IBU YANG TAK PERNAH PERGI
Pentigraf
IBU YANG TAK PERNAH PERGI
Oleh: Telly D.
Dinda duduk di bangku kelas, memandangi buku pelajarannya yang terbuka. Sudah hampir setahun sejak ibunya meninggal, namun rasa kehilangan itu masih membekas. Setiap kali ia merasa kesulitan dalam pelajaran, ada perasaan hampa yang mendera, seolah ibunya sosok yang selalu mendampinginya belajar tak lagi ada. Namun, anehnya, setiap kali ia kebingungan dengan soal-soal sulit, seolah ada seseorang yang membantunya, memberikan penjelasan, dan mengarahkan tangannya pada jawaban yang benar. Suara lembut dan penuh kasih itu selalu terdengar di telinganya, meskipun ia tahu itu tidak mungkin. Ibu yang sudah tiada, selalu hadir di saat-saat yang penuh kebingungan.
Pada suatu sore, Dinda duduk di ruang kelas setelah jam pelajaran selesai. Ia membuka buku matematika, kebingungannya kembali datang. Tiba-tiba, sebuah suara lembut berbisik di telinganya, “Coba lihat rumus itu dengan seksama, Nak, dan fokus pada setiap langkahnya.” Dinda menoleh, berharap melihat siapa yang berbicara, namun ruang kelas kosong. Dalam kebingungannya, ia melanjutkan membaca, dan perlahan-lahan, jawabannya mulai muncul di depan matanya. Setiap soal terasa lebih mudah, seolah tangan yang tidak terlihat membimbingnya.
Keesokan harinya, teman-teman Dinda melihat perubahan yang aneh. Ia yang biasanya kesulitan dalam ujian, kini mendapatkan nilai yang sangat baik. Dinda hanya tersenyum dalam hati, mengetahui siapa yang sebenarnya membantunya. Tanpa ada yang tahu, ibunya selalu hadir di sisinya, membantu Dinda belajar dan melewati setiap kesulitan, bahkan setelah perpisahan yang tak terelakkan. Dalam diam, kasih sayang ibunya terus mengalir, tak pernah meninggalkannya.
Pakuwon City Surabaya, 25 November 2024
Leave a Reply