KUNJUNGAN LITERASI DI MTS 4 SIDOARJO
KUNJUNGAN LITERASI DI MTS 4 SIDOARJO
Oleh: Telly D.
Pagi itu, ketika aku tiba di MTsN 4 Sidoarjo,
Jl. Raya Tlasih, Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo dengan perasaan penuh harap. Sekolah ini memberi kesan yang menenangkan, dengan lingkungan yang bersih, tertata rapi, dan dipenuhi oleh siswa-siswa yang ramah. Salah satu momen paling berkesan adalah ketika aku menyaksikan siswa-siswa berbaris rapi, bergiliran menyalami para guru sebelum meninggalkan sekolah. Antrian panjang penuh senyum itu menunjukkan betapa kuatnya nilai-nilai kesopanan dan penghormatan yang ditanamkan di sini.
Aku disambut dengan kehangatan oleh seorang teman Nur S. Pudji Astutik seorang penulis dan juga guru yang berdedikasi, bersama Ibu Ainun Rosida, Lif Nurliha Isnaini dan kepala sekolah, Bapak Ahmad Mujahidin. Percakapan kami segera mengalir tentang pentingnya menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembelajaran dan pengembangan karakter.
Dalam suasana penuh keakraban itu, ibu Nur S. Pudji Astutik memperkenalkan salah satu siswi berbakat mereka, Najwa Syakina Assafa, seorang penyair muda yang telah meluncurkan buku kumpulan puisi berjudul Sketsa Cinta.
Najwa mendekat dengan senyum yang tulus, membawa bukunya. Dengan bangga, ia memberikan sepuluh eksemplar buku puisinya kepadaku. Rasa bahagia. Kami berfoto bersama, masing-masing memegang buku itu, seolah mengabadikan semangat literasi yang terpancar di momen itu.
Aku bahkan meminta Najwa membaca salah satu puisinya di depan kami. Dengan suara lembut namun penuh keyakinan, ia melantunkan bait-bait puisi yang menggetarkan hati. Aku merasa seolah mendengar gema masa depan seorang penyair muda yang berbakat besar.
Penulis Bersama Najwa Syakina Assafa. Foto: Dokumen Pribadi
“Najwa,” kataku, “kamu tidak hanya menulis puisi. Kamu menulis mimpi dan semangat yang akan menginspirasi banyak orang. Teruslah berkarya, saya yakin masa depanmu sebagai penyair muda akan sangat cerah.”
Sepuluh buku karya Najwa yang ia berikan dengan penuh kebanggaan, saya mengambilnya satu dan sisanya saya meminta dimasukkan dalam perpustakaan sekolah. “Saya masukkan buku ini di sini,” kataku kepada Bapak Ahmad Mujahidin, “agar buku ini menjadi inspirasi bagi siswa-siswi lainnya. Siapa tahu, dari buku ini akan lahir Najwa-Najwa baru yang juga berani bermimpi dan berkarya.”
Penulis, Nur S. Pudji, Ibu Ainun Rosida, dan Lif Nurliha Isnaini. Foto: Dokumen Pribadi
Kepala sekolah, para guru, dan aku sepakat bahwa mendukung penulis muda seperti Najwa sangat penting. Dalam obrolan kami, membahas tentang pentingnya membangun generasi penulis muda, bagaimana dorongan dan lingkungan positif dapat membentuk anak-anak muda menjadi penulis yang percaya diri dan produktif.
Hari itu, aku meninggalkan MTsN 4 Sidoarjo dengan hati yang penuh harapan. Lingkungan sekolah yang bersih, disiplin yang tertanam, kepala sekolah dan guru yang akrab, serta keberanian Najwa untuk bermimpi besar semuanya adalah elemen yang mendukung lahirnya generasi berbakat. Aku yakin, jejak Najwa akan menjadi langkah awal yang menginspirasi siswa-siswi lainnya untuk berani menulis, berani bermimpi, dan berani mewujudkan masa depan yang lebih baik.
Kami, aku, Ning Pudji dan Ibu Ainun, merasa bahwa momen ini adalah wujud nyata dari peran kami sebagai pegiat literasi. Kami tidak hanya berbagi pengalaman, tetapi juga saling menguatkan dalam visi bersama: membangun generasi muda yang mencintai dunia literasi. Aku yakin, dari komunitas seperti Rumah Virus Literasi dan lingkungan inspiratif seperti MTS 4 Sidoarjo, akan lahir lebih banyak Najwa-Najwa lainnya yang berani bermimpi, menulis, dan berkarya untuk masa depan.
Terus Bergerak Berliterasi Membangun Negeri
Sidoarjo, 21 November 2024
Leave a Reply