VISA TAK DICETAK LANGIT

Pentigraf
VISA TAK DICETAK LANGIT
Oleh: Telly D.
Ia datang dengan langkah penuh percaya diri, membawa ihram Turky dan koper Samsonite, visa haji furoda seharga hampir satu miliar yang katanya istimewa: tanpa antre, tanpa repot, langsung masuk barisan tamu Allah. Di pikirannya, surga bisa diketuk lewat saldo rekening, dan tawaf adalah jalur cepat yang bisa dibeli dengan gengsi dan kuasa.
Namun langit tak terbuka. Visa tak keluar. Hari keberangkatan hanya menyisakan spanduk yang dilipat dan koper yang dibongkar. Ia marah, mencari kambing hitam, menghubungi travel, menyalahkan negara, menyusun tuntutan. Tapi tak satu pun sadar bertanya apakah ia benar-benar dipanggil? Di layar TV, wajahnya terpampang: jemaah gagal berangkat. Di hatinya, rasa tak terima semakin nyaring.
Di kampung sebelah, Pak Dullah, penjual es tebu yang belasan tahun menabung receh demi receh, berangkat haji lewat jalur reguler. Dengan sandal swallow, doa ibu dan tetangga, dengan senyum malu-malu, ia mencium Hajar Aswad. Dan di tengah ruang tamu yang senyap, pria kaya itu berbisik pada dirinya sendiri, “surga tak bisa dibeli… ia hanya dijemput oleh mereka yang berangkat dari sajadah yang basah oleh harap.”
Makassar, 3 Juni 2025
Leave a Reply