BERDIRI DI HADAPAN CERMIN RETAK

Pentigraf
BERDIRI DI HADAPAN CERMIN RETAK
Oleh: Telly D.
Aku guru muda yang masih belajar menanam wibawa di tanah subur bernama kelas. Ilmuku baru sebatas pagar, belum cukup kokoh menahan badai kuasa. Pagi itu, ruang kelas berubah jadi ruang pengadilan tak resmi. Seorang anak sederhana yang bertubuh kecil memberanikan diri melawan setelah berbulan-bulan dibakar oleh hinaan putra seorang anggota dewan. Semua murid tahu siapa pengganggu sejati. Tapi saat api itu berbalik arah, dunia pun menyalahkan air.
Anggota Dewan yang bersetelan mewah datang, menyemburku dengan kata-kata tajam, membolak-balik kebenaran sesuai kehendaknya. Ketakutan menggenggam lidahku. Demi ketenangan semu, aku menyuruh si anak kecil itu bersujud meminta maaf. Tapi anak kecil itu menggenggam tangan kakeknya yang tiba-tiba dating, “Langit tidak bersujud pada bumi’’ ajaran kakekku. Suasana beku, dengan cepat saja aku mengikuti keinginan anggota dewan menggiringnya ke ruang kepala sekolah.
Saat pintu ruang kepala sekolah terbuka, bumi seakan berhenti berputar. “Selamat pagi Pak Raka. Anak cucu bapak adalah kehormatan yayasan ini. ”Kakek tua itu menoleh padaku, Lelaki yang tadi kuhinakan untuk tunduk pada kebohongan yang kubiarkan tumbuh ternyata pendiri sekaligus pemilik yayasan pendidikan ini. Aku gemetar tersadar sedang berkaca pada cermin retak.”
Woodlands Singapore, 2 April 2025
Leave a Reply