UCAPAN DI BAWAH POHON WARU

Pentigraf
UCAPAN DI BAWAH POHON WARU
Oleh: Telly D.
Pak Mursid, tukang tambal ban di gerbang pasar, tak tamat SD, tapi tiap pagi duduk di bawah pohon waru sambil membaca koran bekas dari bungkus gorengan. Ketika berita soal ijazah palsu pejabat makin ramai, ia mengangguk pelan dan menyadari: Pantas saja negeri ini sering bocor, fondasinya aja dari kertas tipu. Ketika itu, hanya ada suara embusan angin dan suara tahu isi yang meletup di penggorengan yang mendengar isi hatinya.
Ia mengenang masa mudanya, saat melamar kerja ditolak karena tak punya ijazah, meski tangan dan waktunya lebih luwes dari jam dinding. Ia tak marah waktu itu, hanya menyalahkan nasib yang tak sempat memberinya sekolah. Namun, pagi ini, hatinya geli. Rupanya orang bisa jadi siapa pun, asal tahu jalan pintas. Ia tertawa kecut, karena kejujuran makin langka, bahkan lebih langka dari koin seratus di sakunya.
Sore harinya, saat ia menambal ban bocor seorang anak muda yang memakai jaket kampus, ia berujar, “Kalau nanti kau lulus, jangan sekadar punya ijazah. Punya malu juga, biar lengkap.” Anak muda itu terdiam. Kalimat sederhana dari pria penambal ban itu lebih menusuk dari kritik siapa pun di televisi.
Makassar, Juli 2025
Leave a Reply