September 3, 2024 in Uncategorized

Harmoni dalam Keberagaman

Harmoni dalam Keberagaman

Oleh Daswatia Astuty (Telly D.)


“Kita tidak perlu menjadi sama untuk menjadi satu. Persatuan lahir dari saling menghargai dan memahami.”

Nadhira, Rajawali Kecilku
Hari ini nenek Puang Ina mendapat kiriman foto dari ibunda Zieha. Foto yang memperlihatkan aktivitas Nadhira mengikuti perayaan “Racial Harmony Day” (Hari Keharmonian Kaum) di sekolah Sempena Singapura tempat Nadhira bersekolah.

Melihat Nadhira berpartisipasi dalam Racial Harmony Day di Singapura adalah suatu kebahagiaan yang mendalam. Nenek bangga melihatmu terlibat dalam aktivitas yang merayakan keberagaman. Nenek melihat kamu melukis tentang budaya, mengenakan pakaian tradisional, bermain dengan mainan dari beragam budaya serta berpartisipasi dalam nyanyian dan tarian.

Hari Racial Harmony Day adalah salah satu inisiatif yang penting dan bermakna dalam sistem pendidikan Singapura. Dirayakan tanggal 21 Juli setiap tahun. Hari itu, merupakan pengingat kuat akan pentingnya hidup berdampingan dalam harmoni di tengah keragaman budaya, etnis, dan agama yang kaya di negara Singapura, sehingga itu tidak sekedar peringatan sejarah, Racial Harmony Day adalah kesempatan emas untuk menanamkan nilai-nilai toleransi, penghargaan, dan persatuan di hati generasi muda sejak dini.

Cucuku Nadhira, hari Racial Harmony Day menjadi penting di dunia yang semakin terhubung namun terfragmentasi oleh berbagai konflik dan prasangka. Pentingnya toleransi dan pengertian antarbudaya tak bisa dianggap remeh. Racial Harmony Day adalah wujud komitmen Singapura dalam membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis. Dengan memperkenalkan nilai-nilai ini kepada anak-anak, menanam benih masa depan yang lebih damai dan saling menghormati.

Oleh sebab itu di hari Racial Harmony Day guru di sekolah Sampena dan guru guru sekolah di seluruh Singapura mengajarkan kepada anak-anak beberapa nilai fundamental.

Penghargaan terhadap Keragaman; Anak-anak diajarkan untuk merayakan dan menghargai perbedaan budaya dan tradisi.

Toleransi dan Penghormatan; Menghormati perbedaan dan hidup berdampingan dengan damai adalah nilai inti yang ditanamkan.

Kesadaran Antarbudaya; Anak-anak diperkenalkan dengan berbagai budaya untuk meningkatkan pemahaman dan mengurangi prasangka.

Nilai-nilai itu diterapkan melalui pemberian pengalaman di Sekolah. Meski Nadhira baru berusia 20 bulan, Nadhira telah berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan hari Racial Harmony Day bersama guru dan teman-teman.

Beberapa aktivitas yang Nadhira lakukan bersama teman-teman yang bermakna dalam (terlihat dari foto).

Melukis yang Berhubungan dengan Budaya; melalui kegiatan melukis, Nadhira dan teman-teman diperkenalkan pada simbol dan elemen budaya yang berbeda. Ini akan membantu Nadhira memahami keunikan dan keindahan setiap budaya.

Nadhira Belajar Mengenal Keberagaman Simbol Budaya Foto: Dokumen Pribadi


Berpakaian Tradisional; Nadhira dan teman-teman mengenakan pakaian tradisional dari berbagai budaya. Dengan memakai baju yang berbeda, dapat memahami dan merasakan keberagaman budaya secara langsung.

Nadhira Mencoba Baju Budaya Lain .Foto: Dokumen Pribadi


Mencoba Pakaian Tradisional Lain; Selain mengenakan pakaian tradisional sendiri, Nadhira dan teman-teman juga diberi pengalaman mencoba pakaian dari budaya lain, hal ini untuk mengajarkan tentang empati dan penghargaan terhadap perbedaan.

Nadhira Bermain Alat Music Budaya Lain. Foto: Dokumen Pribadi


Permainan Tradisional; Dengan bermain permainan tradisional dari berbagai budaya, Nadhira dan teman-teman belajar tentang sejarah dan warisan budaya, serta nilai-nilai kerja sama dan sportivitas.

Nadhira Belajar Mengenal Mainan Anak-Anak. Foto: Dokumen Pribadi


Menari dan Bernyanyi Lagu Tradisional; Melalui kegiatan menari dan bernyanyi, Nadhira dan teman-teman merasakan kegembiraan dan kebersamaan, sekaligus belajar tentang seni dan musik dari berbagai budaya.

Nadhira Bermain Dalam Kotak Angka, Foto: Dokumen Pribadi


Jika Nadhira suka menonton film animasi “Upin & Ipin,” film animasi “Upin & Ipin ipin,” adalah contoh nyata dari bagaimana nilai-nilai yang diajarkan pada Racial Harmony Day diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Serial animasi ini menampilkan kehidupan dua saudara kembar, Upin dan Ipin, di sebuah desa yang dihuni oleh karakter dari berbagai latar belakang etnis dan budaya. Melalui persahabatan dan interaksi mereka, anak-anak diajarkan untuk menghargai perbedaan dan melihatnya sebagai sesuatu yang memperkaya, bukan memisahkan.

Dalam banyak episode, Upin, Ipin, dan teman-teman mereka dari berbagai latar belakang serial Upin & Ipin menggambarkan keberagaman budaya dan suku bangsa di Malaysia melalui karakter-karakter utamanya. Upin, Ipin, Kak Ros, dan Opah berasal dari keluarga Melayu, yang menjalankan tradisi Islam dan adat Melayu seperti Hari Raya dan puasa Ramadan. Mei Mei, seorang gadis Tionghoa, mewakili komunitas Tionghoa dengan perayaan seperti Tahun Baru Imlek, sementara Jarjit Singh, anak Punjabi, mengenakan dastar dan mewakili budaya Sikh. Ehsan, Fizi, dan Mail adalah teman-teman Upin dan Ipin dari keluarga Melayu yang juga mencerminkan budaya Melayu sehari-hari, sementara Devi, keturunan India Tamil, memperkaya serial ini dengan tradisi India seperti Deepavali.

Karakter-karakter ini hidup harmonis dalam keberagaman, mencerminkan nilai persatuan dan toleransi di Malaysia. Serial ini mengajarkan anak-anak bahwa kebersamaan dan kerjasama adalah kunci untuk hidup damai di tengah keragaman.

Di Indonesia, ada beberapa perayaan dan program yang memiliki tujuan serupa dengan Racial Harmony Day di Singapura, meskipun tidak identik secara spesifik. Tujuan utama dari perayaan-perayaan ini juga untuk mempromosikan kerukunan, toleransi, dan persatuan di tengah keberagaman budaya, agama, dan etnis yang ada di Indonesia.

Hari Sumpah Pemuda (28 Oktober) diperingati setiap tahun untuk mengenang ikrar para pemuda Indonesia pada tahun 1928, yang berjanji untuk bersatu sebagai satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa: Indonesia. Sumpah ini menjadi landasan bagi semangat persatuan di tengah keberagaman suku, etnis, dan budaya di Indonesia.

Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei) memperingati berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908, yang menandai dimulainya pergerakan nasional untuk kemerdekaan Indonesia. Hari ini mengingatkan bangsa Indonesia akan pentingnya persatuan nasional dan kerja sama di tengah perbedaan.

Di beberapa daerah, ada tradisi untuk merayakan hari raya keagamaan bersama-sama, di mana umat dari berbagai agama saling mengunjungi dan merayakan bersama. Contohnya adalah perayaan Idul Fitri, Natal, Nyepi, dan Waisak yang melibatkan masyarakat lintas agama. Ini adalah bentuk nyata dari toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan, yang sangat mirip dengan tujuan Racial Harmony Day.

Di beberapa sekolah di Indonesia, terutama di daerah yang sangat beragam, ada program-program pendidikan yang menekankan pentingnya multikulturalisme. Program ini dirancang untuk mendidik siswa tentang pentingnya menghargai dan merayakan keberagaman budaya dan agama yang ada di Indonesia.

Meskipun tidak ada satu hari khusus yang secara langsung mirip dengan Racial Harmony Day, semangat persatuan dan toleransi sangat dijunjung tinggi di Indonesia melalui berbagai perayaan dan program tersebut. Tujuannya adalah sama, membangun kesadaran akan pentingnya hidup harmonis di tengah keberagaman dan menguatkan ikatan persaudaraan di antara masyarakat yang beragam.

Racial Harmony Day di Singapura dan Hari Sumpah Pemuda di Indonesia adalah dua peringatan yang bertujuan untuk memupuk persatuan dan kesatuan di tengah keberagaman masyarakat.

Di Singapura, Racial Harmony Day bertujuan untuk menguatkan harmoni antaretnis dan budaya dalam masyarakat multikultural. Di Indonesia, Hari Sumpah Pemuda menekankan persatuan nasional di tengah perbedaan suku, agama, dan bahasa.

Baik di Singapura maupun Indonesia, peringatan ini meningkatkan kesadaran akan pentingnya saling menghormati dan memahami perbedaan yang ada, serta mendorong toleransi dan kerukunan.

Perbedaan keduanya terletak pada:
Racial Harmony Day di Singapura lahir dari peristiwa kerusuhan rasial di tahun 1964, sebagai upaya untuk mencegah terulangnya konflik serupa di masa depan. Sementara itu, Hari Sumpah Pemuda di Indonesia muncul dari perjuangan pemuda pada tahun 1928 untuk menyatukan bangsa yang terpecah-pecah dalam melawan penjajahan.

Racial Harmony Day lebih fokus pada menciptakan harmoni dan saling pengertian antaretnis di lingkungan multikultural Singapura. Di sisi lain, Hari Sumpah Pemuda bertujuan untuk menyatukan semangat nasionalisme dan memperkuat identitas bangsa Indonesia sebagai satu kesatuan yang utuh.

Meskipun berbeda konteks, kedua peringatan ini mengajarkan nilai-nilai persatuan, toleransi, dan kebersamaan yang penting dalam membangun masyarakat yang harmonis dan kuat.

Sebagai anak yang memiliki dua kewarganegaraan, Singapura dan Indonesia, Nadhira dapat belajar dan menanamkan beberapa nilai penting dari kedua budaya yang kaya ini.

Dari Singapura; Nadhira dapat belajar tentang pentingnya hidup harmonis dalam keberagaman etnis, agama, dan budaya. Singapura adalah contoh negara multikultural yang berhasil menjaga perdamaian dan stabilitas meskipun memiliki beragam komunitas. Racial Harmony Day mengajarkan tentang pentingnya toleransi, menghormati perbedaan, dan saling memahami satu sama lain.

Dari Indonesia; Indonesia, dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” (berbeda-beda tetapi tetap satu), juga menanamkan nilai-nilai persatuan di tengah keberagaman. Nadhira dapat mengadopsi semangat persatuan ini, memahami bahwa keberagaman bukanlah halangan, melainkan kekayaan yang harus dijaga dan dihargai.

Nadhira dapat mengembangkan identitas yang kuat dengan mengintegrasikan nilai-nilai positif dari kedua negara. Sebagai warga Singapura, kamu bisa mengadopsi disiplin, ketertiban, dan etos kerja yang tinggi. Sementara sebagai warga Indonesia, kamu bisa menanamkan sikap gotong royong, solidaritas, dan cinta tanah air.

Dari Singapura; Nadhira bisa belajar tentang pentingnya menjaga kedamaian sosial dan mencegah konflik dengan memahami sejarah Racial Harmony Day.

Dari Indonesia; Dari sejarah Hari Sumpah Pemuda, Nadhira dapat memahami bagaimana persatuan dan semangat kebangsaan berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Nadhira bisa mempelajari nilai-nilai semangat, keberanian, dan kebersamaan yang ditunjukkan oleh para pemuda Indonesia pada tahun 1928. Nadhira juga bisa belajar tentang pentingnya bahasa sebagai alat pemersatu, seperti bagaimana Bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan yang menghubungkan berbagai suku di seluruh nusantara.

Dengan latar belakang yang kaya, Nadhira memiliki kesempatan unik untuk menjadi jembatan budaya antara Singapura dan Indonesia. Kamu bisa membawa nilai-nilai positif dari kedua budaya ini ke dalam pergaulan sehari-harimu, baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Kemampuan untuk memahami dan menghargai kedua budaya akan membuatmu lebih peka terhadap perbedaan dan lebih mampu membangun hubungan yang harmonis dengan orang-orang dari berbagai latar belakang.

Sebagai bagian dari dua negara, Nadhira bisa tumbuh dengan kesadaran bahwa kamu memiliki tanggung jawab sosial di kedua tempat. Di Singapura, kamu bisa berperan aktif dalam kegiatan yang mempromosikan harmoni sosial dan kerja sama antar etnis. Di Indonesia, kamu bisa berkontribusi dengan cara-cara yang mendukung persatuan dan kemajuan bangsa, seperti terlibat dalam kegiatan sosial, budaya, atau pendidikan yang memperkuat nilai-nilai kebangsaan.

Nadhira dapat menanamkan rasa bangga terhadap identitas ganda yang kamu miliki. Nadhira bisa merayakan keragaman ini dengan bangga, mengetahui bahwa memiliki dua kewarganegaraan bukanlah sesuatu yang memecah, tetapi justru memperkaya dirimu. Nadhira bisa belajar untuk melihat dirimu sebagai individu yang membawa kekuatan dari dua budaya besar, dan menggunakan kekayaan ini untuk mengembangkan dirimu dan berkontribusi bagi masyarakat luas.

Dengan memahami dan menginternalisasi nilai-nilai dari kedua negara ini, Nadhira akan tumbuh menjadi individu yang berwawasan luas, toleran, dan mampu beradaptasi di tengah berbagai perbedaan. Hal ini tidak hanya akan menguntungkan dirimu secara pribadi, tetapi juga akan membuatmu menjadi warga dunia yang mampu membangun jembatan antara berbagai budaya dan komunitas.

Melalui pengalaman ini, Nadhira bisa menginternalisasi nilai toleransi dan pengertian yang mendalam. Nadhira belajar bahwa perbedaan tidak perlu menjadi sumber konflik, melainkan bisa menjadi sumber kekuatan dan inspirasi. Ini adalah pelajaran penting dalam dunia global saat ini, dimana saling menghormati dan memahami perbedaan adalah kunci untuk hidup harmonis bersama.

Makassar, 7 Agustus 2024




3 Comments

  1. September 4, 2024 at 12:41 am

    Sri Rahayu

    Reply

    Hebat…sebuah tulisan yg menghebatkan… mengajarkan how to be a perfect one… Nadhira… Sehat selalu Bunda…

  2. September 4, 2024 at 12:37 am

    Sri Rahayu

    Reply

    Hebat …. Sebuah tulisan yang rinci tentang ajaran how to be someone perfect… dualisme tetapi tetap satu…*Nadhira* … Sehat selalu Bunda…

  3. September 3, 2024 at 6:05 pm

    Much. Khoiri

    Reply

    Tulisan reflektif yang cukup panjang tetapi tetap bergizi. Tak ketinggalan isu multikulturalisme dihadirkan dalam tulisan. Cakep.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree