July 16, 2022 in Catatan Harianku, Uncategorized

Sahur Antar Bangsa

Sahur antar Bangsa
Kepiting Vs Smart Watch
Oleh Telly D

Menyebut sahur, orang memahami bahwa itu aktivitas makan yang dilakukan umat muslim pada waktu sepertiga malam jika berniat puasa keesokan harinya dalam bulan Ramadhan.

Ini makan sahur yang istmewa, bisa berkumpul keluarga dalam bulan Ramadan setelah mengalami pandemi covid-19 selama 2 tahun.

Kumpul keluarga ini juga belum lengkap. Masih kurang satu orang anak menantu yang berdiam di Boston Amerika Serikat. Sejak meninggal putri saya yang menjadi isterinya, belum punya kesempatan mudik lagi ke Indonesia.

Udang Bakar
Sumber : Dokumen Pribadi

Namun tidak mengurangi rasa syukur dan bahagia, diberi kesempatan menikmati berkumpul. Akhirnya jadi tahu betapa bahagianya mudik lebaran itu, membahagiakan yang mengunjungi apalagi yang dikunjungi.

Kami duduk berlima (saya, suami, Firul, Ifat dan isterinya Zieha) mengelilingi meja makan menghadapi hidangan. Sahur pertama dengan menantu baru. Suasana baru yang ramai, menantu baru jadi pusat perhatian.

Meja makan biasanya hanya terisi dua kursi, sekarang semua kursi terisi. Semua duduk di posisi yang biasa. Saya dengan suami di ujung kepala meja makan, saling berhadapan. Kursi di samping kanan suami posisi duduk almarhumah putri saya, secara alami saja telah diduduki oleh menantu saya Zieha.

Saya melihat tidak seorang pun dari kami yang mempersilakannya duduk di situ. Zieha tentu hanya melihat kursi itu kosong, kemudian mendudukinya. Tidak ada yang salah, semua berlangsung secara alami.

Tidak ada yang sadar bahwa terjadi penggantian posisi secara diam-diam. Ini menyadarkan saya, bahwa sudah ada wanita lain selain saya dalam keluarga ini. Saya sudah punya anak wanita seperti dulu lagi.

Saya memerlukan untuk menatapnya sejenak, menaksir kemampuan yang dia miliki dan mencoba meyakinkan diri bahwa dia akan menjadi kesayangan keluarga kami.

“Ini makan sahur antar Bangsa,’’ bisik saya di telinga suami. Ketika melihatnya sementara mencuri tahu apa yang saya pikirkan.

‘’Saya ingin sea food itu jadi duta bangsa memulai mengakrabkan menantu mengenal Indonesia,’’ lanjut bisik- bisik saya untuk meyakinkan bahwa semua baik-baik saja.

Pilihan menghidangkan menu sea food, karena punya stock ikan, udang, cumi, kerang, dan kepiting terbaik yang didatangkan dari tempat terbaik di negeri ini, Sorong Papua Barat. Pasokan rutin putra yang bekerja di sana.

Dihidangkan dengan cara masak yang sederhana saja. Dipanggang, direbus didampingi saus sambal yang istimewa, sehinggan nikmat originalnya tidak dipengaruhi dengan rasa bumbu yang dominan.

Betul, menantu saya terkesan. Saya mendapat pujian keenakannya seperti yang saya inginkan. Saya menikmati reaksi spontannya yang berterima kasih.

’’Ini makanan yang mahal di Singapore, hanya dihidangkan direstoran tertentu dengan harga yang istimewa pula.’’
‘’Itulah kelebihan Indonesia,’’ ucap saya dengan sedikit tersenyum.

‘’Di Singapore jika makan udang dan kepiting saya hanya memakan dengan ukuran yang kecil-kecil saja,’’ ucap Zieha mengomentari cumi, udang, dan kepiting yang dihidang dengan ukuran besar.

Zieha berceritera bahwa jika ingin menikmati makan sea food maka dia mengunjungi Maxwell Food Centre, Old Airport Food Centre,Tuckshop Harbour Food Centre atau Tekka Market & Food Centre atau menyeberang ke Pulau Batam Indonesia sekalipun Jauh, namun juga tetap dengan harga mahal.

Cumi Bakar
Sumber : Dokumen Pribadi

Saat itu saya merasa, hidangan meja makan di dapur kecil rumah saya sudah setara dengan hidangan restoran ternama. Meja makan antar bangsa. Saya mengirim senyum puas dan lirikan nakal ke suami saya. Mudahnya rasa bangga itu menyelinap di hati saya.

Untuk menghangatkan suasana, dengan rendah hati saya mengatakan ‘’di Singapore tidak ada yang murah semua mahal untuk ukuran kami yang di Indonesia. Di sana orang makan dengan dollar dan kami di Indonesia makan, cukup dengan rupiah.’’ Kami jadinya tertawa berderai-derai.

Saya mulai menebar jaring halus, betapa nikmatnya hidup di Indonesia bahan makanan tersedia dengan kualitas baik dan lebih murah dibanding Singapore.

Tujuan yang saya sasar hanya satu, memprovokasi mau hidup di Indonesia, di samping saya. Meja makan secara sadar saya ubah fungsinya menjadi area provokasi.

Dalam pembicaraan itu saya jadi tahu bahwa di Singapore untuk berhemat, orang kadang menyeberang ke Johor Malaysia hanya untuk belanja keperluan bulanan atau sekedar membeli bensin yang jauh lebih murah.

Dalam pembicaraan, mata saya tertarik dengan jam tangan yang mereka pakai berpasangan, naluri saya mengatakan itu bukan jam biasa, saya selalu melihat jam itu dipakai dan dilirik-lirik setiap waktu.

‘’Apa istimewanya jam tangan itu sehingga dipakai terus?’’
‘’Ini Smart Watch, bukan jam tangan biasa. Ini jam tangan untuk program national steps challenge. Program pemerintah Singapore untuk menyuruh warga negara Singapore dan sekitar membiasakan gaya hidup sehat dengan berjalan kaki.’’

‘’Pemerintah Singapore memprediksi jika gaya hidup penduduk tidak sehat berlangsung terus maka kelak di waktu yang akan datang pemerintah akan kesulitan dengan biaya kesehatan yang menjadi semakin berat.’’

‘’National steps challenge, cara sehat dengan berjalan kaki. Berjalan kaki adalah aktivitas yang ringan, murah, dan mudah dilakukan namun punya manfaat luar biasa. Menyehatkan jantung dan menormalkan semua metabolisme tubuh.’’

‘’Program ini menggunakan aplikasi healty 365, merekam kemajuan berjalan kaki yang dicapai sehari, seminggu, sebulan bahkan setahun (365 hari). Datanya masuk dalam data base kesehatan pemerintah secara terpusat. Informasi Data ini digunalan di semua rumah sakit dan dokter-dokter peraktik dalam menegakkan diagnose penyakit.‘’

‘’Di bawah pengendalian pemerintah, tidak ada alasan bagi seorang warga negara Singapore untuk tidak melakukan minimal. 5.000 langkah setiap hari.’’

‘’Namun jika melangkah lebih, ada 2 miles stone yang disiapkan. Pemerintah Singapore memberi point dalam bentuk hati bagi masyarakatnya yang bisa mencapai 7.500 langkah (10 hati) atau jika mencapai 10.000 langkah (25 hati) dalam sehari.’’

‘’Point-point ini dikumpul dapat ditukar dengan voucher untuk belanja makanan di supermarket, wisata, gym, berenang, dan berbagai kebutuhan masyarakat.’’

‘’Ditukar 5 dollar saja banyak, itu bisa untuk beli roti, telur, susu dan peanut butter,’’ jelas Zieha tersenyum melihat saya sangat terkesan.

Cumi Bakar
Sumber : Dokumen Pribadi

Penjelasan yang panjang dan mengalir begitu saja.
‘’Menarik karena bisa menjadi program Nasional,’’ kata saya spontan.

‘’Awalnya ini aplikasi buatan mahasiswa yang sementara kuliah di bidang kesehatan untuk para orang tua, namun setelah menjadi program pemerintah justru kaum muda yang menyukainya.’’

‘’Saya sendiri, ucap Zieha menjadikan ini semacam tantangan harian yang mesti saya capai, seperti hari ini saya baru melangkah 8.000 langkah sehingga saya mesti melangkah lagi untuk mencapai 10.000 langkah setiap hari, itu setara dengan berjalan 8 km, (pantas saya selalu menemukan dia mencuri melihat jam tangan itu).’’

Saya jadi serius mengamati jam tangan setelah selesai makan. Jam digital yang dibagi gratis. Di dalamnya dilengkapi dengan pengukuran tekanan oksigen, untuk olah raga berat, berlari, dan mengukur detak jantung.

‘’Apakah program ini menemukan tantangan?’’ jadi ingat kondisi Indonesia, jika ada program pemerintah.

‘’Iya tidak semua juga masyarakat Singapore nyaman menggunakan. Ibu saya dengan alasan ribet setiap hari di cas bahkan tidak mau pusing dengan menghitung-hitung point suka mengabaikan.’’

‘’Namun jika melakukan pemeriksaan kesehatan dan aplikasi kesehatan dibuka akan ketahuan bahwa dia telah mengambil jam tangan itu namun tidak digunakan berjalan.’’

‘’Oh, begitu cara pemaksaan yang dilakukan pemerintah.’’
Makan sahur hari ini benar-benar makan sahur antar bangsa, terjadi diskusi mendalam, saya yang awalnya hanya ingin mempesona dia dengan kekayaan hasil laut di Indonesia berbalik terkesan dengan program kesehatan yang dibawa pengendalian pemerintah Singapore. Negara maju sudah sejauh itu kepedulian dan antisipasinya terhadap kesehatan masa depan.

‘’Dengan luas wilayah Singapore dan jumlah penduduknya yang tidak seperti Indonesia, tentu hal ini mudah dilakukan,’’ seseorang dimeja makan mengeluarkan komentar.

‘’Penggunaaan teknologi pada semua lini kehidupan juga membawa perubahan besar bagi penduduk Singapore,’’ seseorang lagi menimpalinya.

Makan sahur selesai. Diskusi antar bangsa itu ditutup dengan menyadari bahwa kesehatan bukan pilihan lagi, tetapi keharusan untuk diperjuangkan oleh masing-masing individu.

Peran pemerintah hanya peran memotivasi namun masing-masing individu tetap harus mau memperjuangkan secara sadar. Menjaga kesehatan adalah menjaga aset masa depan.

Akhirnya, semua bertekad berjuang untuk sehat dengan mulai berjalan bersama setiap hari. Minimal menjapai 5.000 langkah. Melangkah bersama memelihara kesehatan untuk hidup dan masa depan yang lebih baik.

Makassar, 27 April 2022.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree