December 18, 2023 in Catatan Harian Nadhira, Uncategorized

“Diwali: A Festival of Light and Love”

Diwali: A Festival of Light and Love

Oleh Telly D.


“Diwali mengajarkan untuk menjadi lilin yang menyala, menerangi kegelapan dengan kebaikan dan kasih sayang.” (Daswatia Astuty)

14 November 2023
Nadhira cucuku

Hari ini nenek Puang Ina menerima berita dari ibunda Zieha bahwa Nadhira mengikuti perayaan Diwali/Deepavali. Berita itu disertai dengan foto Nadhira yang menggunakan “Lehenga” rok panjang yang lebar dan “choli” (blus) dengan warna merah yang serasi, dihiasi dengan detail-detail berwarna-warni, payet yang indah, warna-warna cerah merah, kuning, dipilih untuk menciptakan tampilan yang meriah dan cocok dengan semangat perayaan Diwali yang penuh warna. Di kepala Nadhira pun tak lupa diberi hiasan bunga mawar merah yang mekar sehingga wajah Nadhira ikut mekar seperti bunga itu.

Hanya dalam foto itu kamu tidak menggunakan, anting, kalung, gelang, dan gelang kaki (ghungroo) yang bergerincing atau berlonceng kecil itu, seperti yang biasa dikenakan jika perayaan Diwali. Mungkin karena mempertimbangkan kenyamanan dengan usiamu yang masih kecil.

Ibunda Zieha juga tak lupa melengkapi ceritamu dengan mengirimkan video memperlihatkan betapa kamu menikmati perayaan itu. Nadhira berusaha bergoyang-goyang, mengangkat tangan tinggi-tinggi dengan jari-jari kecil yang terbuka, mencoba mengikuti hentakan irama dhol, table, Harmonium, sitar dan meniru gerakan tarian tradisional; garba, dandiya, dan tarian Bollywood yang memiliki ritme yang dinamis dan energik. Lucu sekali, nenek Puang Ina tersenyum dan gemas melihatnya.


Cucuku Nadhira
Kamu hidup dan berkediaman di Singapura, Bahkan ibunda Zieha dan keluarga besarnya adalah warga negara Singapura. Singapura didiami sejumlah kelompok etnis yang beragam, ada empat suku bangsa utama yang diakui secara resmi yaitu: Melayu, China (Tionghoa), India, dan etnis Eurasia, orang-orang dari berbagai latar belakang etnis yang tidak termasuk dalam tiga kelompok utama di atas.

Meskipun ada empat kelompok etnis utama ini, Singapura adalah rumah bagi berbagai komunitas dan budaya dari seluruh dunia. Kehidupan berdampingan dan harmonis antar berbagai kelompok etnis adalah salah satu ciri khas masyarakat Singapura.

Hal itu membuat Singapura dikenal dengan kebijakan multikulturalnya, dimana setiap kelompok etnis dihargai dan diakui. Nenek Puang Ina setuju dengan apa yang dilakukan ibunda Zieha memperkenalkan multikultural berbagai etnis ini di usiamu yang lebih dini.

Cucuku Nadhira
Nenek Puang Ina mengetahui dari membaca bahwa Diwali, atau Deepavali, adalah perayaan Hindu yang merayakan kemenangan cahaya atas kegelapan. Perayaan ini berlangsung selama periode lima hari.


Hari ke-1, Dhanteras jatuh pada hari ke-13 (trayodashi) bulan Asvayuja dalam kalender Hindu. Ini adalah hari membersihkan dan mendekorasi rumah, pembelian emas atau perak. Orang juga menempatkan lilin dan lentera di sekitar rumah.

Hari ke-2, Naraka Chaturdashi atau choti Diwali. Ini adalah hari ke-14 (chaturdashi) bulan Asvayuja. Pada hari ini, orang Hindu membersihkan dan menghias rumah mereka dengan kolam bunga dan membuat rangoli (hiasan di lantai).

Hari ke-3, Diwali atau Laksmi Puja. Hari utama perayaan Diwali jatuh pada hari amavasya (bulan baru) bulan Asvayuja. Ini adalah hari kemenangan Rama atas Rahwana dan kembalinya Rama ke Ayodhya setelah 14 tahun pengasingan. Rumah-rumah dihias dengan lampu dan lilin bentuk puja pada dewi Laksmi, dan orang membakar kembang api sebagai simbol kemenangan cahaya atas kegelapan.

Hari ke-4, Diwali disebut Govardhan Puja. Tradisi ini terkait dengan kisah Krishna mengangkat gunung Govardhan untuk melindungi warga Vrindavan dari amukan Indra, dewa hujan. Pada hari ini, orang membuat tumpukan makanan atau “annakut” sebagai bentuk puja kepada Dewa Krishna.

Hari ke-5 atau hari terakhir, Diwali dikenal sebagai Bhai Dooj. Ini adalah hari dimana saudara-saudari berkumpul dan menyatakan kasih sayang satu sama lain. Tradisi melibatkan pemberian hadiah berbagai jenis manisan India. Selama Diwali, orang memberikan kotak atau hamper berisi mithai seperti laddu, barfi, gulab jamun, dan sebagainya dan memanjatkan doa bagi kesejahteraan saudara.

Cucuku Nadhira

Dari bacaan itu nenek puang Ina dapat menyampaikan bahwa Diwali, adalah festival Hindu yang penuh warna, melibatkan serangkaian perayaan dan tradisi yang memenuhi atmosfer dengan sukacita. Namun, di balik hiruk-pikuk ini, terdapat makna filosofis yang mendalam. Cahaya dalam Diwali bukanlah sekadar kilatan sinar lilin atau kembang api yang bersinar di malam hari. Ini adalah simbol kemenangan kebaikan atas kejahatan, pengetahuan, atas ketidaktahuan, dan cahaya jiwa yang membawa kedamaian.

Diwali memiliki kisah yang mendalam, yang menghidupkan kembali kisah klasik dari epik Ramayana. Kemenangan Rama atas Rahwana, yang disertai dengan kembalinya Dewi Sinta ke Ayodhya, adalah puncak dari perayaan ini. Ini adalah saat kemenangan cahaya suci atas kegelapan, yang memberikan inspirasi bagi banyak orang untuk mengeksplorasi kebaikan dalam diri mereka dan menyingkirkan kegelapan yang mungkin merayap di dalam hati mereka.

Di samping filosofi yang mendalam, Diwali juga merayakan kasih sayang dan persatuan. Ini adalah saat dimana keluarga dan teman-teman berkumpul untuk merayakan bersama, berbagi tawa, cerita, dan kelezatan kuliner khas Diwali. Lebih dari sekadar acara keagamaan, Diwali menciptakan kesempatan untuk merajut hubungan yang erat dan merangsang persaudaraan di antara anggota keluarga.

Diwali dengan gemerlap lampu dan warna-warni kembang api, juga memberikan tontonan visual yang menakjubkan. Di malam hari, langit dipenuhi oleh percikan warna dan kegembiraan, menciptakan pemandangan yang tak terlupakan. Ini bukan sekadar pertunjukan visual. Ini adalah simbol perayaan yang berlangsung di langit dan di dalam hati setiap individu yang merayakan.

Namun, apakah kita dapat memahami Diwali hanya dari perspektif keindahan visual dan tradisi belaka? Bagi banyak orang, Diwali lebih dari sekadar festival agama. Itu adalah ungkapan kasih sayang yang mendalam. Sejauh cahaya cemerlang menciptakan sinar kehangatan, Diwali adalah momen di mana kita menyadari pentingnya menyebarkan cahaya ini ke dalam kehidupan orang lain.

Aspek kasih sayang ini juga tercermin dalam tradisi pertukaran hadiah selama Diwali. Ketika orang memberikan dan menerima hadiah, bukan hanya benda-benda material yang dipertukarkan, tetapi juga kasih sayang, perhatian, dan keinginan baik. Hadiah-hadiah ini menjadi simbol cinta yang diungkapkan dan diterima, menciptakan hubungan yang lebih dalam dan penuh arti di antara para pemberi dan penerima.

Diwali juga mengajarkan kita untuk menghargai dan merayakan keberagaman. Meskipun memiliki akar dalam tradisi Hindu, Diwali tidak membatasi partisipasinya hanya pada satu kelompok agama atau etnis. Di berbagai belahan dunia, Diwali dirayakan oleh berbagai komunitas dan kelompok agama, menjadi festival yang merangkul semua orang tanpa memandang latar belakang mereka.

Namun, di balik gemerlapnya cahaya dan keceriaan, kita juga perlu merenung tentang makna mendalam Diwali dalam konteks modern. Dalam dunia yang seringkali dipenuhi dengan kegelapan konflik dan perbedaan, Diwali mengajak kita untuk membawa cahaya ke dalam kehidupan orang lain, menerima perbedaan, dan merayakan persatuan dalam keberagaman.

Nenek Puang Ina dapat mengakhiri diskusi Diwali dengan mengatakan bahwa Diwali adalah Festival Cahaya dan Cinta yang mengajarkan kita bahwa cahaya yang sesungguhnya tidak hanya bersinar di langit malam atau dari lampu-lampu, cahaya kembang api dan nyala lilin yang berwarna warni.
Cahaya sesungguhnya adalah kebaikan, kasih sayang, dan persatuan yang kita bawa ke dalam hidup kita dan kita bagi pada orang lain.


Sayangku Nadhira,
Nenek Ina mengakhiri tulisan ini dengan pesan:
Berkembanglah dengan Keberagaman. Dunia ini indah karena keberagaman budaya dan agama. Pelajarilah dan hargailah perbedaan-perbedaan ini. Dengan membuka hatimu pada keberagaman, kamu akan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dunia.

Hormatilah nilai-nilai keluargamu. Tetaplah setia pada nilai-nilai dan ajaran agama Islam yang telah diajarkan oleh keluargamu. Nilai-nilai ini adalah fondasi kehidupanmu dan akan membimbingmu dalam setiap langkah.

Pertahankan Identitasmu. Walaupun kita mengeksplorasi dan menghargai keberagaman, jangan pernah melupakan identitasmu. Kamu seorang Islam. Pertahankan kebanggaan atas keyakinan dan tradisi keluargamu, karena merekalah yang membentuk karakter dan moralitasmu.

Jadilah penuntut ilmu sepanjang hayat. Pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu kesempatan dan mencapai impianmu. Jangan ragu untuk terus belajar, menjelajahi, dan tumbuh sebagai individu yang berpengetahuan.

Bersyukur atas berkah Allah. Tanamkan rasa syukur dalam hatimu untuk segala berkat yang kamu miliki. Rasa syukur akan memberikanmu ketenangan dan kebahagiaan, bahkan dalam keadaan sulit sekalipun.

Jalinlah hubungan yang baik, perkuat hubungan dengan keluarga, teman-teman, dan komunitas. Hubungan yang baik adalah modal sosial yang tak ternilai. Jangan ragu untuk memberikan cinta, dukungan, dan empati kepada orang-orang di sekitarmu.

Jadilah pribadi yang baik dan berempati. Ketika kamu memberikan kebaikan kepada orang lain, kamu tidak hanya membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik tetapi juga mendapatkan kebahagiaan yang mendalam.

Ingatlah, nenek Puang Ina selalu ada untukmu, mendukungmu dalam perjalanan hidupmu.

Peluk cium nenek penuh cinta
Puang Ina




6 Comments

  1. December 20, 2023 at 3:09 am

    Haroyanto

    Reply

    Gambaran cucu yang detail dan limpahan kasih sayang nenek Puangnya. Tulisan berbobot dan kereen. Salam

  2. December 20, 2023 at 2:50 am

    Mukminin

    Reply

    Tulisan yg JOS penuh makna pesan Nenek tentang kehidupan, menghatgai keberagaman dengan tetap pertahankan Islam sebagai agamanya. Dan terus berbuat keabaikan. Tabik. Lanjut jadi buku

  3. December 19, 2023 at 9:35 pm

    Astuti

    Reply

    Membayangkan ke lorong waktu hubungan Puang Ibu dengan almarhumah Anti seperti lebih menyentuh dari hubungan puang Ina dengan Nadhira. Menikmati jati diri seorang nenek yang bijak.

    1. December 19, 2023 at 11:15 pm

      Telly D

      Reply

      Terima kasih bu Kanjeng🙏🏻🙏🏻🙏🏻

  4. December 19, 2023 at 8:55 pm

    Much. Khoiri

    Reply

    Tulisan yang bagus, berisi dan bergizi. Layak dibungkus utk buku kedua.

    1. December 19, 2023 at 11:16 pm

      Telly D

      Reply

      Terima kasih cikgu. Siap jadi buku ke 2 💪💪💪

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree