TEH YANG KOSONG
Pentigraf
TEH YANG KOSONG
Oleh: Telly D.
Di sebuah kafe kecil di sudut kota, Siska duduk di meja paling ujung, wajahnya penuh semangat seperti seorang pembawa berita yang baru menemukan skandal besar. Ia adalah gadis yang dikenal di lingkungannya sebagai pusat informasi, selalu membawa cerita hangat yang mengguncang pertemanan. Di depannya, Rina, sahabat yang selalu penasaran, duduk dengan mata berbinar, menunggu apa yang akan ditumpahkan hari itu.
Kamu nggak bakal percaya demikian kata pembuka yang selalu digunakan Siska, suaranya seperti detik-detik sebelum bom meledak. Ia mulai menumpahkan cerita yang katanya “terbesar tahun ini.” Tapi semakin panjang ia bicara, semakin terasa bahwa ceritanya lebih mirip bayangan kabur di kaca jendela; banyak detail kosong, logika yang melompat-lompat. Dari perselingkuhan yang katanya rahasia hingga konflik yang entah benar entah tidak, Siska terus berbicara seperti hujan deras yang tak membawa basah.
“Siska, kamu ini bilang mau spill the tea, tapi aku rasa teh-nya cuma air putih. Bening, hambar, nggak ada rasanya.” Kata-kata itu menggantung di udara seperti asap kopi yang menguap. Siska terdiam sejenak, lalu tersenyum kecut. Ia menyesap tehnya sendiri, yang mendadak terasa pahit meski penuh gula.
Makassar, 7 Januari 2024
Leave a Reply