Makanan dan Persahabatan
![](https://daswatia.com/wp-content/uploads/2024/12/WhatsApp-Image-2024-12-28-at-7.17.05-PM.jpeg)
Makanan dan Persahabatan
Oleh Telly D.
Ada sesuatu yang magis tentang makanan. Lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan jasmani, makanan mampu menjembatani hati yang terpisah oleh jarak, menghangatkan pertemuan, dan mempererat persahabatan.
Dalam setiap budaya di dunia, menjamu tamu dengan makanan bukan hanya tradisi, tetapi juga cara untuk menyampaikan pesan tak terlihat: penghormatan, kasih sayang, dan keinginan untuk berbagi kebahagiaan.
Dalam budaya Jepang, menjamu tamu dikenal sebagai omotenashi, sebuah seni keramahtamahan yang dilakukan dengan penuh perhatian dan ketulusan. Makanan yang disajikan di samping rasa, juga tentang estetika dan niat tulus untuk memberikan yang terbaik.
Sementara itu, di Timur Tengah, tradisi menjamu tamu dianggap sebagai bentuk penghormatan yang sakral. Kopi Arab, misalnya, adalah simbol keramahan, dan menyajikannya kepada tamu mencerminkan kehormatan tuan rumah.
Di Indonesia, tradisi menjamu tamu memiliki ragam makna yang kaya. Nasi tumpeng, misalnya, sering kali melambangkan rasa syukur. Sementara makanan khas daerah yang disuguhkan mencerminkan kebanggaan budaya serta kehangatan tuan rumah. Tradisi ini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara makanan dan rasa kemanusiaan.
Saya dijamu dengan suasana penuh keakraban ketika saya hadir dalam acara Kopdar 3 RVL di BBGP Batu, Malang. Malam itu, udara sejuk khas Malang menyambut kami. Bersama teman-teman yang tiba lebih awal, kami disambut dengan hangat oleh Kepala BBGP Provinsi Jawa Timur (Dr. Abu Khaer, M.Pd.) Tidak hanya dengan sapaan ramah, tetapi juga dengan mengajak kami menikmati nasi ketan dengan berbagai variasi di salah satu rumah makan.
![](https://daswatia.com/wp-content/uploads/2024/12/WhatsApp-Image-2024-12-28-at-7.17.02-PM-1-985x1024.jpeg)
Salah Satu Contoh Menu Makanan Nasi Ketan. Foto: Dokumen Pribadi
Hidangan itu mungkin tampak biasa bagi sebagian orang. Bahkan pemilihan nasi ketan di samping makanan lain seperti bakso, pecel, rawon dan hidangan lain yang jadi makanan khas Jawa Timur tentu melalui pertimbangan tertentu.
Nasi ketan menyimpan simbol persahabatan yang mendalam. Nasi ketan, dengan teksturnya yang lengket, melambangkan keakraban dan keterikatan. Filosofinya sederhana tetapi indah; seperti butiran ketan yang saling melekat, begitulah hubungan antarmanusia seharusnya terjalin. Variasi topping yang disuguhkan, mulai dari kelapa parut hingga gula merah cair, keju, durian, kelapa, dan berbagai variasi melambangkan keragaman karakter dan cerita yang menyatu dalam satu momen kebersamaan. Dalam suasana itu, saya merasa bukan hanya dijamu dengan makanan, tetapi juga dengan kehangatan hati dan kebersamaan yang tulus.
![](https://daswatia.com/wp-content/uploads/2024/12/WhatsApp-Image-2024-12-28-at-7.17.05-PM-1-1024x768.jpeg)
Bapak Abu Khaet dan Tamu Undangan Sedang Menunggu Pesanan Makanan Nasi Ketan. Foto: Dokumen Pribadi
Bapak Abu Khaer dengan keramahan khasnya, menjadikan pertemuan ini lebih dari sekadar formalitas. Nasi ketan yang dihidangkan di samping rasanya yang legit, terkandung niat baik untuk menyatukan kami semua yang hadir. Saya yakin, makna yang ingin disampaikan adalah harapan akan terjalinnya hubungan yang lebih erat di antara kami, peserta dan panitia.
Dalam setiap suapan nasi ketan itu, tersimpan harapan agar persahabatan kami tetap lengket, tetap kuat, dan tidak tercerai-berai oleh perbedaan. Variasi rasa dalam hidangan juga mengingatkan saya bahwa meskipun kita datang dari latar belakang yang berbeda, kita tetap dapat saling melengkapi, menciptakan harmoni dalam keberagaman.
![](https://daswatia.com/wp-content/uploads/2024/12/WhatsApp-Image-2024-12-28-at-7.17.06-PM-1024x768.jpeg)
Tamu Undangan Memilih Pesanan Makanan Nasi Ketan. Foto: Dokumen Pribadi
Pengalaman ini membuat saya semakin menyadari bahwa makanan sering kali menjadi jembatan yang menghubungkan hati. Dalam setiap jamuan, bukan hanya lidah yang dimanjakan, tetapi juga jiwa yang disentuh. Di balik setiap hidangan yang disajikan, ada cerita, doa, dan harapan yang ingin disampaikan.
Makanan dalam jamuan nasi ketan itu memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar mengenyangkan. Ia adalah medium untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan, untuk membangun jembatan persahabatan, dan untuk menciptakan kenangan indah yang akan dikenang sepanjang hayat. Jamuan makan itu adalah undangan untuk membuka hati, saling menerima, dan berbagi kebahagiaan.
Pertemuan Kopdar 3 di BBGP Batu Malang menjadi ajang untuk bertukar ide atau berbagi pengalaman, dan juga menjadi momen untuk memperkuat ikatan. Melalui hidangan sederhana, kami merasakan bahwa persahabatan tidak memerlukan sesuatu yang mewah. Ia hanya membutuhkan ketulusan, niat baik, dan rasa saling menghargai.
![](https://daswatia.com/wp-content/uploads/2024/12/WhatsApp-Image-2024-12-28-at-7.17.06-PM-1-1024x768.jpeg)
Penulis (Telly D.), Moch. Khoiri, dan Abu Khaer di Rumah Makan Nasi Ketan. Foto: Dokumen Pribadi
Saya pulang dari makan malam itu dengan perasaan hangat dan penuh syukur. Dalam setiap langkah, saya membawa pesan bahwa makanan bukan hanya mengisi perut, tetapi juga mengisi jiwa dengan cinta, penghargaan, dan persahabatan. Kopdar 3 RVL menjadi pengingat indah bahwa di balik setiap suapan, ada kekuatan untuk menyatukan hati dan membangun kenangan yang abadi.
Akhirnya, makanan adalah bahasa universal yang mampu menyampaikan pesan tanpa kata. Ia mengajarkan kita untuk berbagi, untuk saling menghormati, dan untuk menciptakan kebersamaan. Seperti nasi ketan di Malang, makanan dalam setiap jamuan adalah simbol harapan akan persahabatan yang abadi.
Di dunia yang sering kali terpecah oleh perbedaan, makanan menjadi pengingat bahwa kita semua memiliki satu kesamaan; keinginan untuk terhubung dan berbagi kebahagiaan. Dan itulah keajaiban makanan dalam persahabatan.
Malang, 25 Oktober 2024
Leave a Reply