi tahu, susah diberi pengertian. Tidak  mau tahu kondisi orang  lain, yang diketahui hanya dirinya sendiri.

Mengakibatkan orang malas bergaul dengan orang seperti ini. Karena lebih banyak mengelus dada, makan hati daripada  manfaat nya. Hampir semua orang setuju bahwa egois adalah sifat yang menyebalkan, tidak heran jika banyak orang yang menjauhi pribadi dengan karakter seperti ini.

Pandemi Covid-19 yang sementara kita hadapai memberikan kontribusi berarti   “Mereka mengatakan krisis bisa memperlihatkan sisi terbaik dan terburuk manusia, semua terlihat jelas selama pandemi virus corona ini,” sebut Piers seperti dikutip Daily Mail.

Ketika Pandemi covid-19 diumumkan, orang-orang egois panik, takut kehabisan makanan mereka menyerbu supermarket dan pasar memborong semua bahan pokok mulai dari bahan makanan, sabun, hand snitizer sampai masker dan tissue basah.Orang egois hanya memikirkan dirinya sendiri.

Mana  dia  peduli bahwa  lakonnya  yang  memborong  bahan  makanan  itu memberi  efek dominonya menaikkan harga barang dan hilang di pasaran, padahal apa yang  mereka  cemaskan  tentang  kehabisan makanan  tidak pernah terbukti sampai sekarang.

Masker hilang di pasaran, jika ada pasti harganya dibandroll harga yang tidak masuk akal. Bahkan ada yang melakukan menangguk keuntungan dalam kondisi ini dengan menjual masker di atas harga yang wajar, dan bercerita dengan bangganya betapa pandemic ini membawa keuntungan besar untuk mereka.

Puncak keegoisan itu ketika ada segelintir orang yang sanggup menilep uang bantuan untuk orang miskin, memanfaatkan   bantuan siosial untk kepentingan pribadi. Tidak tanggung-tanggung nilainya sampai ratusan milyar, itu dilakukan oleh orang terhormat dan berpendidikan.

Pandemic ini sudah berjalan nyaris setahun, harusnya sudah banyak yang bisa dipelajari. Anjuran untuk selalu memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan hal yang selalu disuarakan.

Orang-orang egois, Jika mereka memakai masker pasti hanya untuk menjaga  dirinya,  mana  sanggup  berpikr  bahwa  masker  itu  melindungi semua manusia di bumi ini.

Orang egois tetap melakukan undangan-undangan untuk pesta, arisan, perkawinan, pengajian bahkan kegiatan-kegiatan yang sebenarnya bisa ditunda jika mau menahan diri dan berpikir kepentingan orang banyak.

Undangan yang membuat kita kesulitan bagaimana mengkomunikasikan bahwa berkumpul itu adalah hal yang dihindari, serba salah jadinya.

Saya baru mendapat undangan menghadiri acara mapettu ada. Acara seperti ini   jika kondisi normal pun hanya acara keluarga biasa sehingga menurutku tdk perlu menyusahkan orang untuk berkumpul dalam satu ruangan dalam kondisi pandemik, berdamailah dengan kondisi yang ada.

Ketika saya komunikasi tentang anjuran pemerintah. Enteng saja dia mengatakan, saya lagi menyelesaikan tanggungjawab sebagai orang tua, dan itu dilakukan di hotel yang ketat prokol covidnya, tak ada yang salah hitung-hitung silaturahmi.

Orang egois  tidak berpikir bahwa dia juga memiliki tanggungjawab sebagai warga bumi yang menyemangati orang untuk patuh aturan. Jika orang-orang yang berpendidikan dan ikut menikmati nikmatnya kemerdekaan tidak bisa memberi contoh yang baik, maka siapa lagi yang bisa mencontohkan kepatuhan ini.

Apa dia tidak berpikir bahwa dasar silaturahmi adalah kasih sayang, melindungi orang yang kita sayang. Silaturahmi apa yang mendorong orang untuk beresiko terpapar covid-19, benar-benar gagap paham rupanya. Apalagi sekarang   silaturahmi sudah dapat dilakukan melalui online tidak harus tatap muka.

Mereka  hanya  memahami  bahwa  covid  -19  hanya  sekedar  memakai masker,  menjaga  jarak.    Dia  tidak  mau  tahu    Pandemi covid  ini  sudah menyangkut   tentang   kemanusiaan,   sehingga   orang-orang   egois   ini harusnya dikriminalkan karena   dengan sengaja membuka peluang untuk membunuh orang lain melalui terpapar covid-19. Menurutku orang-orang yang masih mengundang orang untuk berkumpul menghadiri acara keluarga adalah penjahat kemanusiaan.

Sudah terlalu banyak pengorbanan yang diserahkan. Berjuta-juta orang kelihalangan pekerjaan , ekonomi terpuruk, bahkan pemerintah jungkir balik mengatasi hal ini. Sekolah-sekolah sudah ditutup, anak-anak usia sekolah kehilangan kesempatan untuk mengembangkan potensi terbaiknya.

Kenapa belum sadar bahwa nyawa pun sudah dipertaruhkan, banyak dokter yang rela mengorbankan jiwanya, mengorbankan hidupnya terpisah jauh dari keluarganya, petugas pemakanam yang bekerja terus menguburkan korban sehingga pernah menembus angka 315 orang yang dikubur dalam sehari. Angka korban yang terpapar grafiknya merangkak naik terus sehingga ini bukan sekedar pakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak.

Jangan egois, masihkah kita tidak mau peduli, masihkah kita hanya memikirkan diri sendiri, dunia ini bukan hanya untukmu.

Makassar, 12 Jun 2021

.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree