RERUNTUHAN MIMPI

Pentigraf
RERUNTUHAN MIMPI
Oleh: Telly D.
Mira dan Riko pernah seperti dua helai daun yang tumbuh di ranting yang sama, saling berbagi nafas dan embun. Mereka merangkai mimpi bersama, membeli rumah yang mereka sebut “sarang burung cinta” dan menyatukan tabungan dalam satu akun bank, seolah-olah dunia hanya milik mereka berdua. Namun, seperti badai yang datang tanpa aba-aba, kabar perpisahan mereka menyentak keluarga, tetangga, dan sahabat. Cinta yang mereka bangun, kokoh seperti batu karang, tiba-tiba runtuh menjadi serpihan.
Kisah cinta itu berubah menjadi medan perang, bukan tentang hati yang remuk, tetapi soal siapa yang berhak atas lemari kayu, sepeda statis, hingga saldo rekening terakhir. Perselisihan semakin sengit, seperti pertunjukan sandiwara yang ditonton orang-orang dengan campuran rasa ingin tahu dan prihatin. Desas-desus beredar; mungkin ada laporan keuangan yang tidak jujur, atau pengeluaran diam-diam yang merusak kepercayaan. Namun, Mira tetap bungkam, hanya sesekali tersenyum pahit, seperti mengunyah pil pahit yang harus ia telan sendiri.
Saat semua bisik-bisik menggantung di udara, Mira akhirnya membuka suara. βAku keselek jakun.β Dalam kebisuan yang menyelimuti ruangan, Mira menjelaskan bahwa Riko telah menyeberang, memilih melabuhkan hatinya pada pria lain. Kata-kata itu seperti kilat yang membelah langit gelap, mengejutkan, menyakitkan, namun membawa terang pada misteri yang selama ini mereka tutupi.
Sorong, 28 Januari 2025
Leave a Reply