FIRAUN DAN CERMIN

Pentigraf
FIRAUN DAN CERMIN
Oleh: Telly D.
Setiap pagi Ia bangun untuk memastikan kekuasaan tetap tunduk padanya. Firaun hidup dikelilingi istana, emas, dan bisikan para penjilat. Tapi yang paling ia lindungi sebenarnya adalah takhta dan bayangan dirinya yang tak pernah ia izinkan rusak. Ia menolak kebenaran, dan membentuk ilusi tentang dirinya sebagai tuhan.
Setiap peringatan dianggap pemberontakan. Setiap mukjizat dibalas dengan siasat. Musa datang membawa tongkat, dan juga cermin. Namun Firaun menolak bercermin. Ia tidak takut pada Tuhan Musa, tapi pada kemungkinan bahwa dirinya hanyalah manusia biasa yang fana. Maka ia menebar ancaman, untuk menaklukkan lawan, untuk menenangkan egonya sendiri.
Ketika laut terbelah dan kaumnya selamat, ia baru tahu bahwa kuasa sejati tak bersemayam di singgasana, tapi di hati yang tunduk. Namun terlambat. Ia tenggelam dalam air, dalam kesia-siaan yang tak bisa ditarik kembali. Dan sejak itu, ia tak lagi dikenal sebagai penguasa Mesir, tetapi sebagai peringatan tentang orang yang melihat cermin… lalu memecahkannya sendiri.
Makassar, Juni 2025
Sumber: Al-Qur’an, Surah Yunus 90–92; An-Nazi‘at [79]: 17–26
Leave a Reply