Karakter Perisai dalam Ujian Pergaulan
Karakter Perisai dalam Ujian Pergaulan
Oleh: Telly D.*)
“Karakter adalah bukti tak kasat mata yang menjaga nama kita tetap baik.” (Daswatia Astuty)
Karakter seseorang seringkali menjadi benteng terkuat dalam menghadapi berbagai situasi, terutama ketika integritas dipertaruhkan. Dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pergaulan hingga jabatan, karakter yang kuat dapat menjadi pelindung dari ancaman yang datang, baik secara langsung maupun melalui cara-cara tersembunyi. Pengalaman hidup saya mengajarkan betapa kuatnya peran karakter dalam melindungi dari potensi kerugian dan fitnah yang dapat terjadi kapan saja.
Suatu ketika, saya menghadapi ujian yang cukup berat saat nomor telepon saya diretas oleh orang tak dikenal. Dalam posisi saya sebagai pejabat yang mempekerjakan beberapa mitra kerja, ini tentu menjadi ancaman tersendiri. Peretas tersebut mencoba meminta sejumlah uang kepada kolega dan mitra kerja saya melalui nomor yang diretas, berusaha memanfaatkan posisi saya untuk menipu mereka. Namun, tidak ada seorang pun yang terjebak oleh taktik penipu tersebut.
Para kolega mengenal karakter saya dengan baik. Mereka tahu bahwa saya adalah orang yang tidak pernah meminta bantuan finansial atau melakukan hal serupa dalam hubungan profesional. Pengenalannya terhadap prinsip hidup dan integritas saya membuat mereka mampu melihat tipuan itu sebagai sesuatu yang tidak mungkin berasal dari saya.
Situasi ini menunjukkan bahwa karakter bukan hanya atribut internal yang diam di dalam diri kita. Karakter adalah sesuatu yang hidup dan terlihat dalam tindakan kita sehari-hari, sesuatu yang orang lain baca dan pahami dari pengalaman mereka berinteraksi dengan kita.
Ketika mereka merasa mengenal kita dengan baik, mereka tahu bahwa ada hal-hal yang mustahil kita lakukan dan keyakinan itu menjadi tameng yang mencegah mereka dari menjadi korban. Di saat itu, karakter saya menjadi “perisai” yang mencegah orang-orang di sekitar saya dari terluka oleh tipu daya yang menyusup ke dalam kehidupan profesional saya.
Ujian lain yang tak kalah sulit pernah menimpa saya dalam bentuk fitnah. Sebagai pejabat, saya tahu bahwa posisi seperti ini tidak pernah lepas dari pandangan orang-orang di sekitar. Banyak mata yang mengamati, kadang dengan tujuan positif, kadang dengan niat tersembunyi yang tidak selalu mulia.
Pada satu kesempatan, saya difitnah oleh seseorang yang mengirimkan surat kaleng kepada atasan saya, menuduh saya terlibat dalam perselingkuhan. Tuduhan itu begitu rendah, sesuatu yang bagi mereka yang mengenal saya dengan baik, terasa mustahil dan bertentangan dengan prinsip yang saya pegang. Namun, fitnah itu telah menyusup ke meja pimpinan, dan saya harus menghadapi kenyataan tersebut.
Syukurnya, atasan saya saat itu adalah seseorang yang mengenal karakter saya dengan cukup dalam. Dia mengamati dedikasi dan komitmen saya selama bertahun-tahun bekerja, melihat bagaimana saya menghormati keluarga, jabatan, dan lingkungan kerja. Begitu surat kaleng itu diterimanya, dia langsung menyadari bahwa ada kejanggalan dalam tuduhan itu.
Bukan karena saya tidak pernah melakukan kesalahan, melainkan karena tuduhan tersebut benar-benar bertentangan dengan nilai-nilai yang saya pegang teguh. Dia tidak tergoyahkan oleh fitnah tersebut dan justru menunjukkan surat itu kepada saya, menanyakan apakah saya tahu tentang adanya konflik atau niat buruk dari seseorang terhadap saya. Di sini, karakter saya yang teguh telah menjadi bukti tak terlihat yang melindungi saya dari dampak fitnah yang bisa menghancurkan reputasi dan karier.
Sesama Penulis Saling Bertukar Karya. Foto: Dokumen Pribadi
Namun, perlindungan karakter ini tidak selamanya membuat perjalanan saya mulus. Ada kalanya saya harus menerima kenyataan pahit meski karakter dan dedikasi saya sudah terlihat jelas. Sebagai penulis yang telah menghasilkan sejumlah buku, saya selalu percaya bahwa setiap karya adalah bukti nyata dedikasi saya dalam dunia kepenulisan.
Setiap tahun, saya bekerja keras untuk menambah koleksi tulisan saya, berusaha memberikan sumbangsih melalui kata-kata yang tertuang di dalam buku. Namun, dalam satu penilaian, nama saya tiba-tiba tidak terdaftar sebagai pemilik buku terbanyak, padahal hasil karya saya terlihat nyata, terbit, dan diketahui oleh semua orang.
Kejadian itu membuat saya termenung. Dalam pandangan teman-teman dan pembaca, hal ini terasa janggal, sebuah ketidakakuratan yang begitu terang terlihat tanpa perlu penyelidikan lebih lanjut. Seorang teman baik berbisik kepada saya, “Mungkin ini adalah teguran dari Allah, teguran dalam bentuk yang paling sederhana.” Mungkin benar, saya pikir, terkadang kita perlu diingatkan bahwa tidak semua hal berjalan sesuai kehendak kita, dan ada makna tersembunyi di balik setiap peristiwa.
Kejadian itu mengajarkan saya bahwa karakter tidak selalu melindungi kita dari segala bentuk ketidakadilan. Kadang-kadang, kita harus menerima kenyataan dengan lapang dada dan mengingat bahwa penilaian tertinggi tidak selalu berasal dari manusia. Dedikasi dan konsistensi dalam berkarya akan tetap menjadi bagian dari diri saya, apa pun hasil akhir yang muncul. Bagi saya, apa yang sudah saya lakukan adalah bukti keberadaan diri yang tak dianulir oleh siapapun.
Dari ketiga peristiwa ini, saya belajar bahwa karakter bukan hanya sekadar pelindung dari keburukan atau ketidakadilan. Karakter juga merupakan pengingat akan kekuatan diri kita yang sebenarnya, bahkan ketika situasi tampak tidak adil. Dalam dunia yang kadang penuh tipu daya, godaan, dan ketidakpastian, karakter kita adalah penunjuk arah dan penjaga integritas. Karakter inilah yang membuat kita tetap kokoh berdiri, bahkan ketika penilaian dunia terlihat goyah.
“Terus Bergerak Berliterasi Membangun Negeri.”
Makassar, 30 Oktober 2024
*) Penulis adalah Penasehat Komunitas RVL, dan Peserta Kopdar 3 RVL di BBGP Jawa Timur Malang
Leave a Reply