November 8, 2024 in Uncategorized

Bernostalgia dengan Sahabat Lama

Bernostalgia dengan Sahabat Lama

Oleh: Telly D*)


Menghadiri Kopdar 3 RVL tanggal 26-27 Oktober 2024 di BBGP Jatim di Malang menjadi alasan untuk kembali menjejakkan kaki di kota yang menyimpan berbagai cerita lama, namun kali ini, saya datang dengan maksud yang lebih luas. Tak hanya untuk acara kopdar, saya memutuskan tiba lebih awal, memanfaatkan waktu ini untuk bersilaturahmi dengan seorang sahabat lama yang telah terpisah selama 17 tahun.

Endang Rohayati, kami berpisah sejak lembaga kami memiliki perubahan tugas fokok dan fungsi baru, dimana waktu itu Unit Pelaksana Pusat (UPT) pusat tidak lagi memiliki program yang terpadu dengan UPT pusat yang berada di Provinsi, PPPG PMP IPS Malang berubah menjadi PPPPTK PMP IPS Malang, dan lembaga di mana saya bekerja di Provinsi dari Balai Penataran Guru (BPG) berubah menjadi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP).

Perubahan itu membawa dampak pada kebiasaan kami yang duduk rutin di awal tahun sebagai penanggung jawab program di provinsi untuk menyepakati program penataran yang akan dilaksanakan oleh Pusat di Daerah, kemudian diakhir program kami duduk bersama kembali melaporkan hasil dan evaluasi pelaksanaan. Kebiasaan kongkow bersama itu tidak dapat lagi kami lakukan bahkan saya telah berkarir, berpindah antar provinsi dan antar lembaga. Kemudian kami berdua memasuki masa pension.

Saya menjalani masa pensiun di Makassar dengan keluarga, Bu Endang di Malang, menikmati hari-hari dengan ketenangan di rumahnya yang luas dan rapi, bersama seorang adiknya yang juga sementara menikmati masa pensiun, serta seorang anak dan cucu yang menambah keceriaan hidupnya. Rumah yang luas dan sunyi tempat yang tepat untuk menghangatkan kembali kenangan kami yang telah lama terpendam.

Sangat surprise, Bu Endang datang sendiri menjemput saya di bandara Juanda dan membawa saya langsung ke Malang, kami saling berpelukan melebur rasa kangen kami. Kami menyadari kuatnya janji yang kami selalu perbaharui bahwa akan ada saat kami akan bertemu dan saling mengunjungi sebelum usia kami selesai.

Menikmati Semangkuk Rawon. Foto: Dokumen Pribadi


Sepanjang jalan di dalam kendaraan kami bertukar kabar seolah kami tak ingin menyia-nyiakan waktu yang ada, kami juga langsung melakukan wisata kuliner, mengulang cerita kami jika duduk menikmati rawon bersama dulu.

Semangkuk rawon dihidangkan di meja makan masih sama seperti dulu. Kuah rawon hitam pekat dengan aroma khas kluwek langsung menghangatkan hati, membawa ingatan pada canda tawa yang pernah menghiasi meja ini bertahun-tahun lalu.

Kami pernah duduk bersama di sini, berbagi cerita, saling ledek, dan mengukir memori dengan tawa tanpa batas. Saat kuah rawon menyentuh lidah, rasa sedap yang saya kenal meresap membawa kembali potongan-potongan kisah lama, mulai dari obrolan ringan tentang pekerjaan, keluarga, hingga rencana besar yang tak jarang terdengar terlalu ambisius.

Semua seakan kembali hidup di meja makan ini, meski dalam kenyataannya, waktu telah mengubah banyak hal. Kini, hanya Bu Endang dan saya yang kembali hadir, duduk dengan lebih tenang, tetapi dengan kehangatan yang tetap sama, menyadari betapa kami dulu dipenuhi semangat muda yang tak pernah kami duga akan seperti ini rasanya rindu di usia sekarang.

Kenangan ini pun diselimuti perasaan haru, karena kami tahu kenangan itu tak akan hadir kembali, waktu tak bisa mengulangnya. Beberapa di antara kami telah pergi untuk selamanya, meninggalkan kekosongan yang tak mungkin tergantikan lagi. Saat menyeruput kuah rawon yang hangat, saya memikirkan sosok-sosok yang dulu begitu hidup, namun kini hanya tersisa sebagai kenangan. Rasanya ada haru yang perlahan menyusup di antara kebersamaan ini, mengingat kami dulu adalah sekumpulan orang yang berjanji untuk selalu mendukung satu sama lain dalam suka dan duka. Waktu telah membawa kami ke tempat yang berbeda-beda, meja makan ini, saksi bisu cerita-cerita kami yang pernah hidup di atasnya.

Di sini, saya dan Bu Endang menikmati setiap suapan rawon dengan hening yang sarat makna, sebagai pengingat bahwa sekalipun kami tua dan kehilangan beberapa teman, persahabatan sejati akan selalu terjaga di hati kami.

Akhirnya saya dapat memenuhi janji lama saya, mengunjungi rumah Bu Endang dan menginap di sana. Rumahnya berdiri megah dan tertata rapi, setiap sudut mencerminkan ketelitiannya dalam menata kehidupan yang kini ia jalani dengan penuh kedamaian. Terasa sekali bahwa di sini, dia tak hanya merawat bangunan fisik, tetapi juga membangun ruang batin yang kokoh untuk dirinya sendiri.

Sebagai seorang ibu tunggal yang kehilangan suami di tengah perjalanan hidup, ia telah melalui banyak tantangan. Melihat ketegaran yang terpancar dari dirinya sekarang, hati saya penuh dengan kekaguman. Bu Endang adalah seorang wanita yang kuat, yang berhasil membimbing 3 orang anaknya hingga sukses dan kini membesarkan seorang cucu, tetap menjalani hidup dengan ketabahan yang luar biasa.

Saya diberi kamar di bagian depan rumah yang nyaman dan tenang. Malam pertama di sana, begitu saya merebahkan tubuh, ketenangan terasa membanjiri seluruh jiwa. Di kamar ini, saya bisa merasakan kelembutan yang Bu Endang curahkan dalam setiap detail yang ia tata dengan fungsional dan teliti.

Tidak ada suara bising, hanya sunyi yang mengizinkan saya mengingat kembali perjalanan kami berteman sejak dahulu, dan betapa kami berdua telah menempuh berbagai perubahan hidup. Kehadiran saya di rumahnya ini adalah momen tak ternilai untuk memperbaharui ikatan persahabatan kami, berbicara lebih dalam, dan melihat bagaimana hidup telah membawa kami ke titik yang sekarang.

Keesokan harinya, Saya dan Bu Endang memutuskan untuk meneruskan bernostalgia dengan kuliner sarapan pagi dengan nasi pecel. Ketika sepiring pecel diletakkan di hadapan kami, aroma bumbu kacang yang gurih bercampur wangi daun kemangi segera membangkitkan nostalgia yang lain. Pecel dengan sayuran segar, tauge, bayam, dan kacang panjang membawa kami kembali pada masa-masa penuh tawa dan canda.

Menikmati Sepiring Pecel Foto: Dokumen Pribadi


Suapan demi suapan, kami saling berbagi kenangan manis, tentang masa muda yang penuh wana, kala tak ada beban berat di pundak kami. Percakapan kami tak hanya soal makanan, tetapi tentang perjuangan dan ketulusan dalam persahabatan. Di tengah obrolan, kami mengenang teman-teman yang dahulu selalu ada di samping kami, saling mendorong untuk maju, saling menertawakan dan saling menguatkan.

Pecel ini seperti simbol bagi persahabatan kami yang beraneka rasa dan warna ada manis, pedas, pahit, dan sedikit getir, namun semuanya seimbang. Saya dan Bu Endang menikmati pecel itu perlahan, seakan ingin mempertahankan rasa dan kehangatan yang ada di setiap gigitannya.

Sebelum pulang, kami membeli beberapa bungkus bumbu pecel yang akan saya bawa pulang sebagai oleh-oleh. Rencananya, bumbu ini akan saya hidangkan di rumah, mengajak keluarga di rumah untuk merasakan sejumput nostalgia bersama. Pecel buatan sendiri dengan bumbu asli Malang ini akan menjadi kenangan kami, seolah membawa keluarga untuk turut menikmati persahabatan yang telah kami rawat dengan hati dan tawa.

Menikmati Semangkuk Bakso Foto: Dokumen Pribadi


Tak berhenti di sana, siang hari kami melanjutkan momen makan siang dengan semangkuk bakso di sudut kota yang dulu kerap kami kunjungi. Bakso yang kenyal dengan kuah kaldu hangat mengalirkan kehangatan yang lebih dalam lagi. Setiap gigitan membawa kami kembali pada masa lalu, pada percakapan ringan dan kisah-kisah yang selalu kita ulang-ulang, tapi tetap terasa baru.

Sembari menikmati bakso, kami bercanda soal bagaimana dulu kami tak pernah cukup dengan hanya satu mangkuk. Kini, kami hanya mampu menghabiskan satu porsi dengan perlahan, seakan merasakan usia yang mulai membatasi. Namun, kelezatan bakso tetap menjadi penghibur bagi kami, membawa kedamaian dalam setiap seruput kuahnya.

Di tengah-tengah tawa dan cerita, saya menemukan diri saya memandang Bu Endang dengan kekaguman yang lebih besar. Kehidupannya sebagai seorang single parent yang kuat, penuh kasih sayang, dan sukses membimbing anak-anaknya adalah inspirasi yang nyata.

Saya belajar banyak darinya, tentang kekuatan menghadapi kehidupan yang tidak selalu mudah, tentang merangkul kesepian tanpa kehilangan semangat, dan tentang menjaga harapan untuk masa depan. Di rumah yang sunyi namun damai itu, saya merasa diberkahi bisa berada di sisi sahabat yang telah berjuang tanpa lelah untuk mencapai kedamaian hidupnya.

Ketika tiba saatnya berpamitan, Bu Endang tak membiarkan saya pulang dengan tangan kosong. Ia menyiapkan oleh-oleh khas rumahnya, seolah menjadi bekal yang ia kirimkan untuk mengingatkan saya bahwa persahabatan kami selalu akan ada, bahkan ketika kami berjauhan.

Ia memberikan saya beberapa bibit bunga anggrek yang indah yang akan saya tanam dan rawat di halaman rumah, sama seperti bagaimana saya selalu merawat ikatan persahabatan kami. Tentu setiap kali saya melihat bunga-bunga itu tumbuh, saya akan teringat pada Bu Endang dan segala kebersamaan yang telah kami lalui.

Perpisahan kami di depan gedung Bhineka Tunggl Ika BBGP Jatim ketika mengantar saya untuk mengikuti kegiatan Kopdar 3 RVL adalah momen haru yang penuh dengan doa dan harapan. Kami saling berpelukan erat, berharap agar persahabatan kami terus tumbuh, seperti bibit bunga yang baru saja ia berikan.

Perjalanan pulang terasa penuh dengan rasa syukur dan kenangan indah. Oleh-oleh dari kopdar ini bukan hanya untuk mempererat ikatan dengan komunitas menulis, tetapi juga untuk menyegarkan kembali ikatan dengan sahabat lama yang telah banyak memberi warna dalam hidup saya.

Kopdar ini membawa saya pulang dengan beragam manfaat: semangat baru untuk terus menulis, inspirasi dari pertemuan dengan sahabat lama, dan oleh-oleh kenangan yang akan saya simpan dalam hati. Melalui kunjungan ini, saya belajar bahwa waktu dan usia mungkin mengubah banyak hal, tetapi persahabatan sejati tetap abadi, menjadi pelipur di masa tua yang penuh nostalgia dan kehangatan.

Makassar, 30 Oktober 2024

*) Penulis adalah peserta Kopdar 3 RVL mode Luring.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree