November 7, 2024 in Uncategorized

Harapan, Amanah, dan Tanggung Jawab

Harapan, Amanah, dan Tanggung Jawab

Oleh Telly D.*)


Menghadiri Kopdar 3 RVL dengan harapan besar. Saya hadir membawa keyakinan penuh bahwa dedikasi yang telah saya tunjukkan selama setahun terakhir akan diakui dan dihargai. Lima judul buku solo berhasil saya terbitkan melalui usaha keras, malam-malam panjang, dan semangat untuk berbagi inspirasi. Pencapaian ini bukan sekadar jumlah buku, melainkan cerminan dedikasi saya terhadap komunitas penulis yang penuh gairah dan rasa ingin berkembang.

Maka ketika saat penghargaan tiba dan nama saya tak muncul dalam daftar penerima penghargaan penulis buku solo terbanyak, perasaan kecewa dan kehilangan tidak terelakkan. Nama saya bahkan tidak tercatat dari juara pertama hingga ketiga, padahal karya saya terbukti lebih banyak dari yang mendapatkan posisi juara. Dalam sekejap, momen yang seharusnya menjadi puncak kebanggaan berubah menjadi kekecewaan mendalam karena ketidaktelitian panitia.

Melihat hal ini dari sisi amanah dan tanggung jawab, saya memahami bahwa dalam menjalankan tugas, terutama yang melibatkan banyak pihak, diperlukan ketelitian dan dedikasi untuk memastikan semua pihak dihargai sesuai dengan kontribusinya. Seperti yang diingatkan dalam agama, amanah dan tanggung jawab adalah nilai yang amat mulia. Dalam Islam, Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya,” (QS. An-Nisa: 58). Ayat ini menggarisbawahi betapa pentingnya menjaga amanah yang diberikan, terlebih lagi dalam acara sebesar ini, di mana banyak penulis datang membawa harapan besar. Amanah yang diemban oleh panitia tidak sekadar menjalankan acara, tetapi juga mencakup penghargaan dan apresiasi yang layak bagi semua anggota yang telah berkontribusi.

Sesama Penulis Saling Bertukar Karya. Foto: Dokumen Pribadi


Saat akhirnya saya mencoba mencari penjelasan, saya malah disarankan untuk “memaafkan saja, tidak marah dan menerima dengan ikhlas.” Seolah-olah itu hal biasa yang tidak perlu dipersoalkan (seseorang panitia, tidak mau melayani saya, menutup jalur pribadi ketika saya sementara berkomunikasi dan menunjuk seseorang yg bertanggungjawab atas semua, bahkan seseorang lagi mengirimkan saya video menghindari marah). Hal yang terjadi saya yang mesti memahami ketidak telitiannya karena mereka telah bekerja keras untuk kesuksesan acara ini bukan sebaliknya. Saya yang dirugikan justru dianggap aneh karena mempersoalkan hal ini.

Nasihat untuk hindari marah tentu dapat diterima dalam konteks mengelola emosi, namun bukankah amanah yang dipikul oleh panitia juga perlu dihormati? Memaksa penerimaan permintaan maaf tanpa introspeksi mendalam tentang kelalaian yang terjadi bukanlah solusi.

Permintaan maaf adalah bentuk pengakuan, tetapi tanggung jawab terhadap amanah yang terabaikan harus pula menjadi perhatian. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya,” (HR. Bukhari). Hadis ini menegaskan bahwa setiap tanggung jawab yang diemban harus dijalankan dengan penuh kesungguhan karena akan dipertanyakan kelak. Permintaan maaf panitia, meskipun terbuka, terasa seperti usaha untuk pembenaran mengabaikan tanggung jawab terhadap kesalahan. Kecewa karena tidak mendapat penghargaan bukanlah sekadar soal ego, namun tentang usaha yang seharusnya tidak dilupakan hanya karena kesalahan teknis.

Saya sangat menghargai upaya mereka yang telah bekerja keras dalam menyelenggarakan acara ini, namun sebagai penulis yang juga bekerja keras, saya pun berharap agar panitia lebih teliti dalam menjalankan amanah mereka. Sekali momen berlalu, ia tidak bisa lagi diulang; penghargaan yang hilang tidak bisa sekadar digantikan dengan permintaan maaf. Amanah dan tanggung jawab yang baik adalah menghormati usaha setiap individu yang telah berkontribusi.

Menghadapi ini, saya mencoba memaafkan sebagai bagian dari pelajaran hidup. Bagaimanapun, kita diajarkan untuk berjiwa besar dan memaafkan. Namun, saya juga berharap bahwa setiap kali amanah diserahkan kepada seseorang, ia benar-benar menghargainya dengan sungguh-sungguh. Semoga kejadian ini menjadi refleksi bagi kita semua untuk menjaga amanah yang diemban dan menjalankannya dengan penuh rasa tanggung jawab, serta menghargai upaya setiap individu yang telah berkontribusi.

Makassar, 28 Oktober 2024

*) Penulis adalah Penasehat Komunitas RVL, dan Peserta Kopdar 3 RVL di BBGP Jawa Timur Malang




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree