Dilarang Parkir
Dilarang Parkir
Oleh Telly D
“Amal yang kamu berikan akan menjadi naunganmu pada hari penghakiman.” (Nabi Muhammad SAW)
Pernahkan anda membaca tulisan “Dilarang parkir depan pintu” atau ‘’Parkir hanya khusus penghuni rumah’’ yang dipasang di depan pagar rumah? Apa yang anda pikirkan ketika membacanya?
Saya termasuk orang yang tidak setuju dengan papan plang yang dipasang itu. Terkesan sangat arogan menguasai area publik, egois hanya memikirkan kepentingan diri dan tidak memiliki empati pada tetangga atau orang yang ada di sekitar.
Apalagi jika saya harus berjalan mencari parkiran yang jauh padahal ada area yang masih kosong yang dapat digunakan parkir bersama. Saya suka bersungut-sungut untuk hal ini.
Berbekal pemahaman itu ketika tetangga depan rumah membuka usaha warung kopi, saya tidak memasang tulisan larangan parkir depan pintu pagar rumah.
Saya lapang dada saja menerima semua motor dan mobil pelanggan warkop yang diparkir menyesaki depan pintu garasi.
Awalnya semua menyenangkan. Keramaian depan rumah membuat saya aman, jauh dari gangguan kecurian buah mangga, buah matoa, dan buah kelapa yang berbuah sepanjang tahun di halaman. Demikian juga tanaman bunga saya aman tidak ada yang terganggu,
Saya juga bisa menikmati indahnya shalawat Nabi yang diputar dari warkop setiap pagi dengan cukup keras, jika warung itu mulai dibuka.
Namun hidup ini tidak ada yang abadi selalu saja ada ujian kesabaran.
Seiring dengan berjalannya waktu saya mulai terusik. Warung kopi itu semakin ramai dikunjungi, parkiran sudah mulai sesak. Sudah mulai mengganggu kenyamanan aktivitas saya.
Sesungguhnya, jika saya membuka akses pintu garasi, petugas warkop tahu diri selalu datang tergesa-gesa membantu memindahkan kendaraan yang parkir menghalangi mobil keluar atau mengosongkan parkir depan pintu jika melihat kendaraan saya datang untuk masuk garasi.
Namun saya tidak selalu dalam kondisi normal, kadang-kadang saya tergesa-gesa keluar karena telat berangkat atau tergesa-gesa masuk karena kebelet ingin buang air.
Jika sudah begini saya suka mengalah mengeluarkan mobil lain dari pintu garasi yang lain, atau mengeluarkan mobil lebih pagi sebelum warkop ramai.
Jika dari luar saya suka memilih parkir di jalan luar saja, menunggu sepi pengunjung baru memasukkan mobil, atau bahkan kadang memilih tidak memakai mobil pribadi menggantinya dengan naik grab mobil saja. Mengikuti saran suami untuk latihan bersabar.
Keluhan saya bertambah ketika pertandingan sepak bola dunia dimulai dan warkop jadi tempat nobar (nonton bareng). Suara ribut dan sorak-sorak menyemangati kesebelasan jagoannya sepanjang malam. Hiruk pikuknya dan pekik-pekik kemenangan sudah sampai ke kamar utama, mengganggu tidur. Saya masih bisa bersabar berharap ini hanya sementara, menunggu perebutan piala sepak bola dunia selesai. Tentu akan kembali seperti semula.
Tetapi Saya harus kecele, sebab warkop tetap buka dan ramai sampai larut malam. Hal itu berarti tidur saya akan terganggu. Usia saya yang lanjut bisa menambah masalah kesehatan, jika saya terganggu tidur, susah untuk saya dapat tidur kembali.
Tetangga pemilik warkop itu mesti tahu apa yang saya alami. Pagi ini saya sudah mempersiapkan diri, mengunjungi warkop sambil membawa laptop, memberi kesan akan ngopi sambil bekerja.
Saya masuk warkop yang lagi penuh-penuhnya, memesan secangkir kopi dan beberapa potong gorengan. Melihat kedatangan saya pemilik warung kopi datang menghampiri menyapa dan memuliakan. Saya sangat terkesan dengan kerendahan hati yang dimiliki.
Dalam obrolan bersama saya memuji kemajuan dan ramainya warkop. Dia mengucapkan Alhamdulillah dan menjelaskan bahwa kondisi itu sudah bisa membayar biaya operasionalnya dan menggaji karyawan. Keuntungaannya dikumpul sedikit-sedikit dari segelas kopi dan kue yang dihidangkan. Keramaiannya karena orang ngopi segelas bisa duduk berjam-jam menikmati fasilitas jaringan internet yang ada.
Saya mengedarkan pandangan keliling ruangan. Sebagian besar pelanggannya adalah mahasiswa yang menyelesaikan tugas perkuliahan dengan laptop dan tukang ojek, gofood yang menunggu panggilan. Betul pelanggan yang sangat tergantung dengan internet gratis.
Baru beberapa menit saya duduk saya melihat mahasiswa yang duduk di depan saya memesan kue dan makanan yang dijual di warung yang ada di sebelah warkop.
Rupanya harga kue itu lebih murah dari yang disiapkan di warkop. Spontan saya berbalik menatap mata pemilik warkop dia juga balik menatap membaca reaksi saya, pemilik warkop itu paham apa yang saya gugat melalui pandangan mata.
Sambil tersenyum dia mengatakan, “Saya membiarkan karena tetangga itu juga mau hidup seperti saya mencari rezeki.”
Saya masih mencerna apa yang dikatakan ketika melihat sebuah gerobak penjual kue pancong/beroncong yang sengaja parkir di depan warkop itu ikut mengais rezeki, menjual kuenya kepada pelanggan yang ada di dalam warkop.
“Enak benar penjual itu numpang jualan,’’ spontan saya berbisik. ‘’Kami semua sementara meminta kemurahan hati pemberi rezeki. Dunia ini milik sang Maha Kuasa bukan milik saya,’’ ucapnya menjelaskan dengan penuh ketulusan.
Saya menatapnya dengan nanar. Kalimat itu menampar muka dan membuat saya melihat diri buruk rupa, jadi malu megingat niat awal saya datang ke warkop ini hanya untuk menggugat karena mengganggu kenikmatan tidur, sangat remeh-temeh dibanding dengan apa yang dia hadapi.
Jika saya tidak bisa memberi apa yang dibutuhkan mengapa saya tidak berbagi dukungan padanya, Pemilik warkop itu telah menjadi guru kehidupan saya, mengajari saya arti berbagi dan memahami kebutuhan tetangga. Hidup ini adalah madrasah kehidupan (Much Khoiri, 2020).
Saya pulang membawa rasa malu itu. Setiap malam jika pelanggan warkop itu ribut dan mengganggu tidur, percakapan ini menyemangati saya untuk pindah tidur ke kamar kerja sebelah, solusi mengatasi gangguan tidur.
Hanya Allah yang tahu apa amalan ini layak jadi naungan saya untuk hari penghakiman nanti. Ampunilah aku ya Allah. Hanya itu yang mampu saya lakukan dengan keterbatasan yang ada.
Tunjukilah saya jalan yang lurus.
Makassar, Februari 2023
April 24, 2024 at 7:55 am
Przeczytaj więcej
Insightful piece
September 18, 2023 at 1:14 pm
Sumardyono
Cerita menginspirasi. Terkadang guru kehidupan, selalu ada di sekitar kita.
February 15, 2023 at 7:22 am
Mi'radiyah
Masya Allah, tulisan ini membuat saya ikut belajar tentang arti berbagi. Bukan hanya harta, hati yang lapang ternyata juga jadi sumber berbagi. Terimakasih bu
February 13, 2023 at 12:26 pm
Astuti
Ada guru kehidupan di warung kopi. Begitulah cara Allah membuka wawasan kita yang kadang kerdil
February 15, 2023 at 4:20 am
Telly D.
Terima kasih
February 13, 2023 at 12:15 pm
Sugiarti
Keren…banyak pelajaran yang diberikan sehingga membuat menjadi lebih bermakna
February 15, 2023 at 4:20 am
Telly D.
Terima kasih
February 13, 2023 at 12:14 pm
Sugiarti
Keren…banyak pelajaran yang diberikan…
February 15, 2023 at 4:20 am
Telly D.
Terima kasih
February 13, 2023 at 12:02 pm
Sumintarsih
Pengalaman yang luar biasa. Saya ikut belajar, Bunda.
February 15, 2023 at 4:21 am
Telly D.
Alhamdulillah
Terima kasih
February 13, 2023 at 11:29 am
Much Khoiri
Catatan harian yang sangat bagus. Terima kasih telah menyebut nama saya.
February 15, 2023 at 4:21 am
Telly D.
Terima kasih
February 13, 2023 at 11:22 am
Mas Marjuki
Pandangan yang sangat mengagumkan. Saya setuju sekali dengan Kanda Telly. Selama ini saya kurang sreg dengan rumah atau toko yang orang lain atau bukan pembeli toko itu. Hal ini tampak arogan onginnya menguasai area publik.
February 15, 2023 at 4:22 am
Telly D.
Terima kasih
February 13, 2023 at 7:25 am
kang Amri
Bersabar dlm tempo singkat mungkin masih bs ditolerir tp bersabar dlm tempo panjang itu betul2.luar biasa…tks bunda Telly D ..
February 15, 2023 at 4:22 am
Telly D.
Terima kasih
February 13, 2023 at 7:15 am
Muhammad Helmi
Wow. sangat mengedukasi pelajaran kesabaran dan keikhlasan
February 15, 2023 at 4:22 am
Telly D.
Terima kasih
February 13, 2023 at 7:01 am
Hariyanto
Ada pelajaran hari ini yang amat mahal…..yaitu kesabaran. Semoga ini menjadi amalan yang dijadikan naungan nanti di akhirat untuk Bunda dan orang sabar semua. Aamiin
February 15, 2023 at 4:23 am
Telly D.
Aamiin
Terima kasih
February 13, 2023 at 6:52 am
Abdullah Makhrus
Kalau ada sumur di ladang boleh kita menumpang mandi. Kalau ada wifi sudah dipasang bolehlah kita menumpang menjemput rezeki. Ibunda Telly D yang lapang dan memaafkan..insyaAllah balasan surga menanti. Barokallah..belajar hikmah dari kehidupan tukang warkop
February 15, 2023 at 4:23 am
Telly D.
Terima kasih
February 13, 2023 at 6:13 am
Mukminin
Masya Allah luar biasa Bunda Telly mengajarkan tauladan. Smg kebaikannya mjd amal shaleh dan menggerakkan hati-hati yg kaku dan egoisme
February 15, 2023 at 4:24 am
Telly D.
Aamiin
Terima kasih
February 13, 2023 at 6:07 am
Ngainun Naim
Allah karim. Dalam kehidupan selalu ada pelajaran. Terima kasih atas pencerahannya Bu.
February 15, 2023 at 4:24 am
Telly D.
Terima kasih