September 29, 2023 in Haji dan Umrah, Uncategorized

Makanan Simbol Identitas Budaya

Makanan Simbol Identitas Budaya
Oleh Telly D

“Makan Nasi Mandi, seperti membaca sejarah dan budaya dalam setiap suapannya.” (Telly D)

Perjalanan ibadah haji dan umrah adalah momen yang penuh makna dan sakral. Saat saya berada di kota suci Mekkah dan Madinah, fokus utama saya tentu menjalankan serangkaian ritual ibadah, seperti thawaf (mengelilingi Ka’bah) dan sa’i (berlari-lari kecil antara Bukit Safa dan Marwah), dan rangkaian lain yang merupakan syarat wajib atau sunah.

Namun, saya juga mengambil kesempatan untuk menjelajah lebih lanjut tentang budaya dan masyarakat Arab Saudi. Seperti berwisata kuliner, kunjungan ke pasar tradisional, atau berinteraksi dengan penduduk setempat.

Hal ini memungkinkan saya mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang budaya dan gaya hidup masyarakat Arab Saudi yang unik. Dengan cara ini, perjalanan saya bisa menjadi pengalaman yang lebih kaya dan mendalam yang mencakup unsur-unsur keagamaan, sejarah, dan budaya.

Bagi saya berkunjung ke berbagai belahan bumi adalah “pertempuran” bagi cita rasa dan kelezatan, sehingga melaksanakan ibadah haji atau umrah adalah rangkaian spiritual dilengkapi dengan rangkaian nikmatnya makanan.

Memesan Nasi Mandi di Restoran. Foto: Dokumen Pribadi


Makanan sangat berhubungan erat dengan budaya masyarakatnya, para penjelajah sejarah-budaya juga adalah penjelajah cita rasa makanan. Tak salah jika para ahli Antropologi, Sosial dan Budaya seperti Claude Lévi-Strauss, mengidentifikasi makanan sebagai salah satu aspek yang paling penting dalam budaya manusia, dan mengemukakan bahwa makanan adalah cara untuk memahami struktur sosial dan pola pikir masyarakat.

Bahkan lebih jauh Mary Douglas, mengembangkan teori tentang bagaimana makanan mencerminkan struktur sosial dan tata nilai dalam masyarakat. Dia menekankan pentingnya makanan dalam membangun identitas sosial dan mengatur tata kelola sosial.

Sidney W. Mintz, menyoroti dalam karyanya, “Sweetness and Power,” bagaimana komoditas makanan tertentu dapat membentuk budaya dan ekonomi suatu wilayah.

Seirama dengan Marvin Harris, yang dikenal dengan konsep tentang determinisme kuliner, yang mengatakan bahwa faktor-faktor ekonomi, lingkungan, dan kebijakan sosial memainkan peran besar dalam menentukan pola makan dan sistem makanan suatu masyarakat.

Sehingga makanan bukan hanya sekedar bahan pokok kehidupan sehari-hari, tetapi juga cerminan dari nilai-nilai, sejarah, dan identitas suatu masyarakat.

Dengan pemahaman seperti itu kami (saya, anak dan suami) ketika memiliki waktu jeda memilih berwisata kuliner dengan menikmati makanan Arab ke restoran Al Romansiah. Restoran “Al Romansiah” merupakan tempat yang bagus untuk menikmati hidangan-hidangan khas Timur Tengah.

Makan di restoran dengan suasana yang original dan pelayanan yang ramah memberikan pengalaman kuliner yang lebih istimewa. Selain itu, restoran ini masih mempertahankan resep dan metode memasak tradisional. Kami dapat menikmati nasi Arab dengan cita rasa yang sesungguhnya.

Makan Bersama Nasi Mandi Tanpa Sendok Garpu. Foto: Dokumen Pribadi


Ketika kami tiba di sana, suasananya kental dengan nuansa Timur Tengah. Hidung saya mencium bau dupa khas Arab yang wangi dan menyengat. berbagai ornamen-ornamen Timur Tengah yang digunakan, termasuk irama lantunan salawat nabi diperdengarkan.

Area makan dipisah antara area laki-laki, dan area wanita namun, tetap ada disiapkan area untuk keluarga, semua terpadu dengan harmonis untuk memberi kesan budaya Timur Tengah.

Secara umum disiapkan tempat makan yang duduk di atas tatami yang dilapisi karpet yang empuk dan disiapkan bantal-bantal kecil untuk menegakkan punggung. Area ini dikotak-kotak bak bilik-bilik yang tinggi pembatasnya hanya setengah badan, sangat unik.

Area Makan Ala Timur Tengah. Foto: Dokumen Pribadi


Ada area yang disiapkan meja makan bagi yang tidak memilih duduk di tatami. Kami akhirnya memilih makan di area ini.

Selain minuman, ada tiga hidangan nasi Arab yang populer, ditawarkan di restoran itu yaitu Kabsa, Mandi, dan Shawarma. Perbedaan utama antara ketiga hidangan ini terletak pada cara persiapannya, bahan-bahan yang digunakan, dan rasa akhir yang dihasilkan.

Nasi Mandi alRomansiah. Foto: Dokumen Pribadi


Kami menetapkan pilihan memilih menu nasi Mandi berlauk unta dan ayam. Penggunaan daging unta tentu akan memberikan hidangan yang kami pesan memiliki sentuhan khas dan cita rasa yang berbeda. Dalam beberapa budaya Arab, terutama di wilayah-wilayah seperti Arab Saudi, Oman, dan Yaman, daging unta sering digunakan dalam hidangan-hidangan tradisional.

Nasi Mandi Dengan Lauk Ayam Porsi 3 Orang. Foto: Dokumen Pribadi


Nasi Mandi dimasak dengan cara menggunakan metode tanah atau “tandoor” (tanur) di mana nasi dan daging dimasak dalam lubang tanah yang dalam, menggunakan panci masak besar yang disebut “madhbi” atau “mandi” yang diletakkan dalam lubang tersebut. Ini adalah cara klasik memasak nasi Mandi yang memberikan hidangan itu aroma dan rasa yang sangat khas.

Membuat nasi Mandi adalah proses memasak Nasi dan daging dengan rempah-rempah khas Mandi, seperti cengkeh, kayu manis, jintan, dan safron, yang akan memberikan hidangan itu rasa yang lezat dan aromatik.

Akhirnya setelah menunggu cukup lama, hidangan nasi mandi disajikan dalam porsi besar dengan daging di atasnya, dan dilengkapi saus yoghurt atau saus tomat.

Nasi Mandi dimakan secara kolektif dengan tangan, tidak menggunakan peralatan makan seperti garpu atau sendok. Ini adalah bagian dari tradisi dan budaya makan di banyak negara di Timur Tengah.

Cara ini sering disebut sebagai “makarona” atau “makhlouta,” yang berarti “campuran” dalam bahasa Arab, mengacu pada cara hidangan dicampur bersama dan dimakan bersama-sama.

Dalam budaya ini, hidangan disajikan di atas meja besar semua orang duduk mengelilingi hidangan tersebut. Kami kemudian menggunakan tangan kanan untuk mengambil makanan dari hidangan yang diletakkan di tengah meja makan dan memakannya.

Meskipun makan dengan tangan mungkin terasa tidak biasa bagi beberapa orang, ini adalah bagian penting dari tradisi dan budaya makan di Timur Tengah. Dianggap sebagai cara yang lebih intim dan sosial untuk bersantap, semua orang berbagi hidangan yang sama.

Sekalipun di restoran juga disediakan peralatan makan seperti garpu dan sendok kami lebih memilih tidak menggunakan alat tersebut untuk memahami budaya dan aturan sosial yang berlaku.

Ketika suapan pertama masuk ke mulut saya, rasa rempah-rempah yang khas dan kuat terasa di lidah. Tekstur daging untanya yang lembut dan empuk, benar-benar makanan yang sangat lezat dengan sentuhan safron yang memberikan warna keemasan yang begitu khas pada hidangan ini.

Setiap gigitan meresap dalam lapisan-lapisan rasa, dari manis ke pedas dan gurih. Ternyata sekerat daging unta memiliki tekstur yang unik dan rasa yang khas. Lidah saya berdecap mengakui ini adalah seni kuliner yang hidup, menciptakan formula rasa khas yang tak terlupakan.

Mencicipi nasi Mandi, adalah suguhan sebuah kisah panjang dan kaya yang telah berlangsung selama berabad-abad. Rasa rempah-rempah yang lezat dan aroma yang menggoda memenuhi indera penciuman saya, sementara tekstur dan cita rasa yang unik mengundang selera saya.

Setiap suapan nasi Mandi, adalah memahami nilai-nilai, tradisi, dan cara hidup yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Tidak ada menu lain di meja makan. Hanya satu hidangan yang kami nikmati bersama. Ini adalah pengalaman kolektif, di mana kita semua berbagi satu hidangan yang sama, dan pada saat itu, saya merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar daripada sekadar makanan.

Makanan ini mengajarkan saya bahwa hidangan tidak hanya tentang rasa, tetapi juga tentang cerita dan budaya yang terkandung di dalamnya. Nasi Mandi adalah warisan, dan setiap suapan adalah perjalanan ke dalam sejarah dan identitas masyarakatnya.

Beberapa kesempatan berikutnya saya tidak hanya terbatas pada nasi Mandi; saya juga mencoba hidangan-hidangan khas setempat, seperti falafel yang renyah, shawarma yang lezat, dan tabbouleh yang segar. Setiap hidangan memiliki karakteristiknya sendiri, menggambarkan kekayaan bahan-bahan dan metode memasak yang unik.

Betapa beruntungnya saya dapat menggabungkan pengalaman religi yang mendalam dengan wisata budaya yang mendalam. Ini adalah bukti betapa agama dapat memperkaya dan memperluas wawasan tentang dunia dan keragaman budaya yang ada di dalamnya.

Petualangan wisata kuliner ini membuka mata saya tentang seberapa beragam dunia makanan dan seberapa kuatnya peran makanan dalam budaya masyarakatnya.

Perjalanan kuliner ini telah mengajarkan saya bahwa makanan adalah bahasa universal yang menghubungkan kita semua, tanpa memandang latar belakang, agama, atau kepercayaan kita. Saat kita berkumpul di sekitar meja makan, kita berbagi lebih dari sekadar hidangan; kita berbagi cerita, kebahagiaan, dan pengalaman bersama.

Saya tahu bahwa petualangan kuliner saya masih akan berlanjut. Makanan adalah jendela yang tak ada habisnya untuk memahami dunia, dan saya tidak sabar untuk melihat apa yang masih menanti di meja makan berikutnya. Selamat berpetualang dan selamat mengeksplorasi kekayaan budaya melalui makanan.

Salam literasi
Makkah, Juli 2023




6 Comments

  1. September 29, 2023 at 7:47 am

    Florentina Winarti

    Reply

    Super keren Bunda..mantabs..

  2. September 29, 2023 at 1:50 am

    Hernawati

    Reply

    Tulisan bunda selalu indah. Jadi kangen ke tanah haram lagi. Semoga Allah mudahkan kami ke sana. Aamiin. Terima kasih bunda Telly

  3. September 29, 2023 at 1:31 am

    Astuti

    Reply

    Ada karpet merah yang sudah menunggu kedatangan saya.

    1. September 29, 2023 at 1:39 am

      Telly D

      Reply

      Terima kasih bu Kanjeng

  4. September 29, 2023 at 12:59 am

    Asmar

    Reply

    Masyaa Allah, tulisan yang menarik membawa pembaca seakan ikut merasakan alurnya. Sehat selalu bersama keluarga Bu

    1. September 29, 2023 at 1:38 am

      Telly D

      Reply

      Terima kasih pak Asmar 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree