February 15, 2024 in Pentigraf, Uncategorized

Cita-cita yang Terenggut

Post placeholder image

Pentigraf

Cita-cita yang Terenggut

Oleh Telly D.

Setiap senja, Sarifah, seorang janda yang bekerja sebagai buruh tani, menyusun ritualnya sebelum beranjak tidur. Di tepi ranjang kayu reotnya, dia memeluk Dandi, satu-satunya anugerah dalam hidupnya. Sarifah membangun cita-cita indah: masa depan Dandi, bukan sebagai seorang buruh cuci, melainkan seorang presiden yang dihormati. Kemiskinan telah mengajarkan kebijaksanaan dalam dirinya; cita-cita harus setinggi langit. Meskipun sebagai buruh cuci, Sarifah tidak pernah kehilangan keyakinan bahwa mimpi-mimpi besar adalah kunci penghargaan dalam hidup. Sejak usia tiga tahun, Dandi telah diajari untuk bermimpi jauh, dan jawabannya selalu menjadi sumber kebanggaan ibunya. Dandi menjanjikan kehidupan yang mewah: rumah megah, mobil bergaya, makanan lezat, bahkan umroh dan haji.

Namun, seiring dengan gejolak politik menjelang pemilihan presiden, Sarifah merasakan getir ketika jabatan presiden, dulu dianggap suci, kini hanyalah panggung perpecahan dan cemoohan. Mimpi-mimpi cerahnya terenggut begitu saja dan menguap entah ke mana.

Malam itu, dalam pelukan hangatnya, Sarifah memohon pada Dandi dengan suara lembut, “Jangan lagi nak, jadi presiden.” Kata-katanya sarat dengan kekhawatiran. Baginya, tidak mampu melihat Dandi dan keluarganya dihina dan dihujat. Kemiskinan baginya lebih baik daripada mengenyam kekuasaan tanpa harga diri. Sarifah mampu bertahan di tengah kemiskinan, tapi kehilangan martabat adalah beban yang terlalu berat untuk dipikulnya.

Makassar, 15 Februari 2024




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree