Mengapa Aku Hadir di Kopdar 3 Malang
Mengapa Aku Hadir di Kopdar 3 Malang
Oleh: Telly D.*)
Menjelang Kopdar ke-3 Rumah Virus Literasi (RVL) yang diselenggarakan pada tanggal 26-27 Oktober 2024 di Malang, kesibukan sudah terlihat meriah dalam layar obrolan grup RVL. Beberapa orang mulai terbaca mengatur rencana perjalanan, mengingatkan kebutuhan lounching buku, memberi informasi tentang letak gedung BBGP Jatim, sementara yang lain bersiap dalam jaringan, mengikuti Kopdar melalui diskusi virtual, mode daring.
Namun, berbeda dengan semangat yang meluap-luap dari sebagian besar anggota, hatiku telah lebih dulu tenang. Sejak jauh hari, aku telah menyiapkan diri untuk absen dalam pertemuan ini. Bukan karena hilangnya rasa cinta terhadap komunitas atau minat untuk terlibat, namun karena tanggung jawab lain yang memanggil: merawat suami yang sakit, memberi perhatian penuh pada kesehatan dan ketenangan hidupnya.
Sejak awal tahun 2024 ini, aku sudah menegaskan pada diriku bahwa prioritas utamaku adalah mendampingi suami, melewati setiap hari merawatnya dengan kesabaran dan kekuatan. Maka, tak terhindarkan, aku pun menyampaikan keputusan pengunduran diri sebagai pengurus dan anggota komunitas Rumah Virul Literasi (RVL). Meskipun berat, aku merasa ini adalah yang terbaik, terutama saat kesehatan suami kian rapuh dan membutuhkan kehadiranku yang lebih focus.
Ketika pengunduran diri itu aku ajukan, sosok penulis Rita Audriyanti menahanku dengan berkata, “Ibu dibutuhkan, bukan hanya sebagai penulis, tetapi sebagai pemberi semangat dan penggerak di grup ini.” Kata-katanya menguatkanku. Sebagai seseorang yang menginspirasi perjalanan literasiku, beliau telah meneguhkan kembali tekadku. Ibarat seutas tali yang awalnya kusangka longgar, rupanya ia erat mencengkeram. Dia yang telah menginspirasi perjalananku untuk menulis sebanyak usiaku, dengan tulus meminta agar aku tetap diam di dalam grup.
Sementara itu, sang founder RVL Dr. Much Khoiri, M.Si, juga menyampaikan dukungannya dengan membuatkan sebuah pengecualian untukku. “Tidak perlu setoran tulisan bulanan untuk saat ini, fokus saja pada keluarga Mbakyu,” katanya bijak memberiku ruang bernapas. Hal ini memberi pelajaran bagiku bahwa rumah virus literasi tidak hanya sebagai tempat berkarya namun juga rumah yang memberi perlindungan perhatian dan kehangatan pada kami semua.
Pengecualian ini memberiku kesempatan untuk merawat suami tanpa rasa bersalah, tetapi tanpa disangka, malah di tengah badai ujian ini aku menemukan inspirasi yang lebih dalam. Menulis menjadi semacam tempat berlindung, menjadi caraku menghela napas panjang, meredakan kecemasan dan melepaskan lelah yang menghimpit. Bahkan, tanpa sengaja, aku menjadi lebih giat menulis. Seolah-olah kata-kata di halaman kertas menjadi jembatan perasaan, tempat segala yang kupendam berubah menjadi narasi, menggantikan duka menjadi daya hidup.
Tahun ini, penyelenggaraan Kopdar 3 RVL dengan 2 mode: dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring). Aku tahu betul bahwa sebagian dari kami akan memilih dalam jaringan demi kemudahan dan tuntutan kesibukan masing-masing. Namun, rasa kekeluargaan, kehangatan, kebersamaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata, semua itu akan lebih hidup ketika kita hadir secara langsung. Bagi RVL yang selama ini berjalan dengan nilai-nilai persaudaraan yang dalam, aku merasa perlu hadir di pertemuan ini, bukan sekadar untuk diri sendiri, tetapi untuk menjaga api kebersamaan tetap menyala. Aku menyadari, dalam relasi sebuah komunitas, kehadiran lebih berharga daripada banyak kata.
Sebagai orang yang telah melalui waktu panjang dalam grup ini, terasa penting bagiku untuk turut menyumbangkan kehangatan kebersamaan, semacam pelita yang tidak pernah padam. Aku tak ingin kebersamaan ini pudar atau kehilangan nuansa keakrabannya. Karena itu, bagiku pertemuan ini harus tetap bermakna dan menghidupkan semangat persaudaraan yang mungkin bagi sebagian orang hanya sebatas tulisan. Kehadiran kami, aku, Ibu Kanjeng, dan semua teman-teman yang hadir akan menjadi tanda bahwa dalam kondisi apapun, persahabatan adalah tali yang tak boleh kita lepaskan.
Menghadiri Kopdar 3 RVL, bersama seorang sahabat seperjuangan, Ibu Kanjeng penulis dari Solo yang diberi gelar Ratu Ontologi. Sosok yang sama-sama melampaui usia senja, sama-sama sedang merawat suami tercinta. Aku juga berharap kehadiran kami berdua menjadi simbol kekuatan, pengingat bagi anggota yang lebih muda bahwa semangat persahabatan dan komitmen tak pernah redup oleh waktu atau keadaan. Ada nilai yang lebih besar daripada sekadar menulis. Ini adalah cara kita membangun persaudaraan, memberi makna yang tidak bisa digantikan oleh teknologi atau pertemuan-pertemuan yang hanya ada di layar.
Kami membawa pesan bahwa komunitas ini tidak dibangun hanya di atas karya-karya perorangan, tetapi oleh dukungan satu sama lain, sehingga sangat diperlukan saling menyalakan semangat yang kadang nyaris padam oleh berjalannya waktu.
Sekalipun disadari bahwa hadir dalam kopdar seperti ini juga memberikan beberapa manfaat utama yang sangat berharga.
Pertama, acara seperti ini menjadi ruang belajar langsung, di mana para peserta bisa berbagi pengalaman menulis, strategi kreatif, dan tips penerbitan buku. Pembelajaran seperti ini jauh lebih mendalam ketika kita bisa saling bertukar pikiran secara langsung, mendengar langsung pengalaman menulis Prof Ngainun Naim dalam cara jitu menulis buku, Eka Budianta dalam Menulis Autobiografi. Sikap Much. Khoiri dalam menyikapi AI dalam menulis. Bagaimana melakukan self editing melalui Sri Sugiastuty/D. Susanto, pengalaman Didi Junaidi dalam menerbitkan buku di Penerbit Mayor dan Indie, Berbagi praktek baik dengan Akaha Taufan Aminuddin yang akan lebih baik jika di pahami dengan interaksi tatap muka langsung dibandingkan jika hanya hanya lewat teks atau video.
Kedua, Kopdar menciptakan lingkungan untuk menemukan inspirasi baru. Bertemu dengan para penulis dari berbagai latar belakang memberi kesempatan untuk menggali ide-ide segar yang tidak selalu hadir dalam pertemuan virtual. Ini bisa menjadi pemicu kreativitas yang berharga, terutama bagiku yang sedang mencari perspektif baru untuk karya baru tahun 2025.
Ketiga, kehadiran fisik membuka pintu untuk memperkuat jaringan dan kolaborasi. Dalam kopdar, ide-ide kolaborasi menulis dapat dirancang dengan lebih mendalam dan konkret. Pertemuan ini bisa melahirkan karya-karya bersama yang bisa menjadi kebanggaan RVL.
Tidak kalah pentingnya, saya merasa kehadiran fisik di kopdar ini menggarisbawahi tanggung jawab moral sebagai anggota komunitas untuk memastikan penyelenggaraan acara berjalan dengan baik dan amanah. Penyelenggara acara tentu harus bekerja keras untuk memastikan acara ini terlaksana dengan lancar dan memperhatikan setiap detail dengan cermat. Ketelitian dan kejelian panitia menjadi bukti bagaimana RVL memegang prinsip kebersamaan, memastikan bahwa setiap anggota merasa dihargai dan tidak ada yang dirugikan hanya karena kurangnya perhatian, alasan kesibukan. dan ketidak telitian. Dengan cara ini, penyelenggara turut menjaga amanah dan tanggung jawab demi kelangsungan RVL yang lebih baik.
Karena itu, Kopdar 3 ini bagiku bukan hanya pertemuan biasa. Ini adalah momentum untuk saling mengingatkan, bahwa perjalanan menulis adalah perjalanan yang dilalui bersama. Di dalamnya ada tawa, ada tangis, ada perjuangan, dan ketulusan yang tak pernah pupus. Melalui setiap cerita yang diungkapkan, setiap tawa dan pelukan yang dibagi, kami mengikat kembali tali persaudaraan yang mungkin telah tertiup angin waktu.
Pada akhirnya, alasan kehadiran saya di Kopdar 3 bukan semata untuk bersosialisasi. Ini adalah bentuk tanggung jawab dan komitmen untuk menjaga RVL sebagai komunitas yang berlandaskan kebersamaan dan saling mendukung. Melalui kopdar ini, kami dapat terus melestarikan ikatan dan semangat yang ada, yang akan menjadi kekuatan untuk menumbuhkan RVL ke masa depan.
“Teruslah Bergerak Berliterasi Membangun Negeri.”
Makassar, 2 November 2024
*) Penulis adalah penasihat RVL, peserta Kopdar 3 RVL mode Luring.
Leave a Reply