SUARA IBU DI ANTARA OMBAK

Pentigraf
SUARA IBU DI ANTARA OMBAK
Oleh: Telly D.
Aku sering duduk di tepi pantai menjelang senja, membiarkan pasir menyusup ke sela jemari, seperti waktu yang tak bisa dicegah kembali. Ombak datang dan pergi, tapi satu suara tak pernah betul-betul hilang: suara Ibu, yang dulu selalu memanggil namaku dari kejauhan, dari balik gulungan angin dan gelombang. Sejak kepergiannya di laut itu, aku seperti kehilangan arah kompas dalam diriku sendiri.
Orang bilang, waktu menyembuhkan segalanya. Tapi mereka tak tahu rasanya kehilangan yang berdesir di setiap hembus angin laut. Aku mencoba menutup telinga, memalingkan diri dari debur ombak, tapi tetap saja, suara itu datang seperti gema yang tak pernah lelah. Saat aku mencoba kembali berenang, tubuhku menggigil tak wajar, dan air laut seperti mendadak berubah menjadi ruang duka yang tak berpintu keluar.
Hari itu, aku berdiri di pinggir dermaga, nyaris membatalkan niat. Tapi angin bertiup pelan, dan samar kudengar bisikan dari ombak, lembut dan teguh, “Nak, laut tak pernah ingin menyakitimu.” Dan sejak itu, aku tahu: mungkin Ibu tidak pernah benar-benar pergi, hanya memilih bersemayam dalam ombak.
Makassar, Juni 2025
Leave a Reply