Ikan Asar

Ikan Asar
Oleh: Telly D.
Bayangkan sejenak, anda berdiri di tepi pantai Papua Barat saat fajar baru saja menyingsing. Laut membentang luas di hadapan, menghampar bagai permadani biru yang terus bergelombang. Angin membawa aroma garam menyentuh wajah, aroma petualangan dan kehidupan. Inilah laut yang menjadi jantung bagi banyak orang di sini memberi mereka rezeki, harapan, dan kisah yang tak pernah habis untuk diceritakan.
Dari permukaan laut yang tenang hingga kedalamannya yang misterius, berbagai jenis ikan berenang bebas. Pernahkah anda membayangkan bagaimana seekor ikan bisa menjadi bagian dari tradisi yang begitu besar? Cakalang bukan sekadar ikan bagi masyarakat Papua Barat. Ia adalah lambang ketahanan. Ia berenang jauh, menantang arus, dan selalu menemukan jalannya pulang.
Namun, perjalanan cakalang tak berhenti di laut. Saat ditangkap oleh tangan-tangan nelayan, ia memasuki babak baru dalam kisahnya. Ia mengalami transformasi yang menakjubkan, dari ikan segar menjadi ikan asar. Di sinilah magisnya terjadi petualang yang mengalami perjalanan penuh makna, cakalang pun melewati api dan asap, mengubah dirinya menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar makanan.
Di pagi hari, Anda bisa berjalan-jalan ke pasar tradisional Sorong dan melihat sendiri bagaimana ikan asar dijajakan. Asap masih mengepul, menciptakan kabut tipis yang membelai aroma khas ikan yang baru diasap. Pedagang menyusunnya dengan rapi di atas meja, menunggu pelanggan yang sudah mengenal baik kelezatan makanan ini. Saat anda mencicipinya, rasa gurihnya langsung memenuhi lidah membawa anda kembali ke laut tempat asalnya.

Membeli Ikan Asar di Pinggir Pasar Sorong Papua. Foto: Dokumen Pribadi
Tapi kisah ikan asar tidak berhenti di pasar lokal. Ia melangkah lebih jauh, menyusuri jalur perdagangan yang membawa namanya hingga ke mancanegara. Pernahkah anda berpikir bahwa sepotong ikan yang diolah secara tradisional bisa mendarat di meja makan di Tokyo, Amsterdam, atau New York? Ikan asar bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga jembatan yang menghubungkan Papua Barat dengan dunia luar. Ia membawa kisah tentang laut yang kaya, tentang nelayan yang bekerja tanpa lelah, dan tentang masyarakat yang menjaga tradisi dengan hati yang teguh.
Di balik aroma asap dan rasa yang khas, ada kisah yang sering kali terlupakan. Ada nelayan yang meninggalkan rumah saat langit masih gelap, bertarung dengan gelombang yang tak bisa ditebak. Ada tangan-tangan yang telaten menyalakan api, mengawasi bara agar tidak terlalu panas atau terlalu redup. Ada pedagang yang dengan sabar menimbang dan mengemasnya, berharap dagangan mereka akan laku hari itu. Semua ini adalah bagian dari kisah ikan asar, cerita tentang ketekunan dan dedikasi yang jarang disadari oleh mereka yang hanya menikmatinya di meja makan.
Di zaman serba instan ini, ketika makanan cepat saji memenuhi rak-rak supermarket, ikan asar tetap berdiri teguh. Ia tidak kehilangan pesonanya, tidak tersingkir oleh kemajuan zaman. Ia tetap menjadi pilihan, bukan karena rasanya yang otentik, tetapi karena ada sejarah, tradisi, dan jiwa dalam setiap potongannya. Pernahkah anda berpikir bahwa dengan menikmati ikan asar, anda sebenarnya sedang menyelami kisah yang telah bertahan selama berabad-abad?
Seperti cakalang yang tak kenal lelah berenang melawan arus, masyarakat Papua Barat pun terus menjaga warisan mereka. Ikan asar adalah pengingat bahwa di tengah gelombang modernisasi, masih ada nilai-nilai lama yang tetap dijaga. Ia mengajarkan bahwa kehidupan tak melulu soal berlari ke depan, tetapi juga soal merawat akar dan mengenang jejak yang telah ditinggalkan.
Jadi, lain kali ketika anda mencicipi ikan asar, ingatlah kisah panjang yang menyertainya. Bayangkan lautnya, nelayannya, asap yang menari, dan perjalanan panjangnya hingga ke piring anda. Karena di setiap gigitan, ada kisah yang tersimpan tentang laut yang luas, tentang ketahanan, dan tentang cinta pada tradisi yang tak akan pernah pudar.
Sorong, 29 Januari 2025
January 31, 2025 at 10:27 am
Sumintarsih
Menginspirasi….Dari 1 objek bisa dikaitkan banyak hal.