JEJAK AIR DI PADANG TANDUS

Pentigraf
JEJAK AIR DI PADANG TANDUS
Oleh: Telly D.
Hajar tidak pernah menerima wahyu, juga tidak disapa oleh malaikat dengan perintah pasti. Ia hanya seorang ibu, di tengah padang tandus, menimang anak yang menangis kehausan. Hajar tidak bertanya mengapa ia ditinggalkan. Ia tahu, Ibrahim pergi karena lebih cinta kepada perintah Tuhan. ia sadar ia bukan wanita lemah ia perempuan kuat dengan jiwa memeluk kekuatan yang tak bernama.
Ketika air di kantungnya habis. Matahari tak pernah tahu cara bersahabat. Hajar melangkah tak henti, berpindah dari Shafa ke Marwah, dari harap ke putus asa, lalu kembali lagi. Tujuh kali ia melangkah tak ada air yang ditemukan, tapi keyakinan tidak pernah mati. Di tengah padang yang tak menjanjikan apa pun, ia terus menanam keyakinan iman dengan peluhnya sendiri.
Dan ketika ia berada dititik puncak keyakinannya, air itu menyembur sendiri dari bawah kaki bayinya. Bukan dari tangannya, bukan dari usahanya, tapi dari kesetiaannya. Zamzam bukan hanya air kehidupan, tapi air mata yang dijawab oleh langit. Dan sejak itu, siapa pun yang thawaf, siapa pun yang sa’i, sedang mengikuti jejak seorang ibu yang tak pernah disebut nabi, tapi warisannya mengalir ke setiap langkah hamba yang ingin sampai.
Makassar, Juni 2025
Sumber: Al-Qur’an, Surah Ibrahim [14]: 37 dan Shahih Bukhari No. 3364
Leave a Reply