SUJUD YANG HILANG

Pentigraf
SUJUD YANG HILANG
Oleh: Telly D.
Ia dulunya bagian dari barisan cahaya. Dikenal karena kesungguhan ibadahnya, dipuji karena ketinggian ilmunya. Tapi ketika perintah itu datang untuk bersujud kepada makhluk baru dari tanah, Iblis menolak. Bukan dengan teriakan, tapi dengan dalih: Aku lebih baik darinya. Dari mulut yang dulu berzikir, keluarlah kalimat yang menciptakan jarak abadi.
Konflik itu bukan hanya antara langit dan tanah, tetapi antara siapa yang merasa pantas dan siapa yang siap tunduk. Iblis tahu Tuhan tak salah perintah, tapi ia merasa terlalu besar untuk mengalah, terlalu percaya diri untuk tak rela merendah. Ia tidak melawan, tapi membelokkan logika. Ia tidak berteriak, tapi menutup hati. Dan di situlah sujud bukan lagi gerak tubuh, tapi keberanian untuk menghapus kebanggaan yang tak perlu nama.
Sejak ia keluar dari barisan, sejarah sujud tak lagi sama. Kita belajar bahwa iblis bisa muncul bukan dalam bentuk hitam, tapi dalam perasaan bahwa kita lebih layak dicintai Tuhan dari orang lain. Karena kesombongan itu tidak berteriak, ia berbisik pelan di sela-sela hati yang merasa paling benar. “Sujud sejati adalah ketika kita mampu merendahkan hati dan mengakui kebesaran-Nya tanpa syarat.”
Makassar, Juni 2025.
Sumber: Al-Qur’an, Surah Al-A’raf [7]: 11–13
Leave a Reply