Ibu, Masihkah Kau Sang Surya Yang Menyinari Dunia?
Ibu, Masihkah Kau Sang Surya yang Menyinari Dunia?
Oleh Telly D
Hari ini Media sosial mem”viral”kan seorang artis yang mengambil langkah berani menikah dengan pilihan hatinya sekalipun tidak direstui ibunya. Keberanian itu dipertontonkan kepada semua warga net. Tampak sekali betapa bahagianya mampu melakukan apa yang jadi hasratnya layaknya satu prestasi besar yang mesti dihargai.
Artis itu seolah tidak mau peduli bahwa kebahagiaan yang sementara dia nikmati hasil dari meremehkan dan melukai hati seorang ibu bahkan lebih jauh dapat dikatakan bahwa artis itu mengoyak-mengoyak kemuliaan, kehormatan, dan penghargaan kepada ibu yang melahirkan. Sejatinya harus dimuliakan dengan semua kemampuan terbaik yang orang bumi miliki.
Layakkah itu disebut keberanian apalagi prestasi ????? Jika anak yang dilahirkan saja tidak mau menghargai ibunya, maka siapa lagi yang dapat menghargai seorang ibu? Siapakah yang melindungi seorang ibu? Siapakah yang bisa memahaminya? Siapakah yang mampu membahagiakannya jika memiliki anak yang patuh saja tak mampu dimiliki.
Betapa bersedih dan terlukanya hati ibu dalam kondisi yang ada, namun Ibu yang diremehkan tak mau kalah, menggunakan kekuatan terakhirnya, tidak mengakui anaknya lagi sebagai anak.
Alam jadi saksi betapa mudahnya kutukan seorang ibu dibentangkan dan dipermaklumkan. Keberanian sang anak dibalas dengan kemarahan seorang ibu. Tak ada lagi yang tersisa selain rasa angkuh untuk tidak saling memaafkan. Semua merasa benar sendiri.
Mampukah lidah manusia menghapus amanah Sang Maha Kuasa yang dititipkan pada seorang ibu? Lalu jika anak itu tidak diakui, masih adakah ibu lain yang mau mengakuinya? Lalu siapa yang mendoakan keberkahan anak itu? Siapa lagi yang mengomunikasikan kondisi anak itu di Bumi dengan sang Maha Pencipta?
Tak ada yang bisa menandingi kasih ibu, sehingga tidak salah jika ada pepatah yang mengatakan “kasih anak sepanjang galah dan kasih ibu sepanjang masa”. Pepatah yang mengungkapkan bahwa kasih ibu tidak ada batasnya.
Demikian pula kekentalan hubungan ibu anak sangat unik. Kekentalannya bisa membuhul hubungan ibu anak menjadi sepasang sahabat yang sangat dekat, atau malah sebaliknya menjadi musuh bebuyutan.
Betapa pentingnya komunikasi yang dibuhul oleh kasih sayang dan saling harga menghargai dalam keluarga, bisa menjadi perekat hubungan ibu dan anak menjadi kokoh dan kuat dan saling menjaga kemuliaannya. Anak memuliakan ibunya dan ibu memuliakan belahan jiwanya. Tak ada yang tersakiti dan tak ada yang mau menyakiti. Begitulah selayaknya hubungan ibu dan anak.
Betapa pentingnya pendidikan rumah tangga, pendidikan karakter, melatih pembiasaan untuk saling memahami, saling harga menghargai, hormat menghormati dan sayang menyayangi. Banyak hubungan anak dan orang tua yang direkomendasikan untuk diteladani. Hubungan seorang anak, Nabi Ismail yang rela mengorbankan nyawa demi menjaga kemuliaan Ayahnya Nabi Ibrahim. Keperkasaan seorang ibu menginspirasi anaknya Thomas Elva Edison menjadi peneliti. Membuat makna pemotongan hewan Kurban yang dilakukan adalah buah dari keihlasan seorang anak kepada Ayahnya. Borlam yang kita nikmati menerangi rumah kita adalah dedikasih seorang ibu kepada anaknya. Napas kasih sayang ibu dan anak menghidupkan dunia ini.
Percaya dengan keajaiban hubungan ibu dan anak membuat kita mampu menyayikan lagu kasih ibu dengan syarat makna karena mengakui dan merasakan kebenaran isinya
Kasih ibu, kepada beta tak terhingga sepanjang masa.
Hanya memberi, tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia.
(kasih ibu karya SM Mochtar)
Makassar 30 Mei 2021
Leave a Reply