Kasih Sayang di Dunia Digital (Ketika Hati Kalah oleh Notifikasi)

Kasih Sayang di Dunia Digital
(Ketika Hati Kalah oleh Notifikasi)
Oleh: Telly D.
Di era modern, teknologi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Perangkat pintar, media sosial, dan aplikasi pesan instan memungkinkan kita untuk tetap terhubung kapan saja dan di mana saja. Namun, ironisnya, semakin terhubung secara digital, kita justru semakin jauh secara emosional. Interaksi yang dulunya dipenuhi kehangatan kini digantikan oleh layar dingin yang terus berbunyi dengan notifikasi. Akibatnya, kasih sayang yang seharusnya menjadi perekat hubungan antarmanusia perlahan terkikis oleh dunia digital.
Di berbagai belahan dunia, fenomena ini menjadi semakin nyata. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Pew Research Center pada tahun 2023, ditemukan bahwa 53% pasangan merasa terganggu oleh kebiasaan pasangannya yang terlalu sibuk dengan ponsel saat sedang bersama. Hal ini menunjukkan bagaimana teknologi bisa menjadi penghalang dalam hubungan interpersonal.
Kisah nyata seorang ibu rumah tangga, Siti (42), menggambarkan fenomena ini dengan jelas. Setiap kali dia mencoba berbicara dengan suaminya saat makan malam, sang suami lebih fokus pada ponselnya, entah itu untuk membaca berita atau mengecek media sosial. “Saya merasa seperti berbicara dengan tembok,” keluhnya. Tak hanya itu, anak-anaknya pun lebih tertarik bermain game online daripada berbincang dengan orang tua mereka. Akibatnya, komunikasi dalam keluarga menjadi semakin minim, dan kehangatan yang dulu ada perlahan menghilang.
Di tempat lain, Rudi (30), seorang eksekutif muda, merasakan dampak teknologi dalam hubungan percintaannya. Pacarnya sering mengeluh bahwa ia lebih sering mengecek email kerja atau media sosial daripada memberikan perhatian penuh saat sedang kencan. Padahal, dulu mereka selalu menikmati obrolan panjang tentang berbagai hal. Kini, percakapan mereka sering terputus oleh suara notifikasi yang terus-menerus mengganggu.
Fenomena ini bukan hanya terjadi di lingkup keluarga atau hubungan romantis, tetapi juga di pertemanan. Banyak orang yang berkumpul dalam satu ruangan, tetapi masing-masing sibuk dengan ponselnya. Mereka berada di tempat yang sama secara fisik, tetapi secara emosional, mereka jauh terpisah.
Kehilangan kehangatan kasih sayang di dunia nyata membawa dampak serius bagi kehidupan sosial dan psikologis manusia. Beberapa dampak tersebut meliputi:
Hubungan yang kurang dihiasi dengan komunikasi tatap muka cenderung menjadi lebih rapuh. Studi yang dilakukan oleh University of Essex menemukan bahwa kehadiran ponsel di atas meja, bahkan jika tidak digunakan, sudah cukup untuk mengurangi kualitas percakapan dan rasa keterikatan antara dua orang yang berbicara.
Walaupun media sosial menjanjikan keterhubungan, penelitian dari American Psychological Association menunjukkan bahwa pengguna media sosial yang berlebihan cenderung mengalami tingkat kesepian dan depresi yang lebih tinggi. Seseorang mungkin memiliki ribuan teman online, tetapi tetap merasa kesepian di dunia nyata karena kurangnya interaksi emosional yang alami.
Generasi yang tumbuh dengan interaksi digital sering kali mengalami kesulitan dalam memahami ekspresi emosi dan membaca bahasa tubuh orang lain. Studi dari University of California mengungkapkan bahwa anak-anak yang menghabiskan lebih banyak waktu dengan gawai cenderung kurang peka terhadap ekspresi emosi dibandingkan mereka yang lebih banyak berinteraksi secara langsung.
Orang tua yang terlalu sibuk dengan ponsel sering kali mengabaikan anak-anak mereka, sehingga anak lebih mencari perhatian dari media digital. Akibatnya, anak-anak menjadi lebih kecanduan gadget dan kurang memiliki hubungan emosional yang kuat dengan orang tua mereka.
Meskipun teknologi telah mengambil banyak ruang dalam kehidupan kita, bukan berarti kita tidak bisa mengembalikan kasih sayang dalam hubungan kita.
Berikut beberapa langkah konkret yang bisa diterapkan untuk mengatasi masalah ini.
Terapkan aturan “bebas gawai” di momen-momen tertentu, seperti saat makan malam, menjelang tidur, atau saat berkumpul bersama keluarga. Dengan cara ini, semua anggota keluarga dapat fokus satu sama lain tanpa gangguan notifikasi.
Jika ingin berbicara dengan seseorang, usahakan untuk melakukannya secara langsung daripada melalui teks atau media sosial. Kontak mata dan ekspresi wajah memiliki peran penting dalam membangun kedekatan emosional.
Tentukan waktu khusus untuk menggunakan media sosial agar tidak mengganggu interaksi dengan orang-orang di sekitar. Misalnya, tidak membuka media sosial sebelum tidur agar bisa lebih banyak berinteraksi dengan pasangan atau keluarga.
Manfaatkan teknologi untuk mempererat hubungan, bukan sebaliknya. Misalnya, gunakan video call untuk berbicara dengan keluarga yang jauh, tetapi tetap prioritaskan pertemuan langsung jika memungkinkan.
Lakukan kegiatan yang mempererat hubungan tanpa melibatkan teknologi, seperti memasak bersama, bermain permainan papan, atau sekadar berjalan-jalan di taman tanpa membawa ponsel.
Kemajuan teknologi tidak bisa dihentikan, tetapi kita bisa mengendalikan cara kita menggunakannya. Jika dibiarkan, teknologi dapat mengikis kasih sayang dan mengubah manusia menjadi makhluk yang sibuk dengan layar tetapi hampa secara emosional. Namun, dengan kesadaran dan usaha, kita dapat tetap menjaga nilai-nilai kasih sayang yang menjadi fondasi hubungan antarmanusia.
Sebagai individu, kita memiliki pilihan; apakah kita ingin terus terjebak dalam dunia digital yang penuh distraksi, atau kita mau menghidupkan kembali kehangatan kasih sayang di dunia nyata? Jawabannya ada di tangan kita. Jika kita ingin hubungan yang lebih erat dan bermakna, saatnya mulai mengurangi gangguan digital dan lebih banyak menghadirkan diri secara utuh bagi orang-orang yang kita sayangi.
Sorong, 3 Januari 2025
February 7, 2025 at 3:46 pm
N. Mimin Rukmini
Selalu mantap!!! Telisik luar biasa! Mksh Bun! Sungguh bermanfaat! Pintar digital, tetapi rapuh hubungsn emosional. Ya, salah satunya langkah dan kesepakatan klrg utk tdk membuka hp di saat2 tertentu. Setujuuu!!!