September 17, 2024 in Uncategorized

SEMANGAT TAK KENAL USIA

SEMANGAT TAK KENAL USIA

Oleh Telly D.*)


“Usia hanyalah angka, semangat tak terikat waktu.”


Pagi ini, kesehatan bapak saya tidak begitu baik, sehingga bapak (Drs HM Dachlan S, 94 tahun) seorang pengurus PP PWRI Sulsel menawari saya tawaran yang sangat menarik, mewakili beliau menghadiri Acara Sekolah Lansia, saya dengan senang hati menyanggupinya.

Sekolah lansia? Seperti apa? Sekolah lansia hal baru buat saya, ketika bapak menyebut “sekolah lansia’’ beberapa hal yang terlintas dalam pikiran saya.

Tentu sekolah yang menyiratkan bahwa proses belajar tidak berhenti di usia tua, saya setuju dan sependapat bahwa lansia memiliki kesempatan untuk terus mengembangkan diri dan memperoleh pengetahuan baru.

Sekolah lansia tentu sekolah yang terkait dengan upaya untuk menjaga kemandirian dan produktivitas lansia. Melalui berbagai kegiatan, untuk tetap aktif dan berkontribusi bagi masyarakat.

Lebih jauh sekolah yang tentu juga difokuskan pada aspek kesehatan dan kesejahteraan lansia. Kegiatan-kegiatan yang diadakan berkaitan dengan menjaga kesehatan fisik dan mental, serta meningkatkan kualitas hidup.
Atau sekolah yang juga sekaligus menjadi wadah bagi lansia untuk berinteraksi dengan sesama, berbagi pengalaman, dan membangun relasi sosial yang positif.

Salah Seorang Wisudawan Menerima Ijazah. Foto: Dokumen Pribadi

Selain aspek kognitif, sekolah lansia juga tentu menyentuh aspek pengembangan diri lainnya, seperti kreativitas, spiritualitas, dan keterampilan sosial.

Secara lebih spesifik, beberapa hal lain terlintas di pikiran saya adalah: kegiatan-kegiatan yang menyenangkan. Seperti senam lansia, kursus kerajinan tangan, belajar bahasa asing, atau kegiatan keagamaan.

Betapa surprise bagi saya, ketika tiba di tempat kegiatan ternyata kegiatan itu adalah ‘Wisuda Sekolah Lansia SMART PP PWRI Sulsel’ yang mewisuda 31 orang lansia, yang telah mengikuti proses pendidikan sejak tanggal 2 Mei 2024 – 7 September 2024 (16 pekan) dan dinyatakan Wisudawan Pratama Sekolah Lansia PWRI “SMART” Sulawesi Selatan.

Acara sudah dimulai ketika saya tiba, saya memerlukan beberapa saat beradaptasi dengan kondisi yang ada. Suasana wisuda adalah suasana yang saya kenal. Momen seremonial yang dipenuhi dengan kehangatan, kebahagiaan dan suara tawa dan canda.

Ruangan telah diatur dengan megah sehingga mendukung kelancaran dan suasana hikmah dari acara ini, Di panggung depan para kepala sekolah, rektor dan beberapa penanggung jawab sekolah duduk berpakaian toga dengan sangat terhormat (saya mengenal beberapa orang Drs. H. Andi Syahriwijaya, Drs. H, Muh. Saleh Gottang, Dr. Ir. Hj. Andi Laksmiwaty, M.Si.).

Di jejeran kursi paling depan para dosen, narasumber dan undangan duduk mengikuti dengan hikmat. Di Jejeran kusi di sisi kanan adalah untuk keluarga wisudawan, sementara yang di sisi kiri untuk panitia. Tepat di tengah ruangan, yang menjadi sentral perhatian diatur kursi yang berjejer-jejer. Di area itulah para wisudawan duduk dengan berpakaian formal kebesaran wisuda menggunakan Toga.

Saya biasa melihat anak-anak generasi muda yang berjejer-jejer menggunakan toga. Suasana wisuda adalah momen yang selalu membawa energi kebahagiaan, masa depan dan harapan. Namun kali ini, melihat orang-orang lansia duduk memakai toga, dengan tertib dan penuh semangat sungguh menggetarkan kalbu saya, pemandangan yang membuat saya terharu, sehingga saya tak mampu menahan linangan air mata saya, energi kebahagiaan saya memuncak dan berlipat-lipat.

Wisudawan Hj. A. Murniati A.Bahtiar Setelah Menerima Ijazah. Foto: Dokumen Pribadi

Momen wisuda ini menjadi lebih dari sekadar acara seremonial. Ini adalah perayaan atas kemenangan melawan keterbatasan usia, melawan anggapan bahwa belajar hanya untuk yang muda. Mereka telah membuktikan, dengan segala keterbatasan fisik, bahwa jiwa yang ingin tumbuh selalu punya tempat untuk belajar. Seperti mentari yang tetap terbit di ujung senja, semangat belajar mereka menjadi cahaya yang menginspirasi semua yang hadir, bahwa usia hanyalah angka, sedangkan semangat belajar adalah kekuatan yang abadi.

Baju toga yang dikenakan para wisudawan lansia, di mata saya tampak megah, istimewa dari yang biasa saya lihat, lembut di atas tubuh mereka yang telah ditempa usia. Jubah hitam yang tebal itu seolah membalut mereka dalam simbol kehormatan dan kebijaksanaan yang kian matang.

Toga itu melambai perlahan setiap kali mereka bergerak, seperti lautan yang mengayun tenang, mengikuti ritme langkah-langkah penuh makna. Di atas kepala mereka, topi persegi hitam dengan tali yang jatuh di satu sisi menambah kesan anggun, seakan memahkotai mereka sebagai pemenang yang telah menaklukkan waktu.

Tak hanya sekadar pakaian, toga itu terasa seperti mantel keberanian, simbol perjuangan yang tak kenal lelah meski usia telah merangkak menuju senja. Setiap helai kainnya seakan mengisahkan perjalanan panjang dari langkah pertama hingga pencapaian terakhir yang mereka raih dengan tekad yang tak pernah pudar. Warna hitam yang pekat justru mempertegas kilau cahaya dari senyum mereka, sebuah perpaduan kontras yang menggambarkan keagungan usia yang penuh pengalaman.

Saat mereka berdiri tegak, saya melihat toga itu berfungsi seperti sayap, membentang lebar, menggambarkan kebebasan untuk terus bermimpi dan belajar. Meski kaki mereka tak lagi sekuat dulu, baju toga itu membawa mereka melambung tinggi, menempatkan mereka sejajar dengan generasi muda yang juga pernah merasakan momen sakral ini.

Penulis Di Antara Wisudawan. Foto: Dokumen Pribadi

Di bawah balutan jubah itu, mereka menjadi sosok-sosok yang membuktikan bahwa semangat belajar tak pernah pudar, bahkan ketika waktu terus berjalan.

Prosesi wisuda berlangsung khidmat sebagaimana seharusnya sebuah acara wisuda berlangsung. Dalam laporan kepala sekolah (Dr. Ir. Hj. Andi Laksmiwaty, M.Si.) disampaikan beberapa hal antara lain:

Visi dan Misi: untuk mewujudkan lansia yang SMART (Sehat, Mandiri, Aktif dan Produktif) serta bermartabat dalam 7 Dimensi Lansia Tangguh secara utuh yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan negara.

Selain itu juga disampaikan maksud dan tujuan, kurikulum, standar evaluasi, standar pengajar, materi pembelajaran, dan hasil yang telah dicapai. Hasil yang telah dicapai kemudian diumumkan dalam satu keputusan penetapan peserta wisuda kelas Pratama Sekolah Lansia PWRI SMART Sulawesi Selatan yang menetapkan 31 orang wisudawan.


Wisudawan Hj. A. Fatimah Bau Massepe, SE, dan Hj. A. Murniati A. Bahtiar. Foto: Dokumen Pribadi

Satu per satu, nama-nama mereka dipanggil secara berurut dimulai dari wisudawan 1. Hj. Andi Fatimah Bau Massepe, SE., 2. Hj Andi Murniati A, Bahtiar, 3. Dra. Hj. Andi Hasnih, MM., 4. Hj. Andi Sompa Karim, 5. Hj. Andi Rosmiati A. Kangkong ….. terus sampai ke nomor wisudawan terakhrir 31. Hj. Tadariah. Ketika nama-nama mereka diumumkan suasana aula berubah menjadi lebih tenang dan penuh perhatian.

Saat nama-nama mereka dipanggil, para wisudawan lansia mulai bangkit dari kursi mereka dengan perlahan namun penuh antusiasme. Barisan yang terbentuk terlihat rapi, dengan senyum tersungging di wajah mereka, meski beberapa di antaranya berjalan dengan bantuan tongkat atau dituntun anggota keluarga. Langkah-langkah mereka tak secepat dulu, namun semangat yang terpancar dari mata mereka seperti api yang tak pernah padam.

Wisudawan Hj. A. Sompa Karim, Dra.Hj.A.Hasnih, MM, dan Hj. A. Murniati A.Bahtiar. Foto: Dokumen Pribadi

Di antara barisan itu, ada yang terlihat menepuk-nepuk bahu satu sama lain, memberikan semangat seolah mereka adalah prajurit yang saling mendukung sebelum mencapai puncak kemenangan.

Ketika satu per satu mendekati panggung, setiap langkah terasa begitu berharga. Setiap jengkal yang mereka lewati, baik dengan langkah mantap maupun tertatih, menyiratkan kebanggaan atas perjuangan panjang yang telah mereka lalui. Tangan mereka sedikit gemetar saat menerima ijazah, namun genggaman itu penuh dengan rasa syukur dan kebanggaan. Sorak-sorai lembut dari keluarga yang menyaksikan menambah kehangatan suasana.

Di sana, di atas panggung, mereka berdiri tegak dengan mata yang berkilau, merasakan puncak dari perjalanan panjang yang tak sekadar soal ilmu, tetapi juga perjuangan melawan keterbatasan usia.

Selesai menerima ijazah, mereka berjalan kembali ke tempat duduk dengan senyum yang semakin lebar. Beberapa di antara mereka tak kuasa menahan air mata haru, sementara yang lain tak henti-hentinya mengangguk kepada teman-teman sejawat mereka sebagai bentuk saling menghargai. Setiap orang yang hadir di ruangan itu seolah dapat merasakan kebanggaan yang memenuhi udara, ketika tongkat dan tangan yang gemetar itu menggenggam sebuah mimpi yang telah menjadi nyata.

Setelah prosesi wisuda selesai, suasana aula segera berubah menjadi riuh penuh kegembiraan. Para wisudawan lansia, dengan toga yang masih mereka kenakan, bergerak ke berbagai sudut aula untuk mengabadikan momen bersejarah ini. Senyum mereka tak kalah lebar dibanding para lulusan muda yang biasa saya lihat.

Dengan bangga, mereka berdiri di depan kamera, menggenggam erat ijazah di tangan mereka. Ada yang dibantu cucu mereka, ada pula yang dikelilingi keluarga, seolah momen ini menjadi kemenangan bersama. Gelak tawa dan canda menghiasi ruangan, mencairkan segala formalitas yang sebelumnya terasa, menjadikan suasana lebih hangat dan penuh kebersamaan.

Beberapa keluarga tampak mengatur posisi, meminta kakek atau nenek mereka untuk berdiri di tengah, menjadi pusat perhatian. Cucu-cucu mereka berlarian dengan penuh semangat, ikut mengangkat tangan sambil tersenyum ke kamera, seakan ingin berbagi kebanggaan.

Di satu sisi, seorang wisudawati yang berjalan dengan tongkat berpose dengan gagah, senyumnya cerah, seolah tongkat itu menjadi simbol kekuatannya dalam mengarungi kehidupan. Sorak-sorai keluarga terdengar ketika foto diambil, penuh kegembiraan, tak kalah meriah dibandingkan suasana wisuda generasi muda. Wajah-wajah yang bersinar itu berbicara banyak, bahwa momen ini lebih dari sekadar upacara formal—ini adalah perayaan kemenangan jiwa dan semangat yang tak lekang oleh waktu.

ang Wisudawan. Foto: Dokumen Pribadi

Saat sesi foto terus berlangsung, tak sedikit yang meminta untuk diabadikan berulang kali. Bahkan ada yang berganti posisi untuk mendapatkan sudut terbaik. Keluarga-keluarga berebut tempat untuk bisa masuk dalam bingkai bersama orang yang mereka cintai, mengabadikan momen tak terlupakan ini.

Seorang wisudawan, dengan tangan gemetar, mengangkat ijazah tinggi-tinggi di hadapan kamera sambil tertawa, seperti seorang pahlawan yang baru saja menaklukkan medan berat. Bagi mereka, momen ini adalah bukti bahwa usia bukanlah penghalang untuk terus belajar dan berprestasi, dan foto-foto ini menjadi saksi dari kebanggaan yang akan selalu mereka kenang.

Di akhir hari, ketika toga-toga itu dilepas dan para wisudawan mulai meninggalkan aula, ada rasa yang tertinggal di hati setiap orang yang menyaksikan. Bahwa hidup ini adalah perjalanan yang tak pernah berhenti untuk belajar, dan bahwa setiap langkah, meski tertatih-tatih, tetap membawa kita menuju tujuan yang lebih tinggi. Wisuda lansia ini bukan hanya perayaan bagi mereka yang mengenakan toga hari itu, tetapi juga sebuah pesan bagi dunia: belajar tidak pernah mengenal usia, dan keberhasilan adalah milik siapa saja yang berani bermimpi dan berjuang, tak peduli seberapa jauh perjalanan itu dimulai.

Mereka telah melewati perjalanan panjang yang penuh liku, namun semangat mereka tetap menyala seperti api yang tak pernah padam. Generasi muda sepatutnya terinspirasi oleh keberanian ini, bahwa usia muda bukanlah satu-satunya waktu untuk belajar. Kesuksesan bukan hanya milik mereka yang cepat berlari, tetapi juga mereka yang tekun, sabar, dan tidak pernah berhenti berjuang.Teruslah belajar, karena hidup adalah proses panjang yang menguji ketahanan dan ketekunan, bukan kecepatan.

Makassar, 7 September 2024


Telly D.*), nama pena dari Daswatia Astuty Dachlan, ibu rumah tangga, pensiunan, seorang nenek, pemerhati pendidikan, pekerja sosial Kemanusiaan, dan penulis 38 buku.




2 Comments

  1. September 19, 2024 at 1:26 pm

    Nasruddin Nawawi

    Reply

    Ceritanya hidup seperti kejadian sebenarnya…

  2. September 18, 2024 at 2:04 am

    Mukminin

    Reply

    Alhamdulilah LUAR BIASA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By browsing this website, you agree to our privacy policy.
I Agree