Dari Laut Sorong Hingga Meja Dunia

Dari Laut Sorong Hingga Meja Dunia
Oleh: Telly D.
Matahari masih malu-malu terbit ketika saya melangkah menuju salah satu pusat industri pengiriman udang beku di Sorong, Papua Barat. Udara pagi terasa segar, membawa aroma asin laut yang bercampur dengan semangat para pekerja. Saya tak perlu berjalan jauh untuk tiba, saya menginap dalam lingkungan industri itu.
Industri itu terletak di hamparan tanah seluas 2,5 ha, memiliki bangunan-bangunan utama yang mensupport aktivitasnya dan beberapa bangunan penunjang. Fasilitas yang paling saya suka adalah memiliki dermaga kecil yang menarik, di situlah saya menghabiskan waktu menikmati matahari terbit atau menikmati senja yang menjelang.
Sorong, kota kecil menyimpan kekayaan luar biasa di perairannya, adalah seperti tambang emas yang tersembunyi. Namun, bukan emas yang berkilauan, melainkan udang-udang berkilau dengan kualitas terbaik, yang telah lama menarik perhatian pasar internasional. Saya datang untuk menelusuri bagaimana “harta karun” ini dikirimkan ke luar negeri, menempuh perjalanan panjang dari lautan Papua hingga meja makan di benua lain.
Sorong dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil udang terbaik di Indonesia. Di perairannya yang kaya, berbagai jenis udang hidup dan berkembang biak. Udang Black Tiger atau udang windu menjadi primadona karena ukuran dan kualitas dagingnya. Selain Black Tiger, Sorong juga menjadi habitat udang putih (vannamei), yang populer di pasar global karena teksturnya yang lembut dan manis. Tidak kalah menarik adalah udang dogol, udang karang, dan udang merah (red shrimp), yang semuanya memiliki cita rasa dan karakteristik unik.

Salah Satu Udang Black Tiger. Foto: Dokumen Pribadi
Keistimewaan udang dari Sorong terletak pada lingkungan alaminya yang masih murni. Perairan yang bersih dan kaya nutrisi menghasilkan udang dengan tekstur kenyal, rasa manis alami, dan warna yang mencolok. Udang dari Sorong adalah perwujudan keagungan alam Papua; simbol keindahan laut yang terjaga.
Saat saya tiba di pusat industri, hiruk-pikuk aktivitas mulai terlihat. Truk-truk pendingin datang dan pergi, membawa hasil tangkapan dari laut yang jauh. Pemandangan itu seperti simfoni kerja keras manusia dan alam yang berpadu untuk menciptakan produk terbaik. Udang yang baru ditangkap segera dicuci dengan air bersih. Proses ini dilakukan cepat dan efisien, menjaga agar kesegaran alami udang tidak hilang.

Salah Satu Langkah Proses Pemilahan Udang. Foto: Dokumen Pribadi
Udang-udang tersebut kemudian melewati proses pendinginan awal, direndam dalam air es yang hampir beku. Tujuannya adalah menghentikan waktu membekukan rasa, kesegaran, dan keindahan udang di saat terbaiknya. Setelah itu, udang dipilah dengan hati-hati. Pekerja dengan gerakan tangan yang lincah memilah udang berdasarkan ukuran, jenis, dan kualitas. Black Tiger dengan ukuran besar menjadi sorotan utama. Udang ini adalah “bintang utama” yang mendapatkan perhatian lebih. Udang-udang kemudian dibekukan menggunakan teknologi blast freezing, di mana suhu ekstrem hingga -40ยฐC dengan cepat membekukan seluruh tubuhnya. Teknik ini memastikan tekstur dan rasa udang tetap terjaga hingga berbulan-bulan kemudian, seperti sebuah kapsul waktu.
Tidak hanya soal teknologi, perjalanan udang ini juga membutuhkan serangkaian dokumen penting. Sertifikasi kesehatan, perizinan ekspor, dan standar keamanan pangan internasional seperti HACCP adalah gerbang penjaga yang memastikan udang Sorong layak memasuki pasar global. Proses ini seperti perjalanan panjang sebuah karya seni, di mana setiap detail diperhatikan untuk menciptakan produk yang sempurna.
Namun, di tengah kesibukan rantai proses industri, saya diberi kesempatan menikmati udang Black Tiger ukuran 3, yang artinya hanya tiga ekor udang diperlukan untuk mencapai berat satu kilogram. Udang tersebut dipanggang sederhana, hanya menggunakan bawang putih, lada putih, dan daun seledri. Ketika saya menggigitnya, rasanya seperti menikmati perpaduan rasa yang sempurna. Dagingnya manis alami, lembut namun kenyal. Aroma bawang putih dan daun seledri menciptakan perpaduan yang sederhana namun penuh citarasa. Ini adalah bentuk kemewahan sejati kesederhanaan yang memperlihatkan kualitas.
Sambil menikmati hidangan ini, saya merenung tentang perjalanan panjang yang dilalui udang-udang ini sebelum akhirnya sampai ke meja makan. Perjalanan mereka seperti kisah hidup dari laut yang bebas, penangkapan yang terorganisir, hingga teknologi canggih yang mempersiapkan mereka untuk menaklukkan pasar dunia. Udang-udang ini menjadi simbol ketahanan dan transformasi, dari alam liar ke dunia modern.
Ketika saya melihat kontainer berpendingin yang siap berangkat ke Jepang, saya merasa seperti saksi sejarah. Udang dari Sorong bukan sekadar produk ekspor; mereka adalah duta besar yang membawa cerita tentang laut Papua yang kaya, kerja keras para nelayan penangkap, dan dedikasi dalam menjaga kualitas.

Hidangan Sederhana Udang Black Tiger. Foto: Dokumen Pribadi
Dalam perjalanan pulang, saya tidak hanya membawa rasa puas karena telah mencicipi kelezatan udang Black Tiger, tetapi juga rasa syukur atas pelajaran yang diberikan. Udang-udang ini mengajarkan saya bahwa kualitas sejati tidak datang secara instan. Mereka adalah buah dari alam yang murni, teknologi yang canggih, dan tangan-tangan pekerja yang penuh dedikasi.
Sorong, dengan segala kekayaannya, adalah panggung di mana kisah-kisah hebat tentang udang terbaik dunia ini ditulis. Dari laut hingga meja makan, udang Sorong adalah lambang kekayaan alam yang luar biasa, yang siap menaklukkan dunia dengan rasa dan kualitasnya yang tiada banding.
Sorong, 28 Januari 2025
January 28, 2025 at 4:06 am
Florentina Winarti
Warbiasahhh…penulis hebat๐
January 28, 2025 at 12:42 am
Much. Khoiri
Tulisan yang bagus dengan detail yang baik.
January 28, 2025 at 12:29 am
Mukminin
Matur nuwun. Jos