Bahagia dan Syukur dalam Kebersamaan
Bahagia dan Syukur dalam Kebersamaan
Oleh: Telly D.
Perasaan bahagia dan syukur membanjiri hati saya ketika Prof. Baso Intang, bersama kolega Dr. Asdar, Dr. Alimudin, dan Prof. Usman Mulbar, datang membesuk suami saya yang sedang sakit. Kehadiran mereka membawa semangat baru yang membesarkan hati suami, dan momen ini menjadi pengingat bagi kami akan pentingnya dukungan dari sesama, khususnya dalam keadaan seperti sekarang. Bagi kami, mereka adalah tamu istimewa. Sejak suami terbaring sakit, merekalah yang pertama datang menyempatkan waktu untuk membesuk, berbagi kehangatan, dan menghadirkan kebahagiaan di tengah-tengah kami.
Kehadiran para kolega ini sungguh membawa warna dan kegembiraan tersendiri. Di tengah-tengah candaan ringan, diskusi hangat, dan senyuman tulus yang mereka berikan, saya merasa hati ini dipenuhi dengan rasa syukur yang mendalam. Tidak hanya bagi suami, kehadiran mereka juga meringankan beban yang saya rasakan sebagai istri yang merawat. Mereka datang membawa buah-buahan segar, simbol kasih dan perhatian, yang sangat kami apresiasi. Sikap tulus mereka mencerminkan kebersamaan dan kepedulian, seolah-olah berkata bahwa dalam setiap ujian hidup, kita tidak pernah benar-benar sendiri.
Kunjungan mereka ini memiliki makna yang sangat dalam. Membesuk orang sakit adalah perbuatan yang sangat dianjurkan dan membawa keutamaan besar. Rasulullah SAW telah menekankan pentingnya tindakan ini sebagai wujud kasih sayang dan solidaritas antar sesama Muslim. Dalam hadis, Rasulullah bersabda, “Apabila seorang Muslim mengunjungi saudaranya yang sakit, maka ia berada dalam taman-taman surga hingga ia kembali” (HR. Muslim). Tindakan mereka bukan hanya sebuah kunjungan fisik, tetapi juga sebagai ibadah yang bernilai tinggi di hadapan Allah SWT.
Islam mengajarkan bahwa menjenguk orang sakit adalah sarana untuk meraih pahala dan doa yang diiringi keberkahan. Saat mereka berdoa untuk kesembuhan suami saya, saya merasakan betapa indahnya rasa saling mendukung dalam Islam. Mereka menjadi perantara rahmat Allah SWT, menguatkan semangat suami dan saya melalui kata-kata yang penuh motivasi dan doa-doa tulus yang mereka ucapkan. Dalam Islam, setiap doa yang dipanjatkan untuk saudara seiman dianggap sangat mustajab. Keikhlasan mereka menjadi pengingat bagi kami untuk tetap teguh, bersabar, dan optimis dalam menghadapi ujian ini.
Penulis, Prof. Baso Intang, dan Dr. Asdar. Fpoto: Dokumen Pribadi
Pada kesempatan tersebut, saya juga memberikan sesuatu yang istimewa bagi mereka sebagai bentuk apresiasi. Buku karya saya, “Nadhira,” menjadi hadiah kecil yang saya berikan dengan penuh kebanggaan. Buku ini bukan hanya sekadar karya tulisan, melainkan simbol pencapaian yang penuh makna, salah satu dari karya yang membawa saya menerima tiga penghargaan sebagai penulis buku solo terbanyak, penulis berdedikasi, dan penulis naik kelas dalam Anugerah Penghargaan Literasi Nusantara (Award 2024). Saya merasa senang bisa berbagi karya yang saya banggakan dengan mereka yang tulus datang dan mendukung kami. Di tengah keterbatasan ini, berbagi sesuatu yang istimewa dari hati saya adalah wujud rasa terima kasih yang paling dalam atas kehadiran mereka.
Kunjungan ini juga menjadi pengingat untuk saya pribadi tentang betapa berharganya hubungan sosial yang dibangun di atas keikhlasan. Di saat seperti ini, saya semakin memahami bahwa kekuatan dan dukungan tidak selalu hadir dalam bentuk materi, tetapi lebih pada kehadiran dan doa-doa tulus. Islam sangat menekankan pentingnya menjaga silaturahmi dan saling mendukung antar sesama, terlebih dalam keadaan sakit. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa orang yang menolong saudaranya akan ditolong oleh Allah SWT di waktu yang dibutuhkannya.
Momen ini juga membuka pemahaman yang lebih mendalam bagi saya mengenai pentingnya bersyukur. Di balik ujian ini, Allah SWT menunjukkan kepada kami kasih sayang dan rahmat-Nya melalui orang-orang yang peduli. Saya menyadari bahwa setiap kunjungan, setiap doa, dan setiap perhatian adalah rezeki dari Allah yang patut saya syukuri. Suami saya yang sedang sakit, meskipun lemah secara fisik, mendapatkan kebahagiaan yang luar biasa dari kunjungan para kolega ini. Rasa syukur itu semakin lengkap dengan kehadiran mereka yang membawa keceriaan, seolah membawa energi positif yang berlimpah ke dalam rumah kami.
Dengan merenungkan kejadian ini, saya belajar bahwa setiap ujian yang datang dalam kehidupan ini memiliki makna. Di dalamnya tersimpan hikmah-hikmah yang mungkin tidak segera tampak, tetapi lambat laun menunjukkan arti yang dalam. Kunjungan mereka menguatkan saya dan suami untuk tetap sabar dan percaya bahwa Allah selalu bersama orang-orang yang sabar. Sesungguhnya, Allah SWT Maha Mengetahui kondisi hamba-hamba-Nya, dan melalui kepedulian orang lain, kita merasakan cinta Allah yang hadir dalam bentuk nyata.
Di akhir kunjungan itu, saya hanya bisa mendoakan kebaikan yang berlimpah bagi mereka. Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dengan pahala yang berlipat ganda dan menjadikan setiap langkah mereka sebagai berkah. Kunjungan yang penuh makna ini, dengan segala kepedulian yang mereka tunjukkan, adalah hadiah yang tak ternilai bagi kami, menghadirkan kebahagiaan, menguatkan hati, dan menumbuhkan rasa syukur yang tak terhingga dalam hati saya.
Makassar, 6 November 2024
November 7, 2024 at 4:28 am
Florentina Winarti
Mantab…semoga kondisi suami Bund Telly segera membaik 🙏
November 6, 2024 at 10:23 pm
Astuti
Nadhira menjadi bagian dari indahnya berbagi.Ketika keluarga sakit dan ada yang menjenguk, kita merasa mendapat asupan kekuatan dan yakin bisa merawat si sakit dengan baik.