MENGAPA HARUS BELAJAR MENJADI TUA
MENGAPA HARUS BELAJAR MENJADI TUA
Oleh: Telly D.
“Belajar menjadi tua adalah belajar mengurangi ambisi duniawi dan memperbesar cinta kepada sesama.”
Hidup adalah seperti pohon besar di tengah padang. Ketika muda, pohon itu tumbuh menjulang, melawan angin dan hujan, berakar kuat, dan daunnya rimbun menghijau. Tetapi ketika usia menua, pohon itu mulai kehilangan daun-daunnya. Bukan karena ia lemah, tetapi karena ia telah memahami bahwa kehidupan tak lagi tentang memamerkan kekuatan, melainkan tentang berbagi keteduhan, melindungi, dan meninggalkan warisan bijaksana.
Belajar menjadi tua adalah seni menjalani usia senja dengan hati yang lapang, jiwa yang damai, dan pikiran yang tercerahkan. Seperti samudra yang tetap tenang meski dihantam ribuan gelombang, menjadi tua mengajarkan kita untuk berdamai dengan diri sendiri, masa lalu, dan segala keterbatasan yang datang seiring waktu.
Bayangkan seorang penari tua yang gerakannya tak lagi lentur seperti dulu. Namun dalam setiap langkah lambatnya, ada keindahan yang tak dapat dilihat oleh mata awam: keindahan dari cerita, pengalaman, dan kebijaksanaan yang tertanam di dalam dirinya. Itulah esensi belajar menjadi tua mengenali keindahan yang tumbuh dari dalam, bukan lagi dari apa yang tampak di luar.
Mengapa Harus Belajar Menjadi Tua?
Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang kakek tua yang dikenal bijaksana. Orang-orang sering bertanya padanya, “Bagaimana caramu tetap bahagia di usiamu yang renta?” Sang kakek hanya tersenyum dan menjawab, “Ketika aku muda, aku sibuk mengejar dunia. Ketika aku tua, aku belajar mendengar dunia. Di situlah aku menemukan kedamaian.”
Kita harus belajar menjadi tua karena usia senja adalah masa panen dari benih yang telah kita tanam sepanjang hidup. Di sinilah kita merasakan hasil dari perjalanan panjang: kebahagiaan dalam kebersamaan, rasa cukup dalam apa yang ada, dan kedamaian dalam penerimaan. Jika kita tidak belajar, usia tua bisa menjadi masa yang penuh penyesalan dan kegelisahan.
Seperti perahu yang bersandar di dermaga setelah mengarungi lautan luas, menjadi tua adalah saat untuk berlabuh. Kita belajar menepi dari ambisi, mendamaikan hati dengan takdir, dan berbagi cerita tentang pelajaran hidup kepada yang lebih muda.
Untuk Apa Belajar Menjadi Tua?
Belajar menjadi tua bukan sekadar untuk diri sendiri, tetapi juga untuk menjadi cermin bagi orang lain. Dalam mitologi kuno, ada kisah tentang seorang wanita tua bernama Ara, yang tinggal di sebuah hutan terpencil. Ara tidak kaya, tidak juga memiliki keluarga besar, tetapi orang-orang selalu datang padanya untuk mencari jawaban atas pertanyaan hidup. “Aku hanya cermin,” kata Ara. “Aku menunjukkan kepadamu siapa dirimu yang sebenarnya.”
Demikianlah peran seorang yang telah belajar menjadi tua. Ia menjadi teladan, memberi inspirasi tanpa memaksa, dan menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak selalu berasal dari memiliki, tetapi dari memberi.
Ketika kita belajar menjadi tua, kita menciptakan warisan tak terlihat: senyuman yang kita tebarkan, pelajaran yang kita bagikan, dan cinta yang kita tinggalkan. Usia tua adalah waktu untuk menanam pohon di mana kita tak lagi berteduh, tetapi orang lain akan merasakan keteduhannya kelak.
Menjadi tua adalah seperti matahari yang mulai tenggelam di ufuk barat. Ia tidak lagi menyilaukan seperti siang, tetapi justru memancarkan keindahan lembut yang menggetarkan jiwa. Belajar menjadi tua berarti merangkul senja kehidupan dengan hati penuh syukur, jiwa yang tenang, dan tangan yang terbuka untuk memberi.
Hidup mengajarkan kita untuk menjadi seperti angin: tak terlihat, tetapi terasa; seperti pohon: tak pernah berhenti memberi; dan seperti air: mengalir tanpa melawan arus. Maka, belajarlah menjadi tua, karena di usia itu kita tidak hanya hidup untuk diri sendiri, tetapi juga menjadi cahaya bagi mereka yang mencari jalan.
Galaxy Bekasi. 4 Desember 2024
December 23, 2024 at 7:29 am
Parenta
Tulisan yang mencerahkan dan penuh makna ketika semua orang lupa perjanan usianya, seolah akan hidup terus. Sebuah renungan hidup bahwa keberadaan kita di dunia akan ada batasnya. Tulisan yang sangat mengisnpirasi dan mudah dipahami. Doa terbaik buat Ibu, sehat selalu
December 7, 2024 at 2:34 am
Marjuki
Tulisan yang bergizi mengajak para manula berbenah diri dengan “tidak lagi mengejar dunia akan tetapi mendengar dunia.” Suatu kata kunci yang indah. Sukses selalu Kanda, Kau tiada letih menginspirasi.