Sukun Papua Bukan Isapan Jempol

Sukun Papua Bukan Isapan Jempol
Oleh: Telly D.
Tahukah engkau buah yang disebut sukun (Artocarous altilis) atau nama lain Breadfruit (Inggris)?. Atau pernahkah engkau memakannya, baik dalam bentuk gorengan hangat yang gurih atau keripik renyah yang membuat lidah tak henti bergoyang? Sukun, buah tanpa biji yang kaya akan karbohidrat, sudah menjadi salah satu bahan pangan yang mengisi piring-piring keluarga di berbagai penjuru Nusantara.
Namun, pernahkah engkau mendengar cerita tentang sukun dari Papua, tepatnya di Sorong? Konon katanya, sukun di sana lebih besar, lebih manis, dan lebih lezat dibandingkan sukun dari daerah lain. Cerita itu membuat saya penasaran, dan di sinilah perjalanan saya dimulai: ke tanah Papua untuk membuktikan sendiri keistimewaan sukun ini.
Saya pernah mencicipi keripik sukun yang dikirimkan oleh seorang teman rasanya gurih, renyah, dan memikat. Tapi kali ini berbeda. Saya ingin melihat langsung pohonnya, menyentuh buahnya, dan merasakan sukun goreng yang baru saja dimasak di dapur masyarakat setempat.
Pagi itu, saya mengunjungi sebuah kebun sukun milik penduduk setempat di daerah Tanjung, Sorong. Kebun ini sedang sibuk karena musim panen telah tiba. Pohon-pohon sukun di sini menjulang tinggi dengan buah yang besar-besar, ukurannya jauh lebih besar dibandingkan sukun yang biasa saya lihat di Sulawesi Selatan atau daerah lain. Salah seorang petani menjelaskan bahwa sukun ini disebut “sukun raksasa” karena bobotnya yang bisa mencapai lebih dari 5 kilogram per buah. Warnanya hijau tua dengan kulit yang terlihat matang sempurna. Saya langsung membayangkan betapa nikmatnya sukun ini ketika diolah menjadi gorengan.

Menikmati Sukun Goreng dengan Teh Panas. Foto: Dokumen Pribadi
Sukun memiliki keistimewaan dari segi manfaatnya. Secara ilmiah, sukun kaya akan karbohidrat, serat, vitamin C, dan kalium, sehingga menjadi sumber energi yang baik. Dalam budaya masyarakat Papua, sukun tidak hanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan, tapi juga memiliki nilai tradisional. Di banyak desa, sukun menjadi makanan pokok alternatif selain sagu dan ubi. Penduduk setempat mengolah sukun dengan berbagai cara, mulai dari digoreng, direbus, hingga dijadikan tepung untuk bahan makanan lain. Ada keunikan rasa pada sukun Sorong yang sulit dijelaskan dengan kata-kata: teksturnya lembut, rasa manis alaminya keluar, dan aroma khasnya begitu memikat.
Keistimewaan sukun Papua dibandingkan sukun di tempat lain ternyata terletak pada tanah dan iklimnya. Papua, dengan tanah vulkaniknya yang subur, memberikan nutrisi maksimal bagi tanaman sukun. Curah hujan yang cukup dan sinar matahari yang melimpah juga membuat buah sukun tumbuh lebih besar dan matang sempurna. Selain itu, para petani di Sorong memiliki cara khusus dalam merawat pohon sukun, mulai dari pemangkasan hingga pemberian pupuk organik. Hasilnya adalah sukun yang besar, padat, dan memiliki rasa yang khas.

Sukun Papua yang Dijual Petani di Pinggir Jalan. Foto: Dokumen Pribadi
Setelah puas berkeliling kebun, saya diajak mencicipi sukun goreng langsung dari dapur penduduk setempat. Proses menggorengnya sederhana: potongan sukun yang matang, diiris tipis dan direndam beberapa saat di larutan garam dan bawang putih kemudian digoreng dalam minyak kelapa murni yang panas. Hasil gorengannya ketika digigit, teksturnya lembut di dalam namun renyah di luar, dengan rasa manis yang berpadu sempurna dengan gurihnya minyak kelapa. Tidak berlebihan jika saya katakan bahwa ini adalah salah satu makanan paling enak yang pernah saya cicipi.
Melihat kebun sukun yang subur dan mendengar cerita dari para petani di Sorong membuat saya semakin sadar akan kekayaan alam dan budaya Indonesia. Sukun Sorong adalah bukti nyata bahwa negeri ini menyimpan kekayaan yang luar biasa, baik dari segi rasa maupun manfaat. Kekayaan seperti ini tidak hanya layak dibanggakan, tapi juga harus dilestarikan agar generasi mendatang dapat merasakannya. Saya memutuskan akan memustakan menanam bibitnya untuk saya tanam di pekarangan industri putra saya yang luas.
Sukun Papua bukanlah cerita isapan jempol. Perjalanan saya membuktikan bahwa buah ini memang istimewa, tidak hanya dari segi ukuran dan rasa, tapi juga dari segi nilai budaya yang melekat padanya. Indonesia begitu kaya, dan sukun Sorong hanyalah salah satu dari banyak keajaiban alam yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara. Semoga kita semua semakin mencintai dan menghargai tanah air ini, yang menyimpan berjuta rasa, cerita, dan kebanggaan.
Sorong, Papua Barat, 26 Januari 2025
January 26, 2025 at 10:21 pm
Mukminin
Mantab enak dan luar biasa
January 26, 2025 at 10:10 pm
Sumintarsih
Jadi ingat masakan ibu saya, sukun dimasak dengan santan. Sangat lezat….