April 5, 2022 in Jelajah Nusantara, Uncategorized

Rumah Pengasingan Bung Karno Di Ende

Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende
Tempat Lahirnya Gagasan Nilai-Nilai Pancasila
Oleh Telly D

‘’Aku tidak mengatakan, bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi kami, tradisi-tradisi kami sendiri, dan aku menemukan lima butir mutiara yang indah.’’

Ini penggalan kata Bung Karno ketika menceritakan proses penggalian nilai-nilai Pancasila. Proses ini dimulai perenungannya di rumah pengasingan Bung Karno di Ende.

Sumber : Dokumen Pribadi

Rumah pengasingan Bung Karno di Ende menjadi istimewa. Tempat lahirnya gagasan Pancasila, dasar negara Indonesia. Mempunyai arti khusus dalam sejarah bangsa Indonesia. Berdasarkan alasan tersebut, Rumah Pengasingan Ir. Soekarno di Ende ditetapkan menjadi Bangunan Cagar Budaya berperingkat Nasional dengan Surat Keputusan bernomor 285/M/2014 pada 13 Oktober 2014.

Rumah pengasingan ini terletak di Jalan Perwira, Kotaraja, Ende Utara, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Sebelumnya rumah ini adalah rumah kediaman keluarga Abdullah Amburawu penduduk masyarakat lokal.
Bung Karno tinggal di rumah ini selama 4 tahun (1934-1938) sebagai tahanan politik. Bersama istrinya Inggit Garnasih, anak angkatnya Ratna Djuami, dan mertuanya Ibu Amsi.

Rumah Pengasingan Bung Karno
Sumber : Dokumen Pribadi

Tahun 1951 Ketika Indonesia telah merdeka, Ir Soekarno pernah mengunjungi Ende untuk pertama kalinya sebagai Presiden Republik Indonesia. Ir Soekarno bertemu dengan Abdullah Ambuwaru dan meminta rumah tempat tinggalnya dijadikan museum.

Pada kesempatan kunjungan yang kedua ke Ende, Ir. Soekarno meresmikan rumah pengasingan sebagai museum tanggal 16 Mei 1954.

Wakil Presiden Boediono yang berkunjung ke Ende pada tahun 2009 membentuk Yayasan Ende Flores yang kegiatan pertamanya melakukan pemugaran bangunan fisik Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende.

Pada 23 Juni 2012 situs tersebut resmi direnovasi secara total mulai dari dinding, lantai, sampai atap dengan tetap tidak mengubah bangunan lama.

Pembangunan dilaksanakan selama kurang lebih satu tahun di bawah pengawasan Yayasan Ende Flores yang berkoordinasi dengan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sumber : Dokumen Pribadi

Situs bersejarah setelah dipugar diresmikan kembali oleh Wakil Presiden Boediono pada tanggal 1 Juni 2013 yang bertepatan dengan peringatan hari Kelahiran Pancasila. Syafrudin mulai menjaga rumah pengasingan ini sejak saat itu.

Ketika Saya mengunjunginya, rumah itu tertutup, Saya melihat rumah pengasingan yang sederhana, halamannya asri namun terawat dengan baik. Rumah sederhana itu tidak bernomor dan berada di tengah rumah penduduk.

Rumah tersebut terdiri atas ruang tamu, ruang tengah, dan tiga kamar tidur. Kondisinya terbilang masih terawat baik. Bagian rumah seperti sumur, kamar mandi, dapur masih terlihat seperti sedia kala.

Beberapa barang milik Bung Karno juga masih disimpan dalam rumah pengasingan seperti ranjang tempat tidur, lemari pakaian, biola, tongkat, lampu minyak, lampu tekan, setrika besi, peralatan makan, peralatan masak, foto Bung Karno, lukisan Pura Bali yang dipajang dalam rumah.

Menurut Syafrudin, kondisi rumah pengasingan ketika itu dijaga ketat oleh pemerintah Hindia Belanda. Semua langkah Bung Karno diawasi dan dikontrol dengan ketat. Pengasingan adalah upaya menjauhkan Soekarno dari massa, dikucilkan jauh dari masyarakat lokal.

Bung Karno banyak mengisi waktu dengan berbagai kegiatan seperti melukis, bermain biola, dan menulis. Hasil karyanya bisa dilihat, 12 naskah drama (hanya 7 yang ada). Naskah drama ini pernah dipentaskan oleh murid-muridnya di Gedung Imaculata.

Cerita anak-anak, naskah Rendoraterua (cerita tentang adat istiadat masyarakat), Anak Haram, Maha Iblis, Dokter Setan (perjuangan), Indo 45, Jala Gabi, Kut-kut Bi, Jula Gubi, dan Aero Dinamit, serta naskah drama “Rahasia Kelimutu.”

Saya tertarik untuk mengetahui di mana tempat Bung Karno merenung yang sangat melegenda itu. Ternyata di sebuah taman yang letaknya sekitar 500 meter dari rumah pengasingan. Saya berjalan kaki menuju taman itu.

Taman yang tidak jauh dari rumah pengasingan, kini taman itu dikenal dengan taman renungan Bung Karno atau sering disebut taman Renungan Pancasila. Tempat lahirnya gagasan nilai-nilai Pancasila.

Di taman tersebut didirikan patung Bung Karno yang sedang duduk merenung di bawah pohon sukun bercabang lima sambil menatap ke arah laut.

Sumber : Dokumen Pribadi

Pohon sukun yang dijadikan peneduh. Sebagai pengingat, di dinding tanaman pohon sukun ini tertulis, “Di kota ini kutemukan lima butir mutiara, di bawah pohon ini pula kurenungkan nilai-nilai luhur Pancasila.”

Pohon sukun itu, pohon yang ditanam tahun 1981, bukan pohon sukun yang asli ketika Soekarno diasingkan. Pohon sukun masa pengasingan Soekarno sudah mati, tumbang sekitar tahun 1960.

Bung Karno membuktikan bahwa pengasingan atau apa saja namanya tidak cukup kuat untuk membelenggu pikiran dan keinginan merdeka seseorang bahkan bisa jadi melenting sebaliknya.

Keterasingan dalam kesendirian dan kesunyian memang kondisi yang tepat untuk merenung. Betapa jauhnya perenungan yang Bung Karno lakukan sehingga hasil dari perenungan ini dipakai sejak negeri ini merdeka sampai sekarang. Tidak bisa dibayangkan bagaimana keberagaman yang negeri ini miliki jika tidak dibuhul oleh nilai-nilai Pancasila.

“Tulislah tentang aku dengan tinta hitam atau tinta putihmu. Biarlah sejarah membaca dan menjawabnya.” (Bung Karno).

Makassar, Maret 202




One Comment

  1. April 27, 2022 at 8:33 am

    Mukminin

    Reply

    Alhamdulilah info terlengkap dari bunda. Sy sejak SD – SPG ( sekolah guru) membaca sejarahnya. Hanya pengasingan Bung Karno penjelasan kurang. Skrg lengkap. Mksih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree