BONEKA DI TEMPAT PEMILIHAN
Pentigraf
BONEKA DI TEMPAT PEMILIHAN
Oleh Telly D.
Malam itu, pos ronda penuh riuh seperti pasar malam yang ramai dengan canda dan debat. Asap rokok melingkar di udara, mengaburkan wajah-wajah yang bersinar penuh semangat. Obrolan mengalir dari siapa yang mencoblos siapa hingga siapa yang menerima amplop paling tebal di pagi buta. Suasana riuh itu terhenti sejenak ketika Pak Kasim tiba, wajahnya kelabu seperti awan hujan, duduk di pojok tanpa mengucap sepatah kata pun.
Ketika pembicaraan semakin hangat, perhatian beralih kepada Pak Kasim yang tak mengeluarkan satu suara pun. Mereka bertanya-tanya dalam hati, mungkin calonnya tak menarik, atau ia terlalu sibuk untuk pergi ke TPS. Saat semua mata tertuju padanya, ia akhirnya membuka mulut bukan dengan kata penuh kebanggaan atau alasan klise melainkan pengakuan yang mengguncang suasana. “Aku ke TPS, tetapi tidak mencoblos,” ucapnya lirih.
“TPS itu seperti tempat santet, boneka-boneka partai berbaris seperti jimat pesugihan.” Ucapan Pak Kasim seperti angin dingin yang menyapu pos ronda, membungkam semua. Bayangan poster, simbol partai, dan janji-janji yang kosong melayang di pikiran mereka, mengubah canda jadi renungan. Pak Kasim tak butuh boneka. Ia mencari pilihan yang bernyawa.
Makassar, 13 Desember 2024
Leave a Reply