TERTIB TANPA SUARA

Pentigraf
TERTIB TANPA SUARA
Oleh: Telly D.
Barisan itu rapi. jemaah berdiri sejajar, langkah diseragamkan, tas digantung di bahu kanan, suara dikurangi. Dari luar, semuanya tampak sempurna, wajah-wajah khusyuk, teriakan yang bersahutan, dari pembimbing yang memberi aba-aba dengan mikrofon. “Jangan bertanya sekarang, nanti dijelaskan,” kata mereka, setiap kali ada yang mengangkat tangan.
Tak ada yang protes. Tertib jadi syarat utama agar perjalanan lancar. Tapi dalam barisan itu, ada yang menahan ingin ke toilet, ada yang kehilangan sandal tapi tak boleh menoleh, ada yang sesak napas tapi takut keluar antrean. Semua berjalan bukan dengan tenang, tapi dengan diam yang ditanam dalam-dalam. Ketertiban itu indah dilihat, tapi sering kali menyakitkan dijalani.
Dan di tengah barisan yang terus bergerak, seorang jemaah menunduk bergumam, “yang tak bersuara dianggap paling sabar, padahal mungkin paling putus asa.”
Makassar, Juni 2025
Leave a Reply