Belajar dari Pak Tinus

Belajar dari Pak Tinus
Oleh: Telly D.
Pernahkah kita bertemu seseorang yang begitu teguh dalam prinsipnya, hingga tanpa sadar kita belajar banyak dari sikap dan keteguhannya? Di sudut lingkungan salah sau industri pembekuan udang di Sorong, ada seorang pria yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya pada satu tugas yang mungkin bagi sebagian orang tampak sepele; menjaga kebersihan dan keindahan halaman.
Saya memanggilnya pak Tinus sama dengan cara orang-orang memanggilnya. Dia sudah bekerja di situ sejak industri itu berdiri. Berbadan tinggi, dengan rambut kriting, kulit hitam dan bergigi yang putih nampak jika tersenyum. Suka berjalan tanpa alas kaki. Tanpa ditanya sudah terbaca suku asalnya. Semua orang mengenalnya sebagai sosok yang disiplin, penuh tanggung jawab, dan memiliki aturan sendiri yang tak bisa diganggu gugat.
Setiap pagi sebelum matahari benar-benar meninggi, Pak Tinus sudah berada di halaman dengan sabit, cangkul, linggis, atau mesin pemotong rumput di tangannya. Ia memotong padang rumput dengan cara yang sama seperti yang telah ia lakukan selama bertahun-tahun. Tidak pernah terburu-buru, tidak pernah asal-asalan. Baginya, setiap helai rumput harus dipotong dengan rapi dan merata. Pola yang ia gunakan selalu sama, dari satu sudut ke sudut lain, seolah-olah ada peta tak terlihat yang hanya ia yang tahu. Tak ada yang bisa membujuknya untuk mengubah cara kerjanya, karena bagi Pak Tinus, inilah caranya menjaga keteraturan.
Namun, tanggung jawab Pak Tinus tidak berhenti pada membersihkan dan merawat halaman. Ia juga menanam berbagai tanaman yang tumbuh subur di lingkungan industri itu. Pisang, mangga, kelapa muda semua hasil bumi yang ia tanam tumbuh dengan baik, berkat perawatan telaten yang ia lakukan setiap hari. Tapi ada satu aturan yang harus dipatuhi semua orang di lingkungan itu; hanya Pak Tinus yang boleh memanen hasil dari pohon-pohon tersebut. Tidak ada pengecualian.

Halaman Kantor yang Selalu Dibersihkan. Foto: Dokumen Pribadi
Aturan ini bukan tanpa alasan. Pak Tinus percaya bahwa karena ia yang menanam dan merawat, maka ia pula yang harus menentukan kapan dan bagaimana hasilnya dipanen. Pisang, misalnya, selalu dipanen serentak, tidak satu per satu. Setelah panen, ia akan membagi hasilnya secara merata kepada seluruh karyawan kantor. Tidak ada yang mendapatkan lebih, tidak ada yang mendapatkan kurang. Semua adil, semua kebagian. Begitu pula dengan buah mangga dan kelapa muda.
Namun, jika ada yang berani melanggar aturan ini memanen tanpa seizinnya maka dampaknya bisa sangat besar. Pak Tinus akan sangat marah. Tapi bukan sekadar marah biasa, ia memiliki cara unik dalam mengekspresikan kekecewaannya. Jika ada yang mengambil hasil panen tanpa izin, maka semua pohon dari jenis yang sama akan ditebangnya tanpa ampun.

Sisa-Sias Batang Pisang yang Ditebang. Foto: Dokumen Pribadi
Pernah suatu kali, seorang karyawan baru yang tidak tahu aturan memetik setandan pisang tanpa bertanya. Keesokan harinya, semua pohon pisang yang telah ditanam bertahun-tahun oleh Pak Tinus ditebang hingga rata dengan tanah. Tidak ada yang bisa menghentikannya. Semua orang di kantor akhirnya sadar bahwa aturan Pak Tinus bukan main-main. Sejak kejadian itu, tak ada lagi yang berani melanggar aturannya.
Namun, meskipun memiliki prinsip yang keras soal hasil panen, Pak Tinus adalah orang yang sangat bertanggung jawab dan loyal terhadap pekerjaannya. Ia patuh pada atasannya, tidak pernah mengeluh, dan selalu menyelesaikan tugasnya dengan baik. Tidak peduli panas terik atau hujan deras, ia tetap setia menjalankan rutinitasnya. Jika ada perintah dari atasan, ia akan melaksanakannya tanpa membantah. Sikapnya yang teguh ini membuatnya dihormati oleh semua orang di lingkungan industri tersebut.
Di balik kerasnya aturan yang ia terapkan, ada pelajaran besar yang bisa dipetik dari Pak Tinus. Ia mengajarkan tentang tanggung jawab dan ketegasan dalam menjalankan tugas. Ia tidak hanya sekadar bekerja, tapi juga memastikan bahwa setiap hal yang ia lakukan memiliki aturan yang jelas dan harus dihormati. Ia mengingatkan bahwa setiap usaha membutuhkan pengorbanan, dan setiap hasil memiliki hak yang harus diperhitungkan dengan adil.
Loyalitas Pak Tinus kepada pekerjaannya juga patut dicontoh. Ia bukan sekadar pegawai biasa, tapi seorang penjaga yang memastikan semuanya berjalan sesuai aturan yang ia percayai. Keunikannya mungkin tampak aneh bagi sebagian orang, tetapi di balik itu semua, ada prinsip yang kuat tentang bagaimana sesuatu harus dihargai.
Dunia mungkin terus berubah, begitu pula dengan aturan dan kebiasaan yang berkembang seiring waktu. Namun, dari Pak Tinus, kita belajar bahwa ada sesuatu yang berharga dalam keteguhan dan dedikasi. Prinsip yang kuat, tanggung jawab yang penuh, serta kesetiaan terhadap tugas adalah nilai-nilai yang tetap relevan dalam berbagai aspek kehidupan.
Mungkin kita tidak perlu setegas dan sekeras dirinya, tetapi kita bisa mengambil semangat dan ketulusan dalam bekerja. Karena pada akhirnya, dunia ini membutuhkan lebih banyak orang seperti Pak Tinus yang bekerja bukan hanya untuk menyelesaikan tugas, tetapi juga untuk memastikan bahwa setiap hal yang ia lakukan memiliki arti dan nilai yang lebih dalam.
Sorong, 1 Februari 2025
Leave a Reply