July 16, 2022 in Catatan Harianku, Uncategorized

Ulang Tahun dan Janji Abadi

Post placeholder image

Ulang Tahun dan Janji Abadi

Oleh Telly D

Hidup bersama dalam hitungan tahun tidak berarti harus sama. Perbedaan bisa menumbuhkan saling pengertian satu sama lain. Kita tidak hanya berumur dengan tahun, namun juga dengan cerita-cerita kehidupan yang mewarnai hidup ini.

Sepuluh Juli adalah hari kelahiran suami, dengan usia perkawinan kami yang telah memasuki tahun ke-37 berarti sudah 36 kali suami berulang tahun bersama saya.

Suami anak pesisir di Kabupaten Wakatobi, bersuku Buton. Keluarga sederhana, tidak punya tradisi merayakan ulang tahun dalam keluarganya. Namun setelah menikah, saya selalu menjadikan kesempatan ulang tahun untuk mengiktikadkan bahwa saya peduli dan sangat mengasihinya sekalipun hanya dengan bisikan halus, dekapan hangat, dan sedikit kecupan ringan.

Hidup bersama dengannya menjadikan saya paham bahwa suami selalu menghindar jadi pusat perhatian. Menurutnya, kasih sayang dan rasa cinta hanya untuk dirasakan, bukan untuk diumbar jadi konsumsi umum. Akhirnya saya mengembangkan kebiasaan memberi perhatian secara senyap dan terselubung.

Menghindar untuk selalu menjadi perhatian, tidak berarti suami tidak memberi perhatian dan kasih sayang. Dengan

kecerdasan yang dia miliki, suami pandai memilih waktu dan cara yang tepat untuk membahagiakan sekaligus mengarahkan saya dan anak-anak.

Hampir semua minat, hobi, studi, karir saya berkembang dengan baik karena dukungan dan perhatiannya.

Saya memiliki koleksi sulaman dan rajutan karena pemberian suami. Paket-paket sulaman dan rajutan yang dia belikan khusus menjadi oleh-oleh setiap kali mengunjungi kota besar, tanpa saya minta.

Saya memelihara tanaman hias juga diawali dengan pemberiannya. Ketika kuliah di Malang dan di Surabaya, setiap kali pulang berlibur ke Makassar, suami membawakan tanaman hias. Dimasukkan dalam koper pakaian (pakaiannya dimasukkan ke dalam kresekan atau dus). Saya haru menemukan perhatiannya. Hal itu menggerakkan saya memelihara tanaman hias dengan perhatian yang setara.
Kebiasaan ini saya teruskan sampai sekarang.

Suami menyiapkan saya ruang dapur yang dirancang khusus dan dilengkapi dengan alat masak yang menggunakan teknologi. Kesenangan saya memasak berkembang dengan baik. Saya menjadi koki kebanggaan keluarga. Kemampuan memasak itu saya gunakan untuk membahagiakan keluarga besar dan para sahabat.

Keberhasilan studi yang selesai tepat waktu dengan hasil cumlaude juga karena perhatiannya. Suami memberi ruang khusus untuk saya pakai belajar di rumah. Membelikan dan

mengajari saya bekerja dengan komputer sehingga saya tidak kesulitan menyelesaikan tugas-tugas kuliah.

Selalu membelikan saya buku terbaik. Suami selalu menjadi teman diskusi yang setara.

Kelengkapan literatur dan diskusi yang mendalam tentang teori pengembangan model pembelajaran (yang menjadi disertasi suami) membuat saya percaya diri mengembangkan model MMT (Manajemen Mutu Terpadu) dengan menggunakan teori pengembangan model pembelajaran untuk disertasi saya.

Menerima hadiah sepatu sneakers, falt shoes, boots shoes, loafers shoes. Hadiah tas backpack, tote bag, shopper bag, hand bag dan sholder bag (tas yang menampung semua kebutuhan). Hadiah baju coat, pantsuits, gamis/abaya, salwar kameez membuat saya paham bahwa saya diarahkan berpakaian simple, praktis, dan elegan, baik untuk acara formal, harian dan ke tempat kerja sehingga terkesan kasual.

Suami saya tidak mengarahkan saya tampil feminim yang memakai gaun dan bersepatu high heels atau wedges dengan mengapit clutch atau pouch.

Namun, sesungguhnya yang paling saya hormati dari suami adalah menghargai hak-hak yang saya miliki. Memandirikan saya, memberi saya kebebasan untuk mengejar apa yang saya inginkan. Berkarir 11 tahun berpisah dengannya bukan masalah bagi suami.

Sumber : Dokumen Pribadi

Suami ridha dan memberi izin hanya dengan ucapan “jika itu memang membuat kamu bahagia, silakan lakukan, bayarannya tetap menjaga kehormatan dan kepercayaan. Selalu memastikan tanggung jawab sebagai ibu dan istri bisa dilakoni dengan baik. Itu adalah karier pertama wanita sebagai tanggung jawabnya langsung ke Sang Maha kuasa.”

Kepada putri saya satu-satunya pun tidak kalah dukungan perhatiannya. Diberi fasilitas yang sama dengan saya bahkan lebih. Anak wanitanya pun boleh bersekolah di sekolah yang berasrama, diizinkan kuliah jauh keluar negeri menjajal kemampuannya dan diberi kebebasan untuk memilih berkarir sesuai keinginannya. Berkarir di Boston, Amerika Serikat, bahkan menikah dengan warga negara Amerika.

Kasih sayanglah yang membuat suami mau kompromi jadi pusat perhatian menerima dirayakan ulang tahunnya.

Menerima ucapan selamat ulang tahun dari putrinya dengan cara yang dipamerkan.

Wisuda 2013 di Brandeis University di Waltham/Boston, Massachusetts
Sumber : Dokumen Pribadi

Suami bersedia menerima berbagai hadiah dari putrinya: baju, sepatu, dasi, jam tangan, parfum, dompet, bunga, coklat, cake ulang tahun, nasi tumpeng atau perayaan apa saja demi untuk menikmati senyum lebar galak tawa bahagia yang berderai- derai dari anak wanitanya.

Suami bisa menerimanya, sekalipun setelah itu suami selalu ingin tahu berapa biaya yang putrinya keluarkan untuk hadiah dan acara ulang tahun itu. Putrinya selalu mengatakan, “Pemali menanyakan harga jika sedang makan nanti makannya tidak bisa ditelan.”

Memang suami sangat rasional dalam menggunakan uang. Putrikami punya ungkapan jika gergetan dengan kebiasaan Bapaknya yang menurutnya samgat teliti dengan mengajukan pertanyaan, “Apa bedanya hemat dengan pelit Bapak?” Hehehe.

Saya selalu menengahi dengan mengatakan “Harap maklum, itu akibat dulu lama merantau, kiriman uang (wesel) selalu terlambat tibanya. Uang jika masih bisa tidak dibelanjakan maka tidak akan dibelanjakan.”

Mungkin saja ungkapan saya itu tidak tepat, namun melihat tatapan mata suami tidak keberatan. Saya suka mengulang ungkapan ini.

Mulut suami memang lebih sering tertutup. Tidak suka berkomentar, namun tatapan matanya mengungkapkan banyak hal. Melalui tatapan mata itu saya bisa membaca pikiran dan suasana hatinya.

Cara suami menatap, kilau yang di pancarkan bola matanya, durasi waktu menatap, kedipan matanya dan gerakan yang dilakukan membuat saya tahu.

Saya tahu kapan suami tertarik atau tidak tertarik dengan pembicaraan, percaya atau tidak percaya, setuju atau tidak setuju, atau menginginkan hal lain, gembira, sedih , berterima kasih atau bangga.

Tatapan mata yang memperlihatkan keteguhan, prinsip, luasnya wawasan, kesetiaan, kasih sayang kemandirian, kejujuran.

Sungguh menyenangkan, melihat bola matanya yang begitu menawan, begitu membawa kedamaian, sekalipun dengan tampilan yang sangat sederhana. Bahasa cinta suami ada di kilau mata itu.

Sekarang semua tinggal kenangan. Dua tahun terakhir ini perayaan ulang tahun tidak ada lagi. Saya tidak lagi mengucapkan selamat ulang tahun pada suami.

Putri kami, pelakon perayaan ini telah meninggal dunia dan saya terikat janji padanya. “Mama berjanji bahwa saya akan selalu menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun kepada Bapak,” ucapnya memaksa saya berjanji.

Merasa tidak yakin, putri saya mengubah perjanjiannya. “Mama berjanji tidak boleh mendahului saya mengucapkan selamat ulang tahun kepada Bapak”

Saya masih memegang teguh janji itu, benar-benar tidak ada lagi ucapan selamat ulang tahun dari saya untuk suami, sesuai janji saya pada almarhumah. Janji abadi seperti kasih sayang saya yang abadi padanya. Saya sangat menghormati dan memuliakan putri saya sekalipun kami tidak bersama lagi.

Hari ini 10 Juli 2022 saya memeluk dan memberi ciuman pada suami. Linangan air mata saya yang berjatuhan

mengungkapkan banyak hal yang tidak mampu dilisankan. Kematian menyadarkan saya untuk selalu memanfaatkan waktu yang masih tersisa untuk saling membahagiakan.
Perpisahan itu pasti akan tiba, hanya menunggu waktu saja. Kematian akan menjelang dan seseorang di antara kami harus bersedia ditinggalkan.

Makassar. 10 Juli 2022




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree