DI LINGKARAN ARISAN
Pentigraf
DI LINGKARAN ARISAN
Oleh: Telly D.
Siang itu, di bawah rindangnya pohon mangga, lingkaran arisan ibu-ibu dipenuhi perbincangan panas yang tak biasa. Bukan lagi soal riasan wajah atau resep makanan, tetapi tentang seorang hakim yang memutuskan hukuman ringan untuk koruptor yang merugikan negara triliunan rupiah. Kasus itu menjadi buah bibir di mana-mana, termasuk di arisan ini. Angka tiga ratus triliun yang lenyap seolah menjadi duri yang menusuk nurani, sementara vonis enam tahun penjara terasa bagai gurauan pahit di tengah parade ketidakadilan.
Berbagai alasan yang disampaikan hakim pun tak luput dari cibiran ibu-ibu. Dalih seperti kelakuan baik selama sidang, faktor usia, atau beban keluarga dibahas dengan nada sinis. Mereka melihat alasan itu seperti tirai tipis yang menutupi wajah hukum yang pincang. Dalam lingkaran itu, mereka mengolah kekesalan menjadi satir, menyindir bagaimana alasan-alasan itu seolah menjadi tameng bagi pelaku kejahatan besar. Segala pembenaran yang diberikan tampak rapuh, tak mampu menutupi bobot kesalahan yang begitu nyata.
“Hukuman berdasarkan cicilan,” seorang ibu menyuarakan pendapat yang membakar suasana. Hukuman ringan itu dianggapnya mencerminkan kebutuhan hakim yang sedang mencicil rumah dan mobil mewah. Tawa pecah di lingkaran itu, tapi di baliknya tersimpan kegetiran. Mereka tahu, di balik meja hijau, keadilan sering kali menjadi barang mewah yang hanya bisa dibeli oleh mereka yang punya kuasa dan harta.
Makassar, 7 Januari 2024
January 7, 2025 at 10:34 pm
Sumintarsih
Lincah memilih diksi. Keren Bunda .