KHADIJAH DAN PELUKAN

Pentigraf
KHADIJAH DAN PELUKAN
Oleh: Telly D.
Ia tak mendengar suara Jibril, tak menyaksikan langit terbelah, atau tubuh gemetar saat ayat pertama diturunkan. Tapi Khadijah adalah yang pertama membuka pelukan saat Muhammad pulang dengan wajah pucat dan jiwa terguncang. Di balik dinding rumah yang sederhana, ia tidak bertanya panjang, tidak menuntut penjelasan wahyu yang belum sempat disusun. Ia hanya menyelimuti gemetar itu dengan ketenangan, dan dari pelukannya, kenabian menemukan pijakan pertamanya.
Ia tidak berdiri di mimbar atau mengangkat pedang, tapi ia memilih percaya ketika dunia masih menolak, menyerahkan harta, rumah, dan seluruh waktunya bahkan sebelum dakwah punya bentuk. Ia tidak pernah meminta nama tercatat di kitab sejarah, tetapi setiap napas rumahnya adalah bahan bakar perjuangan. Ia tahu: cinta sejati tidak selalu berbunyi lantang; kadang ia hanya menyalakan pelita di tengah gelap, cukup agar yang dicintai tak tersesat.
Khadijah wafat sebelum kemenangan tiba, sebelum adzan menggema di Mekah, sebelum sejarah mencatat kebesaran Islam. Tapi ia adalah awal dari semuanya. Dan saat Rasulullah menatap kuburnya dengan mata basah, ia berbisik, “Engkau pergi sebelum dunia bersujud, tapi surga telah berdiri menyambutmu lebih dulu.”
Makassar, 2 Juni 2025
Sumber: Sirah Nabawiyah; Hadits tentang keutamaan Khadijah, Riwayat Bukhari dan Muslim
Leave a Reply