KESEMPATAN YANG HILANG
Pentigraf
KESEMPATAN YANG HILANG
Oleh: Telly D.
Hujan deras mengguyur dari langit, menciptakan simfoni gemericik di depan supermarket. Di balik kaca, aku melihat Rina. Wanita yang selama ini hanya berani kupuja dalam diam. Ia berdiri, menunggu hujan reda, bersama seorang wanita separuh baya yang sederhana. Kesempatan ini tak boleh kusia-siakan. Dengan payung di tangan, aku menghampiri. “Mari, biar saya bantu,” kataku, memayunginya menuju mobil. Tanganku menyentuh kehalusan kulitnya saat mengambil keranjang belanja, perasaan meluap bak ombak pasang.
Namun, pandanganku segera beralih pada wanita tua di sampingnya. “Keranjangnya, Bu. Tolong bawa saja dan ikuti saya,” ujarku tanpa banyak basa-basi. Aku tak ingin berlama-lama di bawah hujan, apalagi repot memayunginya. Dengan tergesa, aku berlari meninggalkan dia yang kuyup sambil menggenggam keranjang dengan kedua tangannya.
Saat mobilnya sudah siap pergi, aku memberanikan diri berkata pada Rina, untuk sampaikan salam saya pada ibunya sekedar basa basi. Rina menoleh, senyum tipis di bibirnya seolah menahan sesuatu. “Katakan saja sendiri, Itu ibu saya,” jawabnya datar menunjuk wanita separuh baya yang berdiri tak jauh, basah kuyup di bawah hujan. Dadaku bergetar, aliran darah terasa berhenti. Wanita yang tak penting, bahkan tak layak diberi payung, adalah ibunya.
Buduran, November 2024
December 2, 2024 at 4:45 am
Sri Rahayu
Hem…kasihan…