PESUGIHAN MODERN
Pentigraf
PESUGIHAN MODERN
Oleh: Telly D.
Bulan menggantung separuh di langit kelam, memantulkan cahayanya yang redup pada pohon-pohon tua di sekitar pos jaga. Pak Darman duduk di atas bangku reyot, tubuhnya terjaga meski rasa lelah terus mengintai. Di atas meja kecil, segelas kopi dingin dan lilin yang apinya bergoyang-goyang menemani malam panjang. Pikiran Pak Darman melayang, memikirkan kabar aneh yang belakangan beredar tentang kampus di ujung jalan sana, tempat yang dulu mencetak sarjana namun kini disebut sebagai ladang ‘pesugihan modern,’ Warga bergunjing tentang uang yang muncul begitu saja tanpa usaha, sesuatu yang membuat hatinya terusik.
Semakin malam, kegelisahan Pak Darman semakin tajam. Ia tak habis pikir bagaimana sesuatu semudah itu bisa terjadi, sementara ia sendiri harus memeras keringat untuk setiap lembar rupiah yang ia peroleh. Cerita tentang uang siluman itu mulai menjadi semacam dongeng nyata bagi warga sekitar. Tak ada tumbal, tak ada mantra, bahkan lilin tak perlu dijaga semalaman seperti cerita babi ngepet zaman dulu. Semuanya terdengar mustahil, tetapi keingintahuan manusia sering kali lebih besar daripada logika yang ia miliki.
“Ini uang palsu.” Tubuhnya gemetar, tak percaya bahwa pesugihan yang dirumorkan hanyalah akal-akalan untuk menipu masyarakat. Dengan hati yang penuh beban, ia meninggalkan kampus itu, menyadari betapa mahalnya nilai kejujuran yang sering terlupakan.
Makassar, 3 Januari 2024
Leave a Reply