KESIBUKAN RAMADAN

Pentigraf
KESIBUKAN RAMADAN
Oleh: Telly D.
Di era digital, Lina hidup eksis dalam dunia maya. Setiap detik hidupnya tersaji dalam unggahan yang dipoles sempurna. Sahurnya lengkap dengan kutipan kata bijak, berbukanya penuh estetika, tarawihnya terdokumentasi dalam boomerang, dan sedekahnya tak luput dari filter berkilauan. Ia merasa telah menjadi muslimah panutan, memberi nasihat agar orang-orang mengurangi media sosial demi khusyuk beribadah.
Di malam-malam Ramadan, saat orang tenggelam dalam doa, Lina sibuk mencari angle terbaik. Ia menata Al-Qur’an di samping secangkir teh, lalu mengambil foto dengan pencahayaan yang dramatis. “Malam ini tilawah dulu, guys!” tulisnya dalam caption, padahal lembar mushaf itu tak sempat terbuka lebih dari sekadar properti visual. Ia begitu asyik dengan notifikasi hingga tak sadar betapa ibadahnya semakin hampa. Puasanya hanya sebatas dokumentasi, bukan penghayatan.
Malam itu, ponselnya mendadak mati. Panik, ia berlari mencari charger, tetapi listrik rumahnya padam. Dalam kegelapan yang asing, tanpa internet, tanpa unggahan, ia merasakan sesuatu yang lama hilang “ketenangan.” Untuk pertama kalinya, ia mendengar suara hatinya sendiri. “Astaghfirullah… selama ini aku lebih sibuk dengan layar daripada Tuhan.”
Makassar, Maret 2025
Leave a Reply