SUNYI DI MASJID QUBA

Pentigraf
SUNYI DI MASJID QUBA
Oleh: Telly D.
Ia masuk sambil melepas sandalnya perlahan, seolah takut mengganggu ketenangan dinding-dinding putih itu. Masjid Quba tak semegah Masjid Nabawi, tapi di sinilah segalanya dimulai: tempat hijrah menjadi pertemuan, tempat pelarian menjadi awal. Nabi membangunnya dengan tangan sendiri, bersama para sahabat, di antara panas dan harapan. Tiang-tiangnya sederhana, tapi sejarahnya menjadi berat.
Ia berjalan pelan di dalam masjid, tak ada suara pengeras, hanya ada zikir ramai, bersaf-saf orang yang khusyuk salat sunnah, dan cahaya matahari yang jatuh seperti rahmat dari jendela-jendela tinggi. Di tempat ini, ia merasa waktu melambat. Semua terlihat tenang, tapi batinnya bergetar. Ia bertanya dalam hati, apa yang membuat tempat ini begitu damai? Shalat 2 rakaatnyakah yang setara dengan melaksanakan ibadah Umrah atau karena dibangun tanpa ambisi, tanpa pamrih.
Dan saat ia duduk di sudut masjid, dan menatap mimbar kecil di depan, ia berkata dalam hati, “Beginilah awalnya; bukan dengan kekuatan, tapi dengan keikhlasan yang tak perlu diberi nama.”
Makassar, Juni 2025
Leave a Reply