LAUT DAN KEJUJURAN

Pentigraf
LAUT DAN KEJUJURAN
Oleh: Telly D.
Pak Daeng, nelayan tua di pesisir timur, tak tamat SD, tapi hidupnya adalah buku yang dibaca laut setiap hari. Ia tak pandai bicara, tapi kalimatnya tajam seperti kail. Ketika mendengar kabar tentang ijazah palsu yang dipakai untuk duduk di kursi empuk pemerintahan, ia hanya menatap laut dan bergumam. “Laut ini jujur, kalau kau lempar jangkar ke lumpur, kau tak akan ke mana-mana.” Kalimat itu didengar anaknya yang baru lulus SMA, dengan wajah getir dan tangan yang mulai lelah melipat jaring.
Ia pernah menjual satu-satunya cincin kawin almarhumah istrinya agar anaknya bisa ikut tes masuk universitas. Tapi anak itu gagal, karena tak punya cukup biaya tambahan yang diminta tak resmi. Kini ia tahu, ada jalan pintas lain, tinggal beli ijazah, lengkap dengan nilai cum laude dan tanda tangan palsu. Pak Daeng tertawa getir. Laut ini tak pernah palsu, gumamnya, tapi manusialah yang mulai memalsukan arah angin.
Suatu pagi, saat perahu kecilnya oleng dihantam gelombang, ia berkata dalam hati: “Lebih baik karam di laut yang jujur, daripada selamat di darat yang penuh ijazah bohong.” Dan hari itu, jaringnya kosong, tapi hatinya penuh. Sebab di tengah dunia yang bisa dibeli, ia tetap memilih hidup yang tak bisa dibeli.
Makassar, Juli 2025
Leave a Reply