KA’BAH DAN TANGAN YANG MENEGAKKAN KIBLAT

Pentigraf
KA’BAH DAN TANGAN YANG MENEGAKKAN KIBLAT
Oleh: Telly D.
Setelah semua ujian berlalu; perpisahan, pengorbanan, air mata, dan mimpi, Tuhan tidak membiarkan mereka hanya menjadi cerita. Sebab setiap ketaatan yang murni layak menjadi poros dunia. Maka Ibrahim dan Ismail pun diperintahkan: “Dirikanlah rumah-Ku.” Di padang yang dulu tak berpenghuni, mereka menegakkan bangunan dari batu yang tak mewah, tapi penuh doa. Setiap susunan batu di Ka’bah bukan hanya struktur, melainkan saksi bisu dari tangan yang pernah bersedia melepaskan segalanya demi langit.
Ka’bah tidak didirikan dengan pasukan, tapi dengan ayah dan anak yang mengerti bahwa ibadah terbesar datang dari tangan-tangan yang diam. Ibrahim mengangkat fondasi. Ismail mengulurkan batu. Dan di antara dua tubuh yang lelah itu, ada satu doa yang terus mengalun dari mulut Ibrahim: “Ya Tuhan kami, terimalah dari kami…” Karena bahkan Nabi pun tidak pernah merasa pasti bahwa amalnya cukup diterima itulah rendah hati yang sejati.
Dan hingga hari ini, jutaan langkah thawaf tidak pernah menyentuh dinding Ka’bah tanpa membawa jejak air mata keduanya. Ka’bah bukan hanya arah sujud, tapi rumah dari setiap jiwa yang pernah merasa kehilangan, namun tetap memilih tunduk. Ia adalah pusat semesta yang dibangun dari ketundukan paling sunyi dan paling murni dalam sejarah umat manusia.
Makassar, Juni 2025
Sumber: Al-Qur’an, Surah Al-Baqarah [2]: 125–127
June 6, 2025 at 11:56 am
Mukminin
Matur nuwun
Hikmah yang ditulis luar biasa
June 6, 2025 at 10:48 am
Much. Khoiri
Penti yang dalam maknanya