NASI HANGAT DI TENGAH MEJA DINGIN

Pentigraf
24
NASI HANGAT DI TENGAH MEJA DINGIN
Oleh: Telly D.
Mbah Rukiyah tinggal di rumah tua bersama anak dan menantu yang kadang lebih sering saling diam daripada saling sapa. Ia bukan sarjana, tak pernah membaca buku filsafat, tapi tahu betul kapan suasana rumah berubah dingin. Maka setiap sore, ia memasak nasi hangat, menyeduh teh manis, dan menghidangkan lauk sederhana tepat di tengah meja makan. Ini bukan hanya soal makanan, tapi soal kebersamaan yang mulai renggang.
Kadang ia sengaja menumpahkan air, memanggil menantunya dengan suara agak keras, atau meminta cucunya memanggil ayahnya untuk bantu memotong sayur. Semua ia lakukan perlahan, penuh perhitungan tanpa paksaan. Ia tahu, menyatukan hati tidak bisa dengan ceramah panjang tapi dengan kehadiran yang sabar dan perantara yang tulus.
Pada suatu malam, ketika akhirnya mereka makan bersama dalam diam yang pelan-pelan mencair, Mbah Rukiyah duduk paling akhir, mengusap kakinya yang mulai bengkak sambil bergumam, “Kadang, perempuan menjaga rumah bukan dengan bicara keras, tapi dengan hati yang memilih diam demi tetap hangat.”
Makassar, 21 April 2025
April 30, 2025 at 7:37 pm
Guillermo2571
Very good https://is.gd/N1ikS2
April 30, 2025 at 7:19 am
Davis478
Good https://is.gd/N1ikS2
April 30, 2025 at 12:03 am
Olivia3865
Awesome https://is.gd/N1ikS2
April 28, 2025 at 4:52 am
Mathew2953
Awesome https://rb.gy/4gq2o4
April 25, 2025 at 12:59 am
PakDSus
Memilih diam demi tetap hangat, ungkapan yang sangat menyentuh. Bisa dipraktikkan oleh mereka yang memiliki kesulitan berkomunikasi verbal.
April 24, 2025 at 11:19 pm
Much. Khoiri
Ungkapan penutupnya sangat kuat bertenaga