HARI DI BULAN MADU

Pentigraf
HARI DI BULAN MADU
Oleh Telly D.
Pagi pertama setelah pernikahan, rumah kami masih harum melati, sisa dari pesta yang penuh doa. Semua terasa baru, rumah baru, kehidupan baru, dan istri baru. Saat matahari mulai mengintip, perutku ikut memberikan sinyal minta diisi. Dengan lembut, aku membisikkan permintaan sederhana pada istriku, untuk membuat sarapan pagi.”Masak saja apa yang ada di kulkas, tidak usah repot-repot.” Ia mengangguk penuh semangat, menuju dapur dengan langkah ragu tapi percaya diri. Tak lama, sepiring sarden muncul di meja. Namun, sarden itu sudah hancur, menyisakan kuah merah kental yang entah bagaimana bisa begitu encer.
Sorenya, aku meminta istriku memasak sup saja sesuatu yang kupikir sederhana dan sulit untuk gagal, “berimprovisasilah sedikit.” Ketika mangkuk sup itu datang, aku tertegun melihat isinya. Sup kentang itu berwarna ungu! ia menambahkan ubi ungu dan terong ke dalamnya karena ingin mencoba hal baru. Sup itu memiliki rasa yang tidak bisa kuterjemahkan. Malam harinya, aku memintanya membuat nasi goreng dengan bumbu instan, berharap kali ini berbeda.
“Aku makan dengan mata tertutup dan menelan tanpa menguyah.” Khawatir jika melihat lidahku akan menyerah. Istriku benar-benar mencoba hal baru, nasi goreng dengan bumbu sayur asem. Memasak bukan keahliannya, tapi semangatnya adalah bukti cintanya. Dan itu lebih dari cukup untukku.
Makassar, 13 Januari 2025
Leave a Reply