May 30, 2022 in Jelajah Nusantara, Uncategorized

Taman Nasional Komodo (3)

Taman Nasional Komodo (3)
Pulau Rinca
Tempat Melihat Komodo Sambil Trekking

Oleh Telly D
Kapal Nk Jaya yang Saya carter selama mengelilingi kawasan Taman Nasional Komodo. Ketika hari sudah mulai petang, membuang sauh dan berlabuh di dermaga Loh Buaya. Saat itu dermaga Loh Buaya sementara dipenuhi dengan kapal-kapal besar dan speedboat, terlihat dari jumlah kapal yang diikat di dermaga.


Letak dermaga Loh Buaya yang tersembunyi dalam teluk, membuat kapal Nk Jaya tenang dari hempasan gelombang. Saya bisa tidur nyenyak sepanjang malam di perairan ini dengan ayunan pelan gelombang perairan, dan pada pagi hari kapal Nk Jaya masih tertambat di dermaga.

Pulau Rinca, termasuk satu dari 3 pulau besar (Padar, Rinca, Komodo) yang ada dalam kawasan Taman Nasional Komodo, menarik untuk dikunjungi.

Pulau Rinca dengan dermaga Loh Buaya. Gambar: Dokumen pribadi


Daya tarik utama Pulau Padar adalah tempat habitat asli komodo hidup, sekalipun bukan Pulau Komodo. Memiliki panorama alam yang indah dan punya jalur trekking yang panjang dan indah.


Pulau Rinca memiliki luas yang lebih kecil dari Pulau Komodo dengan populasi komodo yang diperkirakan sekitar 1.000 an ekor, membuat lebih mudah menjumpai komodo di pulau ini daripada di Pulau Komodo.


Di Pulau Rinca, selain komodo juga hidup hidup berbagai jenis binatang lain, seperti babi liar, kerbau, ular, dan burung.
Perbedaan Pulau Rinca dan Pulau Komodo sebagai pulau habitat komodo ini terletak di kontur geografis pulau tersebut. Dimana Pulau Komodo lebih banyak hutannya, sedangkan di Pulau Rinca lebih banyak savananya.


Komodo yang berada di Pulau Rinca pun memiliki sifat yang lebih ganas karena cuacanya terik dan didominasi oleh padang savana. Itulah mengapa sering terjadi kasus Ranger diserang Komodo di pulau ini.


Jarak antara Pulau Rinca dan Pulau Komodo tidak berjauhan. Namun, ukuran Komodo yang berada di Pulau Komodo lebih besar dibandingkan ukuran Komodo yang berada di Pulau Rinca.


Pulau ini dijaga oleh satuan polisi Rinca (Power Ranger Komodo), satuan yang bertugas melindungi kelangsungan dan kelestarian kehidupan komodo dan sekaligus melindungi keselamatan para pengunjung yang berada di kawasan ini.
Para Ranger yang hanya bersenjatakan kayu yang bercabang ujungnya, untuk melindungi dari serangan komodo. Mudah dikenali, punya pengenal dan berseragam, berkacamata hitam, memakai topi koboi dan bersepatu bot, penampilan yang menarik.


Sebelum melakukan petualangan, demi keselamatan dan meminimalisasi resiko di lapangan, pengunjung wajib didampingi oleh para Ranger. Pengunjung dikumpul untuk mendengarkan penjelasan oleh para Ranger.


‘’Komodo adalah kadal terbesar dan tertinggi di dunia. Memiliki nama latin Varanus komodoenesis. Badannya yang besar, pergerakannya lambat yakni hanya sekitar 8 -10 kilometer per jam. Namun dalam kondisi terancam atau takut, mereka dapat lari hingga kecepatan 18 kilometer per jam. Komodo, hewan pemakan daging memiliki indera penciuman yang kuat.

Komodo diketahui dapat membau darah sampai jarak 5 – 11 kilometer. Mereka lebih mengandalkan indera pembau ketimbang penglihatan, meskipun mereka memiliki penglihatan yang baik. Bisa berlari, bisa berenang, dan bahkan bisa memanjat pohon, dan seterusnya.”


Mendapat penjelasan ini, membuat selama berjalan Saya selalu di belakang Ranger. Ada rasa waswas jika dikejar komodo, mau berlindung kemana. Kaki Saya juga tidak tangkas berlari, memanjat pohon di padang savana, apalagi harus berenang mengalahkan komodo. Harus meningkatkan kewaspadaan jika sewaktu-waktu komodo datang menghampiri.


Dari pos penjagaan, Saya di pandu oleh para Ranger untuk menjelajahi dan menelusuri jejak komodo di Pulau Rinca. Rasa penasaran ingin mengetahui dengan melihat langsung hewan purba yang terkenal dan nyaris punah itu, mengalahkan rasa takut yang ada. Percaya pada keberanian para Ranger yang membuat kaki Saya terus mau diajak berjalan.

Komodo yang hanya bermalas-malasan tidur-tiduran. Gambar dok. Pribadi


Akhirnya Saya berjumpa dengan keluarga binatang purba itu. Beberapa ada yang tidur-tiduran bermalas-malasan dan ada yang bermain di sekitar rumah penduduk.

Ini betul-betul kehidupan alami. Penduduk dan binatang ini bisa hidup berdampingan dengan damai. Tidak seseram yang Saya bayangkan. Seperti binatang peliharaan yang berkeliaran di sekitar rumah penduduk.


Dari jarak yang aman Saya dapat mengambil gambar. Informasinya Saya termasuk pengunjung yang beruntung dapat bertemu komodo dalam kondisi demikian.


Menurut pemandu, kondisi tidak selalu begitu, bahkan kadang susah menemukan komodo jika datang pada musim kawin. Dimana komodo yang ingin kawin masuk dalam hutan, para pejantan bertarung untuk memperebutkan mempelainya. Kondisi yang paling berbahaya, namun paling menarik melihat pertarungan itu.”


Di sepanjang jalur trekking, Saya bisa menikmati pemandangan indah berupa jajaran perbukitan dan hamparan laut biru, pemandangan khas Pulau Rinca.


Hamparan laut biru berpadu dengan perbukitan eksotis, semakin menambah keindahan Pulau Rinca, sungguh memanjakan mata.


Terdapat 2 kampung dalam kawasan ini yang memiliki penduduk kurang lebih 1.000 orang. Kampung Rinca dan Kampung Karora. Penduduk di Kampung Rinca memiliki mata pencaharian sebagai seorang nelayan. Juga mendapatkan penghasilan dari menjual makanan, menjadi tour guide, hingga menyewakan rumahnya untuk menjadi homestay bagi wisatawan yang datang.


Penduduk asli ini sangat ramah, yang membuat pengunjung betah berada di sana sambil menikmati keindahan Pulau Rinca.
Bukan hanya itu saja, Pulau Rinca menawarkan juga untuk ikut dalam melestarikan lingkungan dengan program penanaman tanaman bakau. Untuk membeli bibitnya, Saya mengeluarkan uang sebesar 150.000 rupiah.


Uniknya, bibit bakau tersebut dapat diberi label sesuai nama kita dan nantinya apabila berkunjung lagi ke Pulau Rinca dapat mengetahui perkembangan pohon bakau sesuai dengan nama kita.


Pengalaman yang berkesan. Saya berharap masih diberi kesempatan datang ke tempat ini dan bisa melihat tanaman bakau itu.


Saya telah membuktikan Pulau Rinca ini sangat nyaman dijadikan sebagai tempat trekking. Saya juga dibuai dan hanyut dalam panorama alam yang memukau dan bisa melihat komodo dari dekat. Pulau Rinca benar-benar seperti sebuah pulau liar dengan keindahan yang mengagumkan.


Saya akan terus berjalan dan mengabadikan jejak kaki Saya dalam tulisan sehingga abadi tidak terhapus, bahkan Saya yakin akan banyak jejak-jejak kaki lain yang juga ikut berjalan di jalur trekking yang menarik ini.

Makassar, April 2022.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree