YANG MEMBACAKAN DOA

Pentigraf
YANG MEMBACAKAN DOA
Oleh: Telly D.
Darin, seorang penulis doa untuk aplikasi religi, mulai kehilangan tidur ketika puisinya yang paling dalam yang ditulis dari kesedihan saat ibunya wafat menjadi konten viral buatan AI. Kalimat itu dibacakan oleh suara digital, dipasang di iklan, dan diklik jutaan kali. Ia seharusnya bangga, tapi justru merasa dicuri oleh algoritma yang terus mengulang nadanya tanpa paham luka di baliknya.
Kontrak kerja di startup itu tak memberinya hak moral apa pun. Bahkan ketika ia protes, atasan hanya berkata, “karya spiritualmu makin menjangkau banyak orang, bukankah itu juga pahala?” Tapi Darin tahu, AI itu tak pernah menangis saat menulis, tak pernah kehilangan, tak pernah bersujud. Doa-doanya hanya pola dari ratusan tulisan, bukan seruan dari jiwa yang pecah.
Malam itu, Darin duduk di masjid yang sepi. Ia buka laptopnya dan menulis satu kalimat, untuk disimpan, bukan untuk disebarkan. Lalu ia membisikkan kalimat itu ke kiblat: “Ya Rabb, jika kelak Kau temukan doa-doaku dibaca oleh mesin, pastikan Engkau tahu, yang pertama bersujud bukan mereka, tapi aku.”
Makassar, Juni 2025
Leave a Reply